"Persiapkan dirimu. Aku akan meminta hakku malam ini," ucap Erzan masih membelakangi istri kecilnya.
Deg. Jantung Aina mencelos mendengar kalimat yang baru saja Erzan lontarkan? Sungguh dia tidak salah dengar? Pria ini ingin meminta hak, setelah semua perlakuan buruknya.
Tidak, rasanya sungguh tidak adil. Apalagi Aina tidak pernah rela dirinya dicumbu oleh pria lain. Yang dia inginkan hanya Gavin.
Suasana kamar itu nampak hening. Karena Aina sedang mengumpulkan keberaniannya untuk membalas ucapan Erzan.
"Bukankah anda pernah bilang, bahwa anda tidak akan menyentuh saya? Lalu apa maksudnya semua ini, Tuan?"
Mendengar itu Erzan sontak membalik tubuhnya hingga dia bisa melihat Aina yang nampak gugup. Gadis itu mundur satu langkah, takut sekali melihat tatapan Erzan.
Pria paruh baya itu menyunggingkan senyum tipis. "Aku berubah pikiran. Bukankah tidak salah jika aku menginginkannya?"
Glek!
Aina menelan ludahnya dengan kasar. Harus dengan cara apa dia menggagalkan keinginan Erzan? Sungguh, dia tak dapat membayangkan tubuhnya dinikmati oleh pria paruh baya ini, meskipun dia sangat sadar bahwa Erzan adalah suaminya sendiri.
"Aku sedang datang bulan," ujar Aina mencoba mengelabui suaminya. Padahal dia baru saja selesai datang bulan beberapa hari yang lalu. Itu artinya dia sedang dalam masa subur.
Senyum di bibir Erzan langsung luruh seketika. Dia mendekati Aina dan memegang bahu gadis itu dengan kuat. "Jangan bohong!" bentaknya.
Tubuh Aina kembali gemetar, tapi dia tidak boleh menyerah begitu saja.
"Aku tidak bohong, Tuan, aku memang sedang datang bulan. Jadi, anda tidak bisa menyentuh saya!" balas Aina dengan tegas. Namun, hal tersebut justru memicu rasa penasaran Erzan.
Pria itu semakin merasa tertantang.
"Seperti itu ya? Kalau begitu aku akan membuktikannya sendiri, benar atau tidaknya!"
Erzan langsung melempar tubuh Aina ke atas ranjang. Kini dia hanya menggunakan handuk kimono yang mudah sekali untuk dilepas, satu kali dia menarik ikatan yang ada di perutnya, maka Aina bisa langsung melihat seluruh tubuhnya yang masih cukup kekar.
Saat Erzan hendak mencium bibir Aina, gadis itu langsung menampar wajah Erzan dengan keras. Membuat pria itu mendelikkan matanya.
"Berani sekali kamu menolakku, Jallang!" bentak Erzan tepat di depan wajah Aina.
Plak!
Erzan berganti menampar pipi Aina dengan keras. Hingga cap tangannya membekas. Lalu setelah itu, Erzan mencengkram kuat rahang Aina.
"Andai kamu berani macam-macam, maka kedua orang tuamu yang menjadi taruhannya!" ancam Erzan, sementara Aina sudah menangis, karena diperlakukan begitu kasar.
Bagaimana dia bisa ikhlas dan rela, jika Erzan tak pernah sedikit pun bersikap lembut padanya. Jangan salahkan dia kalau akhirnya dia memilih jalan yang salah. Karena bersama Erzan ia hanya mendapatkan luka.
Aina semakin mengeluarkan cairan bening dari matanya saat Erzan tiba-tiba melemparkan handuk kimono itu ke sembarang arah.
Gadis itu mencengkram kuat sprei sambil menggeser tubuhnya.
Tatapan Erzan bak mata elang yang sedang melihat mangsanya. Lalu secepat kilat dia menyerang bibir Aina, membuat gadis itu terbungkam.
Tangan langsing Aina sontak memukul-mukul punggung Erzan. Sementara ciuman itu semakin menuntut balasan.
Aina benar-benar merasa jijik, karena ia tahu Erzan hanya akan menjadikannya budak nafsuu.
"Auch!" Erzan menghentikan serangannya saat Aina tiba-tiba menggigit bibirnya dengan keras.
Kedua pasang itu kembali menyalak tajam, sementara Aina menggunakan kesempatan itu untuk segera bangkit.
"Anda tidak akan bisa mendapatkan sebuah hak, kalau anda tidak menunaikan kewajiban!" ucap Aina dengan menggebu-gebu. Dia tidak tahu apa yang akan Erzan lakukan setelah mendengar kalimat itu darinya.
"Kurang ajar! Sudah semakin berani kamu sekarang."
Erzan menarik tangan Aina lalu melemparkannya ke tembok, membuat dahi Aina terbentur. Namun, semua rasa sakit di tubuh Aina terkalahkan oleh rasa ingin lepas dari suaminya, sehingga dia bersusah payah untuk menahan semuanya.
Erzan mengunci pergelangan tangan Aina. Dia kembali mencumbu gadis itu, karena hasratnya sudah naik ke puncak ubun-ubun.
Namun, tatapan mata Erzan tiba-tiba melihat ke arah foto Margin. Membuatnya kembali teringat dengan perselingkuhan mantan istrinya tersebut.
Semakin Erzan ingat, dia semakin bertambah kesal. Hingga gairah dalam dirinya berubah menjadi api amarah.
Padahal sebelumnya dia selalu baik-baik saja saat bercinta dengan para wanita panggilannya, apakah semua ini karena dia melakukannya di kamar utama?
Hingga dengan cepat, Erzan menarik dirinya dari tubuh Aina, lalu kembali mendorong gadis itu. "Pergi dari kamarku! Pergi sialan!"
Aina sampai terperangah mendengar perintah Erzan. Kenapa pria itu malah mengusirnya? Namun, karena tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Aina segera bangkit dan keluar dari sana.
Dia berlari tunggang langgang, membawa kakinya masuk ke dalam kamar.
Dan tak berapa lama dari itu, Gavin memasuki kamar Aina secara diam-diam. Dia mengernyitkan dahi saat melihat Aina sedang duduk di lantai sambil menangis.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Gavin sambil duduk di hadapan Aina.
Melihat siapa yang datang, Aina langsung menghambur memeluk tubuh Gavin. Dia ingin mengubur semua rasa takut atas apa yang baru saja terjadi.
"Na?" panggil Gavin.
"Gav, aku ingin melakukannya denganmu. Ayo kita bercinta malam ini," ujar Aina sambil terisak-isak.
Sementara Gavin yang mendengar itu nampak sangat terperangah. Sebab rasanya tak mungkin jika tiba-tiba Aina mengajaknya bercinta.
***
Bagaimana gaes, menurut kalian Aina harus kasih hak sama Erzan? Atau lanjutin cinta terlarang sama Gavin? 🙈🙈🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
😲😲😲😲
2024-04-03
0
Alexandra Juliana
Aina mengajak Gavin bercinta krn dia mau klo Gavin org pertama yg menyentuhnya, dia g rela Erzan mengambil keperawanannya..
2024-01-16
1
Pia Palinrungi
biar aja erzan sam wanita jqlqng yg biasa beraama drpd harus sm aina
2024-01-13
0