Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )

Setelah Bu Ida memberikan uang sebesar lima ratus ribu rupiah kepada Rahman, Rahman pun pulang dari rumah orangtuanya.

"Bu, kapan Ibu akan berhenti memanjakan Rahman?" tanya Pak Syarif ketika Bu Ida masuk ke dalam rumahnya.

"Kalau bukan kita yang memanjakan Anak kita, mau siapa lagi Pak?" jawab Bu Ida dengan entengnya.

"Bu, Rahman bukan Anak kecil lagi, tidak seharusnya kita memanjakan Anak kita secara berlebihan. Kapan Rahman akan bersikap dewasa jika Ibu terus memanjakannya? Jangan sampai Ibu menyesal di kemudian hari."

"Pak apa salahnya Ibu memberikan uang kepada Rahman?"

"Bu, kita tidak akan selalu ada untuk Anak kita, karena suatu saat nanti kita pasti akan meninggal Dunia, dan Bapak takut jika Rahman terus bergantung kepada orangtua."

"Ya sudah, nanti Ibu bakalan bantuin Rahman cari kerja di tempat yang pantas, masa Sarjana jadi tukang ojek."

Pak Syarif yang sudah tidak mau berdebat dengan Bu Ida memutuskan untuk diam, karena Pak Syarif merasa percuma berdebat dengan orang yang tidak pernah mau mengalah.

......................

Setelah bercerai dari Rahman, Laras menjadi lebih cantik, dan tubuhnya juga tidak terlalu kurus, karena sekarang Laras tidak terlalu cape, tidak seperti dulu saat berumah tangga dengan Rahman, selain bekerja Laras juga harus mengurus rumah, Suami, Anak dan juga Mawar, sehingga Laras tidak mempunyai waktu untuk berdandan dan merawat diri sendiri.

"Sekarang kamu menjadi lebih cantik Laras," ujar Anggi.

"Semuanya juga berkat bantuan kamu Anggi. Kamu sudah membantu mengurus Daffa, juga membantu aku memasak untuk dagangan. Terimakasih ya, aku sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik kamu."

"Seharusnya aku yang bersyukur karena memiliki sahabat yang paling baik sedunia," ujar Anggi dengan memeluk Laras.

Hari ini Anggi dan Laras libur kerja, dan mereka memutuskan untuk mengajak Daffa jalan-jalan ke Super market.

"Laras, bukannya itu Mawar ya? tapi Mawar jalan sama siapa? sepertinya itu bukan Mas Rahman deh," ujar Anggi.

Laras melihat ke arah Mawar yang bergandengan dengan seorang pria paruh baya, dan dari penampilannya, lelaki paruh baya tersebut terlihat seperti orang berada, bahkan Mawar di ajak berbelanja perhiasan.

"Iya Anggi, itu Mawar, tapi siapa lelaki paruh baya yang bersamanya?"

"Mungkin itu Om Om senangnya Mawar," bisik Anggi.

"Sudahlah Anggi, itu bukan urusan kita juga," ujar Laras yang sebenarnya merasa kecewa terhadap kelakuan Mawar, karena sebagai seorang Kakak, Laras merasa gagal mendidik Adiknya.

Bu, Pak, maafin Laras yang tidak bisa mendidik Mawar dengan baik, ucap Laras dalam hati.

Laras mengajak Anggi menjauhi Mawar, tapi ternyata mereka bertemu kembali dengan Mawar saat berada di toko baju, dan saat itu Anggi tidak sengaja bertabrakan dengan Mawar, sehingga menyebabkan tas Mawar terjatuh.

Laras tidak tau jika yang bertabrakan dengan Anggi adalah Mawar, karena Laras langsung mengambil tas Mawar yang terjatuh.

"Kalau jalan itu pake mata," teriak Mawar kepada Anggi.

"Heh Pelakor, dimana-mana juga jalan pake kaki, lagian situ yang salah, kenapa situ yang marah," teriak Anggi tidak mau kalah.

Mawar yang merasa geram terhadap Anggi langsung melayangkan tangannya untuk menampar Anggi, tapi dengan sigap Laras mencekal pergelangan tangan Mawar.

"Aku tidak akan membiarkan tangan kotor kamu menyentuh saudaraku," ucap Laras dengan penuh penekanan, dan Mawar begitu terkejut ketika melihat jika orang yang memegang tangannya adalah Laras.

"Ka_kakak," ucap Mawar dengan lirih.

"Maaf, sepertinya kamu salah orang, karena aku tidak memiliki Adik yang tidak punya hati sepertimu," ujar Laras, sehingga memancing emosi Mawar.

"Memangnya kamu pikir aku mau mempunyai Kakak miskin sepertimu?" teriak Mawar.

"Kamu bilang Laras miskin? kamu seharusnya sadar, kamu itu dibesarkan oleh keringat dan juga kerja keras Kakak kamu, tapi kamu seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Dasar Pelakor tidak tau diri," teriak Anggi, sehingga menjadi pusat perhatian semua orang.

Mawar terlihat malu ketika semua orang berbisik-bisik melihat ke arahnya, sampai akhirnya Tuan Dirga yang baru dari toilet datang menghampiri mereka.

"Sayang, ada apa ini?" tanya Tuan Dirga.

"Oh, jadi setelah berhasil merebut Suami Kakak kandung kamu, kamu juga mencari lelaki hidung belang untuk kamu porotin?" sindir Anggi, sehingga membuat malu Mawar.

Mata Tuan Dirga terus melihat ke arah Laras, apalagi sekarang Laras terlihat lebih cantik dari Mawar.

"Apa boleh saya berkenalan dengan Anda?" tanya Tuan Dirga dengan mengulurkan tangannya kepada Laras, tapi Laras terlihat acuh dan tidak menghiraukan Tuan Dirga, sehingga membuat Tuan Dirga semakin penasaran dengan sosok Laras.

"Nona, apa bisa saya meminta nomor handphone Anda?" tanya Tuan Dirga kepada Laras, dan Mawar menjadi semakin geram.

"Maaf Tuan, tapi saya tidak berminat untuk berkenalan dengan Anda," ujar Laras.

"Apa Anda tidak tau siapa saya? saya adalah pemilik Dirgantara Grup."

"Saya juga tidak bertanya tentang identitas Anda, Meski pun Anda seorang Pejabat, saya juga tidak peduli," ujar Laras dengan ketus.

Sungguh menarik, aku harus mendapatkan perempuan ini. Biasanya semua perempuan akan mendekatiku setelah mengetahui identitasku yang sebenarnya, ujar Tuan Dirga dalam hati.

"Om, sebaiknya kita pergi dari sini, Mawar sudah lapar," rengek Mawar dengan manja.

"Dasar Pelakor tidak tau malu," sindir Anggi yang merasa geram terhadap Mawar.

"Sayang, apa kamu kenal sama mereka?" tanya Tuan Dirga.

"Tidak mungkin aku kenal sama perempuan kampung seperti mereka," ujar Mawar.

"Dasar Adik durhaka," ujar Anggi, dan Laras mencoba untuk menenangkan Anggi.

"Sudah Anggi, sebaiknya kita pergi dari sini. Dan untuk Anda Tuan, saya pikir Mawar pasti seusia dengan Putri Anda. Apa Anda tidak malu jalan dengan perempuan yang sebaya dengan Putri Anda? Anda juga pasti memiliki seorang Istri? seharusnya Anda tidak menyakiti hati istri Anda, karena Anda sendiri terlahir dari rahim seorang perempuan," ujar Laras, dan Tuan Dirga langsung diam mematung mendengar perkataan Laras.

Mawar menarik tangan Tuan Dirga yang terlihat melamun.

Setelah cukup jauh dari Laras dan Anggi, Mawar langsung saja angkat suara.

"Om, kenapa sih Om diam saja?"

"Mawar, apa kamu kenal dengan perempuan tadi?" tanya Tuan Dirga.

"Jangan bilang Om naksir sama dia."

"Dia mengingatkan Om pada seseorang," ujar Tuan Dirga yang teringat dengan wajah istrinya saat masih muda dulu.

"Om, saat ini Mawar sedang hamil Anak Om," ujar Mawar, dan Tuan Dirga langsung menyuruh Mawar untuk diam.

"Mawar, tutup mulut kamu, jangan sampai ada orang yang mendengarnya. Kalau sampai Anya tau, Anya pasti kecewa, karena sahabatnya sendiri sudah berselingkuh dengan Papanya. Pastinya Anya juga akan murka sama Om."

"Bukannya Anya itu hanya Anak adopsi?"

"Meski pun Anya hanya anak angkat Om, tapi kami menyayanginya seperti Anak kandung kami sendiri, apalagi sampai sekarang penyakit Istri Om sering kambuh ketika mengingat Anak kami yang hilang."

"Om, lalu bagaimana dengan nasib bayi yang saat ini berada dalam kandungan Mawar?"

Terpopuler

Comments

𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀

𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀

mall kali mn ada orang jln2 nya ke supermarket doang mana bisa beli perhiasan lagi

2024-01-11

2

Rusma Yulida

Rusma Yulida

bapanya Laras ini 🤣🤣🤣

2023-05-27

2

Risma Farna

Risma Farna

Jgn2 Laras anaknya pak Dirga yg hilang

2023-05-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2 Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3 Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4 Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5 Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6 Bab 6 ( Istri durhaka )
7 Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8 Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9 Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10 Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11 Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12 Bab 12 ( Takdir cintaku )
13 Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14 Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15 Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16 Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17 Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18 Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19 Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20 Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21 Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22 Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23 Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24 Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25 Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26 Bab 26 ( Bersikap tegas )
27 Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28 Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29 Bab 29 ( Teman curhat )
30 Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31 Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32 Bab 32 ( Selingkuh )
33 Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34 Bab 34 ( Laras Hamil )
35 Bab 35 ( Suami Siaga )
36 Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37 Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38 Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39 Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40 Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41 Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42 Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43 Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44 Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45 Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46 Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47 Bab 47 ( Rencana Liburan )
48 Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49 Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50 Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51 Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52 Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53 Bab 53 ( Tanda lahir )
54 Bab 54 ( Tes DNA )
55 Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56 Bab 56 ( Serangan jantung )
57 Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58 Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59 Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60 Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61 Bab 61 ( Karma Mawar )
62 Bab 62 ( Anya hamil )
63 Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64 Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65 Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66 Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67 Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68 Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69 Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70 Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71 Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72 Bab 72 ( Lamaran Arman )
73 Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74 Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75 Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76 Bab 76 ( Berdebat )
77 Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78 Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79 Bab 79 ( Saling pengertian )
80 Bab 80 ( Awal penderitaan )
81 Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82 Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83 Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84 Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85 Bab 85 ( Dikira pengemis )
86 Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87 Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88 Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89 Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90 Bab 90 ( Selingkuh )
91 Bab 91 ( Berbagi Suami )
92 Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93 Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94 Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95 Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96 Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97 Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98 Bab 98 ( Olahraga sore )
99 Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100 Bab 100 ( Kekasih gelap )
101 Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102 Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103 Bab 103 ( Rumah baru )
104 Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105 Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106 Bab 106 ( Semakin curiga )
107 Bab 107 ( Sakit )
108 Bab 108 ( Positif )
109 Bab 109 ( Hamil )
110 Bab 110 ( Anak durhaka )
111 Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112 Bab 112 ( Mulai curiga )
113 Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114 Bab 114 ( Tidak berdaya )
115 Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116 Bab 116 ( Tertangkap basah )
117 Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118 Bab 118 ( Terkena stroke )
119 Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120 Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121 Bab 121 ( Hilang ingatan )
122 Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123 Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124 Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125 Bab 125 ( Patah hati )
126 Bab 126 ( Manusia gerobak )
127 Bab 127 ( Melahirkan )
128 Bab 128 ( Bayi cacat )
129 Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130 Bab 130 ( Rencana perceraian )
131 Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132 Bab 132 ( Donor darah )
133 Bab 133 ( Talak tiga )
134 Bab 134 ( Menyerah )
135 Bab 135 ( Kecelakaan )
136 Bab 136 ( Hukuman )
137 Bab 137 ( Hamil )
138 Bab 138 ( Putus asa )
139 Bab 139 ( Menjadi ART )
140 Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141 Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142 Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143 Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144 Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145 Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146 Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
147 Bab 147 ( Meninggal dunia )
148 Bab 148 ( Balasan yang setimpal )
149 Bab 149 ( Kesetiaan cinta )
150 Bab 150 ( Anak pembawa berkah )
151 Bab 151 ( Pengorbanan seorang Ibu )
152 Bab 152 ( Ceraikan Nisa )
153 Bab 153 ( Hidup memiliki pilihan )
154 Bab 154 ( Akhir hidup Pelakor )
155 Bab 155 ( Membuka lembaran baru )
156 Bab 156 ( Resmi bercerai )
157 Bab 157 ( Kesucian yang terenggut )
158 Bab 158 ( Lamaran Aslan )
159 Bab 159 ( Hancurnya persahabatan )
160 Bab 160 ( Sahabat sejati )
161 Bab 161 ( Selamat jalan Anggi )
162 Bab 162 ( Mengetahui keberadaan Nisa )
163 Bab 163 ( Menjadi badut )
164 Bab 164 ( Ikatan batin )
165 Bab 165 ( Melepas dengan ikhlas )
166 Bab 166 ( Hari pertama bekerja )
167 Bab 167 ( Akhir dari kesombongan )
168 Bab 168 ( Demam )
169 Bab 169 ( Takdir cinta )
170 Bab 170 ( Mengukir kenangan )
171 Bab 171 ( Tidak memiliki Ayah )
172 Bab 172 ( Ayah )
173 Bab 173 ( Kepulangan Aslan )
174 Bab 174 ( Hari pernikahan )
175 Bab 175 ( Pengorbanan Aslan )
176 Bab 176 ( Tragedi )
177 Bab 177 ( Memilih keluarga Aslan )
178 Bab 178 ( Hasutan Oma Linda )
179 Bab 179 ( Lamaran Rayyan )
180 Bab 180 ( Pangeran berkuda putih )
181 Bab 181 ( Antara dendam dan cinta )
182 Bab 182 ( Patah hati )
183 Bab 183 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
184 Bab 184 ( Bertepuk sebelah tangan )
185 Bab 185 ( Pindah ke Surabaya )
186 Bab 186 ( Baru permulaan )
187 Bab 187 ( Bukan sandiwara )
188 Bab 188 ( Perempuan terbaik )
189 Bab 189 ( Mantan terindah )
190 Bab 190 ( Kesalahan yang fatal )
191 Bab 191 ( Harus bertanggung jawab )
192 Bab 192 ( Menolak tanggung jawab Rayyan )
193 Bab 193 ( Telat datang bulan )
194 Bab 194 ( Kehadiran orang ketiga )
195 Bab 195 ( Hamil enam minggu )
196 Bab 196 ( Lepas dari tanggung jawab )
197 Bab 197 ( Perjanjian nikah kontrak )
198 Bab 198 ( Kandas )
199 Bab 199 ( Menjadi saudara ipar )
200 Bab 200 ( Separuh jiwa ku pergi )
201 Bab 201 ( Ipar adalah maut )
202 Bab 202 ( Keguguran )
203 Bab 203 ( Surat persetujuan aborsi )
204 Di Ujung Penantian Ku, By Rini Antika
205 Bab 205 ( Jatuhnya talak )
206 Bab 206 ( Ancaman Anton )
207 Bab 207 ( Dukungan Raja )
208 Bab 208 ( Menumbalkan Marlina )
209 Bab 209 ( Antara cinta dan luka )
210 Bab 210 ( Lentera cinta )
211 Bab 211 ( Tidak ada jalan untuk kembali )
212 Kesucian Yang Ternoda By Rini Antika
213 Bab 213 ( Selamat tinggal )
214 Bab 214 ( Nasi telah menjadi bubur )
215 Bab 215 ( Penyesalan Risna )
216 Bab 216 ( Air susu dibalas air tuba )
217 Bab 217 ( Kegagalan adalah kunci keberhasilan )
218 Bab 218 ( Senandung keikhlasan )
219 Suamiku Boneka Keluarganya
220 Bab 220 ( Pernikahan tanpa cinta )
221 Bab 221 ( Keinginan terakhir )
222 Bab 222 ( Promosi novel Suamiku Boneka Keluarganya )
223 Bab 223 ( Kematian adalah awal kehidupan )
224 Bab 224 ( Kontrak seumur hidup )
225 Bab 225 ( Akhir semuanya )
226 Selimut Tetangga
Episodes

Updated 226 Episodes

1
Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2
Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3
Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4
Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5
Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6
Bab 6 ( Istri durhaka )
7
Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8
Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9
Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10
Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11
Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12
Bab 12 ( Takdir cintaku )
13
Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14
Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15
Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16
Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17
Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18
Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19
Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20
Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21
Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22
Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23
Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24
Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25
Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26
Bab 26 ( Bersikap tegas )
27
Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28
Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29
Bab 29 ( Teman curhat )
30
Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31
Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32
Bab 32 ( Selingkuh )
33
Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34
Bab 34 ( Laras Hamil )
35
Bab 35 ( Suami Siaga )
36
Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37
Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38
Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39
Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40
Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41
Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42
Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43
Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44
Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45
Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46
Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47
Bab 47 ( Rencana Liburan )
48
Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49
Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50
Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51
Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52
Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53
Bab 53 ( Tanda lahir )
54
Bab 54 ( Tes DNA )
55
Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56
Bab 56 ( Serangan jantung )
57
Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58
Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59
Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60
Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61
Bab 61 ( Karma Mawar )
62
Bab 62 ( Anya hamil )
63
Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64
Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65
Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66
Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67
Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68
Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69
Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70
Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71
Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72
Bab 72 ( Lamaran Arman )
73
Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74
Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75
Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76
Bab 76 ( Berdebat )
77
Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78
Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79
Bab 79 ( Saling pengertian )
80
Bab 80 ( Awal penderitaan )
81
Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82
Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83
Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84
Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85
Bab 85 ( Dikira pengemis )
86
Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87
Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88
Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89
Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90
Bab 90 ( Selingkuh )
91
Bab 91 ( Berbagi Suami )
92
Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93
Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94
Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95
Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96
Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97
Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98
Bab 98 ( Olahraga sore )
99
Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100
Bab 100 ( Kekasih gelap )
101
Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102
Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103
Bab 103 ( Rumah baru )
104
Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105
Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106
Bab 106 ( Semakin curiga )
107
Bab 107 ( Sakit )
108
Bab 108 ( Positif )
109
Bab 109 ( Hamil )
110
Bab 110 ( Anak durhaka )
111
Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112
Bab 112 ( Mulai curiga )
113
Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114
Bab 114 ( Tidak berdaya )
115
Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116
Bab 116 ( Tertangkap basah )
117
Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118
Bab 118 ( Terkena stroke )
119
Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120
Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121
Bab 121 ( Hilang ingatan )
122
Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123
Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124
Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125
Bab 125 ( Patah hati )
126
Bab 126 ( Manusia gerobak )
127
Bab 127 ( Melahirkan )
128
Bab 128 ( Bayi cacat )
129
Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130
Bab 130 ( Rencana perceraian )
131
Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132
Bab 132 ( Donor darah )
133
Bab 133 ( Talak tiga )
134
Bab 134 ( Menyerah )
135
Bab 135 ( Kecelakaan )
136
Bab 136 ( Hukuman )
137
Bab 137 ( Hamil )
138
Bab 138 ( Putus asa )
139
Bab 139 ( Menjadi ART )
140
Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141
Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142
Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143
Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144
Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145
Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146
Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
147
Bab 147 ( Meninggal dunia )
148
Bab 148 ( Balasan yang setimpal )
149
Bab 149 ( Kesetiaan cinta )
150
Bab 150 ( Anak pembawa berkah )
151
Bab 151 ( Pengorbanan seorang Ibu )
152
Bab 152 ( Ceraikan Nisa )
153
Bab 153 ( Hidup memiliki pilihan )
154
Bab 154 ( Akhir hidup Pelakor )
155
Bab 155 ( Membuka lembaran baru )
156
Bab 156 ( Resmi bercerai )
157
Bab 157 ( Kesucian yang terenggut )
158
Bab 158 ( Lamaran Aslan )
159
Bab 159 ( Hancurnya persahabatan )
160
Bab 160 ( Sahabat sejati )
161
Bab 161 ( Selamat jalan Anggi )
162
Bab 162 ( Mengetahui keberadaan Nisa )
163
Bab 163 ( Menjadi badut )
164
Bab 164 ( Ikatan batin )
165
Bab 165 ( Melepas dengan ikhlas )
166
Bab 166 ( Hari pertama bekerja )
167
Bab 167 ( Akhir dari kesombongan )
168
Bab 168 ( Demam )
169
Bab 169 ( Takdir cinta )
170
Bab 170 ( Mengukir kenangan )
171
Bab 171 ( Tidak memiliki Ayah )
172
Bab 172 ( Ayah )
173
Bab 173 ( Kepulangan Aslan )
174
Bab 174 ( Hari pernikahan )
175
Bab 175 ( Pengorbanan Aslan )
176
Bab 176 ( Tragedi )
177
Bab 177 ( Memilih keluarga Aslan )
178
Bab 178 ( Hasutan Oma Linda )
179
Bab 179 ( Lamaran Rayyan )
180
Bab 180 ( Pangeran berkuda putih )
181
Bab 181 ( Antara dendam dan cinta )
182
Bab 182 ( Patah hati )
183
Bab 183 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
184
Bab 184 ( Bertepuk sebelah tangan )
185
Bab 185 ( Pindah ke Surabaya )
186
Bab 186 ( Baru permulaan )
187
Bab 187 ( Bukan sandiwara )
188
Bab 188 ( Perempuan terbaik )
189
Bab 189 ( Mantan terindah )
190
Bab 190 ( Kesalahan yang fatal )
191
Bab 191 ( Harus bertanggung jawab )
192
Bab 192 ( Menolak tanggung jawab Rayyan )
193
Bab 193 ( Telat datang bulan )
194
Bab 194 ( Kehadiran orang ketiga )
195
Bab 195 ( Hamil enam minggu )
196
Bab 196 ( Lepas dari tanggung jawab )
197
Bab 197 ( Perjanjian nikah kontrak )
198
Bab 198 ( Kandas )
199
Bab 199 ( Menjadi saudara ipar )
200
Bab 200 ( Separuh jiwa ku pergi )
201
Bab 201 ( Ipar adalah maut )
202
Bab 202 ( Keguguran )
203
Bab 203 ( Surat persetujuan aborsi )
204
Di Ujung Penantian Ku, By Rini Antika
205
Bab 205 ( Jatuhnya talak )
206
Bab 206 ( Ancaman Anton )
207
Bab 207 ( Dukungan Raja )
208
Bab 208 ( Menumbalkan Marlina )
209
Bab 209 ( Antara cinta dan luka )
210
Bab 210 ( Lentera cinta )
211
Bab 211 ( Tidak ada jalan untuk kembali )
212
Kesucian Yang Ternoda By Rini Antika
213
Bab 213 ( Selamat tinggal )
214
Bab 214 ( Nasi telah menjadi bubur )
215
Bab 215 ( Penyesalan Risna )
216
Bab 216 ( Air susu dibalas air tuba )
217
Bab 217 ( Kegagalan adalah kunci keberhasilan )
218
Bab 218 ( Senandung keikhlasan )
219
Suamiku Boneka Keluarganya
220
Bab 220 ( Pernikahan tanpa cinta )
221
Bab 221 ( Keinginan terakhir )
222
Bab 222 ( Promosi novel Suamiku Boneka Keluarganya )
223
Bab 223 ( Kematian adalah awal kehidupan )
224
Bab 224 ( Kontrak seumur hidup )
225
Bab 225 ( Akhir semuanya )
226
Selimut Tetangga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!