Meskipun Erzan sudah ditampar oleh beberapa fakta tentang Aina. Namun, entah kenapa dia tidak bisa menerimanya. Dia selalu memungkiri semua itu dengan bersikap seolah membenci Aina.
Padahal dia tak bisa menampik, kalau dirinya mulai tertarik pada gadis cantik ini. Diam-diam gairah Erzan terpancing.
"Tuan, ada apa?" tanya Aina memberanikan diri membuka suara ketika Erzan sudah berada tepat di depannya.
Dia ingin sekali mundur, tetapi kakinya seperti tak dapat digerakkan. Dia sangat gugup sekarang, melihat tatapan Erzan yang sulit diartikan.
Hingga dengan tiba-tiba Erzan meraih pergelangan tangan Aina. Dia terdiam sesaat seraya memandang gelang yang melingkar di tangan kiri istrinya. Gelang yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Namun, karena tak mau ambil pusing, Erzan mengabaikan benda itu.
"Dari mana saja kamu seharian ini?" tanya Erzan dengan nada dingin. Sebab saat dia menghubungi Naumi dan menanyakan keberadaan Aina, ternyata gadis ini belum ada di rumah.
"Aku, aku ...." Aina nampak tergagap dalam menjawab, hingga membuat Erzan naik pitam.
"Aku menyuruhmu untuk pergi berbelanja, bukan untuk keluyuran! Apakah kamu tidak paham dengan ucapanku?!" sentak Erzan dengan keras, bahkan kelima jarinya mencengkram erat lengan Aina, hingga gadis itu meringis.
"JAWAB, KE MANA KAMU PERGI!"
Pria paruh baya itu semakin menuntut, membuat Aina kian tertekan.
Mau tak mau akhirnya Aina menjawab dengan jujur, "Aku menemui kedua orang tuaku. Karena ayah masuk rumah sakit, Tuan. Apakah itu salah?"
Mendengar itu, Erzan terdiam dengan otaknya yang berjalan. Lagi-lagi dia sadar, bahwa selama ini dia telah mengurung Aina di rumahnya. Gadis itu tak bisa pergi ke mana-mana, bahkan menemui orang tuanya saja susah.
Akan tetapi karena Erzan adalah orang yang pantang untuk disalahkan. Dia tidak mau mendengarkan alasan Aina.
Rasa gengsi Erzan benar-benar mengalahkan segalanya.
"Tapi kamu bisa menghubungiku terlebih dahulu. Ingatlah, bahwa aku yang memegang kendali atas rumah ini dan isinya, termasuk kamu!" tunjuk Erzan dengan mata yang menyalak tajam.
Lantas detik selanjutnya ia melepaskan tangan Aina dengan begitu kasar. Sampai-sampai tubuh Aina jatuh ke lantai.
Beruntung Aina memegang handuknya dengan kuat. Jadi, Erzan tidak bisa melihat semuanya.
"Jangan pernah lakukan hal itu lagi, atau kamu akan tahu akibatnya! Kamu sudah kenal aku 'kan? Aku adalah orang yang kejam!" cetus Erzan sebelum akhirnya dia pergi dari kamar Aina, dengan membanting pintu.
Sementara Aina langsung menutup matanya rapat-rapat. Tidak, dia tidak boleh marah. Justru dia harus bersyukur karena ternyata Erzan tidak berubah.
*
*
*
Hari demi hari berganti, dan selama itu Erzan merasakan perubahan Aina. Gadis itu jadi terlihat lebih ceria, meski Erzan masih sering memarahinya.
Dan kalian pasti sudah tahu apa alasannya. Ya, Gavin adalah satu-satunya sosok yang membuat Aina masih betah berada di rumah utama.
Erzan tak mengerti kenapa dia jadi kerap memikirkan Aina. Bahkan tak ada lagi gairah untuk bercinta dengan wanita-wanita panggilannya.
Ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Hingga dia tidak akan pernah puas, sebelum mendapatkannya secara utuh.
"Cih, apakah dia memakai keluguannya untuk menggodaku?" gumam Erzan, mulai menjilat ludahnya sendiri.
Kini dia sedang dalam perjalanan pulang. Namun, setibanya di rumah Erzan tidak sedikit pun keluar dari kamar.
Dia terus mengurung diri, bahkan melewatkan makan malam. Naumi sudah beberapa kali mengingatkannya, tetapi Erzan tetap tak mau dengar.
Sementara Gavin masih ada di bengkel, karena masih mengerjakan beberapa pekerjaan.
Hingga saat waktu menunjukkan pukul 9 malam. Erzan meminta Naumi untuk memanggil Aina agar menemuinya di kamar.
Patuh, Naumi pun menjalankan perintah tuannya. Sedangkan Aina terus bertanya-tanya, untuk apa Erzan memangilnya malam-malam begini?
Apakah ada sesuatu yang penting?
"Bibi benar-benar tidak tahu?" tanya Aina sebelum menaiki tangga.
Naumi menganggukkan kepala.
"Benar, Nona, Tuan tidak bicara apa-apa."
Aina menghela nafas panjang, akhirnya dia melangkah gontai untuk sampai di kamar Erzan. Ketika dia hendak mengetuk pintu, gerakan tangannya terlihat ragu.
Akan tetapi jika dia membuat Erzan menunggu, sudah tentu dia akan dimarahi oleh pria paruh baya itu.
Tok Tok Tok ...
Selesai ketukan terakhir, Aina langsung mendengar suara suaminya.
"Masuk!"
Lagi, Aina menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Kenop pintu mulai berputar, hingga detik selanjutnya benda persegi panjang itu terbuka.
Aina masuk dan melihat Erzan yang membelakanginya.
Sebelum gadis itu bertanya, Erzan lebih dulu angkat bicara. "Persiapkan dirimu. Aku akan meminta hakku malam ini."
Deg.
***
Aina harus gimana gaes menurut kalian 🥺🥺🥺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
IbuNaGara
waduhhh
2024-04-03
0
Anonim
wuuuaaadddoooooohhhhh.....dapat perawan neehhh bandot tua wkwkwk
2024-02-24
0
Pia Palinrungi
aduhhh givan cepet pulang nolongin aina, daddy sdh kerasukan setan walaupun haknya tp awalnya jahat, gak pantas u aina
2024-01-13
1