Setelah Bu Ida memberikan uang sebesar lima ratus ribu rupiah kepada Rahman, Rahman pun pulang dari rumah orangtuanya.
"Bu, kapan Ibu akan berhenti memanjakan Rahman?" tanya Pak Syarif ketika Bu Ida masuk ke dalam rumahnya.
"Kalau bukan kita yang memanjakan Anak kita, mau siapa lagi Pak?" jawab Bu Ida dengan entengnya.
"Bu, Rahman bukan Anak kecil lagi, tidak seharusnya kita memanjakan Anak kita secara berlebihan. Kapan Rahman akan bersikap dewasa jika Ibu terus memanjakannya? Jangan sampai Ibu menyesal di kemudian hari."
"Pak apa salahnya Ibu memberikan uang kepada Rahman?"
"Bu, kita tidak akan selalu ada untuk Anak kita, karena suatu saat nanti kita pasti akan meninggal Dunia, dan Bapak takut jika Rahman terus bergantung kepada orangtua."
"Ya sudah, nanti Ibu bakalan bantuin Rahman cari kerja di tempat yang pantas, masa Sarjana jadi tukang ojek."
Pak Syarif yang sudah tidak mau berdebat dengan Bu Ida memutuskan untuk diam, karena Pak Syarif merasa percuma berdebat dengan orang yang tidak pernah mau mengalah.
......................
Setelah bercerai dari Rahman, Laras menjadi lebih cantik, dan tubuhnya juga tidak terlalu kurus, karena sekarang Laras tidak terlalu cape, tidak seperti dulu saat berumah tangga dengan Rahman, selain bekerja Laras juga harus mengurus rumah, Suami, Anak dan juga Mawar, sehingga Laras tidak mempunyai waktu untuk berdandan dan merawat diri sendiri.
"Sekarang kamu menjadi lebih cantik Laras," ujar Anggi.
"Semuanya juga berkat bantuan kamu Anggi. Kamu sudah membantu mengurus Daffa, juga membantu aku memasak untuk dagangan. Terimakasih ya, aku sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik kamu."
"Seharusnya aku yang bersyukur karena memiliki sahabat yang paling baik sedunia," ujar Anggi dengan memeluk Laras.
Hari ini Anggi dan Laras libur kerja, dan mereka memutuskan untuk mengajak Daffa jalan-jalan ke Super market.
"Laras, bukannya itu Mawar ya? tapi Mawar jalan sama siapa? sepertinya itu bukan Mas Rahman deh," ujar Anggi.
Laras melihat ke arah Mawar yang bergandengan dengan seorang pria paruh baya, dan dari penampilannya, lelaki paruh baya tersebut terlihat seperti orang berada, bahkan Mawar di ajak berbelanja perhiasan.
"Iya Anggi, itu Mawar, tapi siapa lelaki paruh baya yang bersamanya?"
"Mungkin itu Om Om senangnya Mawar," bisik Anggi.
"Sudahlah Anggi, itu bukan urusan kita juga," ujar Laras yang sebenarnya merasa kecewa terhadap kelakuan Mawar, karena sebagai seorang Kakak, Laras merasa gagal mendidik Adiknya.
Bu, Pak, maafin Laras yang tidak bisa mendidik Mawar dengan baik, ucap Laras dalam hati.
Laras mengajak Anggi menjauhi Mawar, tapi ternyata mereka bertemu kembali dengan Mawar saat berada di toko baju, dan saat itu Anggi tidak sengaja bertabrakan dengan Mawar, sehingga menyebabkan tas Mawar terjatuh.
Laras tidak tau jika yang bertabrakan dengan Anggi adalah Mawar, karena Laras langsung mengambil tas Mawar yang terjatuh.
"Kalau jalan itu pake mata," teriak Mawar kepada Anggi.
"Heh Pelakor, dimana-mana juga jalan pake kaki, lagian situ yang salah, kenapa situ yang marah," teriak Anggi tidak mau kalah.
Mawar yang merasa geram terhadap Anggi langsung melayangkan tangannya untuk menampar Anggi, tapi dengan sigap Laras mencekal pergelangan tangan Mawar.
"Aku tidak akan membiarkan tangan kotor kamu menyentuh saudaraku," ucap Laras dengan penuh penekanan, dan Mawar begitu terkejut ketika melihat jika orang yang memegang tangannya adalah Laras.
"Ka_kakak," ucap Mawar dengan lirih.
"Maaf, sepertinya kamu salah orang, karena aku tidak memiliki Adik yang tidak punya hati sepertimu," ujar Laras, sehingga memancing emosi Mawar.
"Memangnya kamu pikir aku mau mempunyai Kakak miskin sepertimu?" teriak Mawar.
"Kamu bilang Laras miskin? kamu seharusnya sadar, kamu itu dibesarkan oleh keringat dan juga kerja keras Kakak kamu, tapi kamu seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Dasar Pelakor tidak tau diri," teriak Anggi, sehingga menjadi pusat perhatian semua orang.
Mawar terlihat malu ketika semua orang berbisik-bisik melihat ke arahnya, sampai akhirnya Tuan Dirga yang baru dari toilet datang menghampiri mereka.
"Sayang, ada apa ini?" tanya Tuan Dirga.
"Oh, jadi setelah berhasil merebut Suami Kakak kandung kamu, kamu juga mencari lelaki hidung belang untuk kamu porotin?" sindir Anggi, sehingga membuat malu Mawar.
Mata Tuan Dirga terus melihat ke arah Laras, apalagi sekarang Laras terlihat lebih cantik dari Mawar.
"Apa boleh saya berkenalan dengan Anda?" tanya Tuan Dirga dengan mengulurkan tangannya kepada Laras, tapi Laras terlihat acuh dan tidak menghiraukan Tuan Dirga, sehingga membuat Tuan Dirga semakin penasaran dengan sosok Laras.
"Nona, apa bisa saya meminta nomor handphone Anda?" tanya Tuan Dirga kepada Laras, dan Mawar menjadi semakin geram.
"Maaf Tuan, tapi saya tidak berminat untuk berkenalan dengan Anda," ujar Laras.
"Apa Anda tidak tau siapa saya? saya adalah pemilik Dirgantara Grup."
"Saya juga tidak bertanya tentang identitas Anda, Meski pun Anda seorang Pejabat, saya juga tidak peduli," ujar Laras dengan ketus.
Sungguh menarik, aku harus mendapatkan perempuan ini. Biasanya semua perempuan akan mendekatiku setelah mengetahui identitasku yang sebenarnya, ujar Tuan Dirga dalam hati.
"Om, sebaiknya kita pergi dari sini, Mawar sudah lapar," rengek Mawar dengan manja.
"Dasar Pelakor tidak tau malu," sindir Anggi yang merasa geram terhadap Mawar.
"Sayang, apa kamu kenal sama mereka?" tanya Tuan Dirga.
"Tidak mungkin aku kenal sama perempuan kampung seperti mereka," ujar Mawar.
"Dasar Adik durhaka," ujar Anggi, dan Laras mencoba untuk menenangkan Anggi.
"Sudah Anggi, sebaiknya kita pergi dari sini. Dan untuk Anda Tuan, saya pikir Mawar pasti seusia dengan Putri Anda. Apa Anda tidak malu jalan dengan perempuan yang sebaya dengan Putri Anda? Anda juga pasti memiliki seorang Istri? seharusnya Anda tidak menyakiti hati istri Anda, karena Anda sendiri terlahir dari rahim seorang perempuan," ujar Laras, dan Tuan Dirga langsung diam mematung mendengar perkataan Laras.
Mawar menarik tangan Tuan Dirga yang terlihat melamun.
Setelah cukup jauh dari Laras dan Anggi, Mawar langsung saja angkat suara.
"Om, kenapa sih Om diam saja?"
"Mawar, apa kamu kenal dengan perempuan tadi?" tanya Tuan Dirga.
"Jangan bilang Om naksir sama dia."
"Dia mengingatkan Om pada seseorang," ujar Tuan Dirga yang teringat dengan wajah istrinya saat masih muda dulu.
"Om, saat ini Mawar sedang hamil Anak Om," ujar Mawar, dan Tuan Dirga langsung menyuruh Mawar untuk diam.
"Mawar, tutup mulut kamu, jangan sampai ada orang yang mendengarnya. Kalau sampai Anya tau, Anya pasti kecewa, karena sahabatnya sendiri sudah berselingkuh dengan Papanya. Pastinya Anya juga akan murka sama Om."
"Bukannya Anya itu hanya Anak adopsi?"
"Meski pun Anya hanya anak angkat Om, tapi kami menyayanginya seperti Anak kandung kami sendiri, apalagi sampai sekarang penyakit Istri Om sering kambuh ketika mengingat Anak kami yang hilang."
"Om, lalu bagaimana dengan nasib bayi yang saat ini berada dalam kandungan Mawar?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
mall kali mn ada orang jln2 nya ke supermarket doang mana bisa beli perhiasan lagi
2024-01-11
2
Rusma Yulida
bapanya Laras ini 🤣🤣🤣
2023-05-27
2
Risma Farna
Jgn2 Laras anaknya pak Dirga yg hilang
2023-05-27
1