Mawar merasa geram karena sudah merasa dipermalukan oleh Abi.
"Sial, kenapa jadi aku yang dipermalukan," ujar Mawar.
"Mawar, sebaiknya kita pulang saja, gara-gara kamu cari masalah terus dengan Laras, jadi kita kan yang dipermalukan," ujar Rahman.
Pemilik toko menghampiri Mawar ketika melihat Mawar hendak ke luar dari tokonya.
"Mbak, gara-gara Mbak, hampir saja saya celaka, bagaimana kalau Tuan tadi sampai melaporkan saya ke Polisi? Mbak tadi lihat sendiri kan black card yang Suami Nyonya tadi miliki? karena hanya crazy rich yang memiliki kartu tanpa limit seperti itu."
"Kenapa Anda jadi nyalahin saya? saya juga tidak mengenal orang yang tadi, tapi dari penampilannya saja mereka sudah terlihat seperti orang kere."
"Saya baru sadar, jika kita tidak boleh melihat seseorang hanya dari penampilannya saja. Sepertinya Mbak yang tidak bisa membeli baju di toko saya, tapi Mbak sok soan masuk ke sini hanya untuk membuat kekacauan. Sebaiknya sekarang Mbak dan Mas nya pergi dari sini, dan jangan menginjakan kaki kalian di toko milik saya lagi, karena kalau tidak, saya yang akan melaporkan kalian karena sudah membuat kekacauan sehingga mencoreng nama baik toko saya."
"Saya juga tidak sudi belanja di toko Anda, dan Anda jangan menghina saya ya, karena saya lebih kaya dari orang yang tadi," ujar Mawar dengan angkuhnya.
"Kalau begitu buktikan, jangan cuma ngomong doang. Mbak gak punya uang kan untuk membeli baju di toko saya?"
Rahman yang tidak ingin dipermalukan untuk kedua kalinya, akhirnya memaksa Mawar untuk pulang.
"Maaf Bu, sekarang sudah malam, dan saat ini istri saya sedang hamil, jadi kami harus segera pulang. Ayo sayang, sebaiknya kita pulang sekarang," ujar Rahman kemudian membawa Mawar pergi dari toko tersebut, dan semua orang di sana meneriaki Mawar dan Rahman sebagai tukang fitnah dan orang sok kaya.
"Mas, kenapa sih kamu ngajak pulang aku segala? aku kan masih belum puas berbelanja," rengek Mawar.
"Mawar, kamu jangan mempermalukan diri sendiri lagi, aku sudah malu dengan kejadian tadi, jangan sampai kita dibuat malu untuk yang kedua kalinya. Kamu tau sendiri kan kalau tabunganku sudah menipis? kita juga harus berhemat untuk biaya persalinan kamu."
"Mulai besok kita kan sudah bekerja di PT. Abimana, untung saja pemilik PT. Abimana adalah Anak angkat Om Dirga, jadi kita bisa masuk dengan mudah," ujar Mawar dengan tersenyum licik, karena Mawar sudah berencana untuk mengerjai Laras setelah mereka berada pada satu pabrik yang sama.
......................
Sepanjang perjalanan pulang, Laras hanya diam saja, karena masih merasa tidak enak terhadap Abi.
"Laras, kenapa kamu diam saja?" tanya Abi.
"Mas, aku gak enak karena uang tabungan Mas pasti habis untuk membayar semua belanjaan ini kan? uang sepuluh juta itu besar, dan nilainya sama dengan gaji kita kerja tiga bulan. Aku bingung bagaimana cara balikin uangnya kepada Mas Abi."
"Memangnya siapa yang meminta kamu untuk mengembalikan uangnya?"
"Tapi Mas, pasti Mas Abi sudah lama mengumpulkan uangnya. Apa uang itu untuk biaya Mas Abi menikah?"
"Iya, kamu benar Laras, uang itu adalah untuk biaya pernikahan aku. Karena sekarang uangnya sudah habis, jadi sebagai gantinya kamu yang harus menikah denganku," ujar Abi dengan tersenyum.
"Udah, gak usah bercanda terus, tapi insyaallah setiap bln aku akan mencicilnya. Dan aku sangat berterimakasih, karena tadi Mas Abi sudah membelaku."
"Sudah seharusnya aku melakukan semua itu, kita kan teman," ujar Abi, dan Laras merasa beruntung karena Abi selalu mengerti dirinya.
Abi menggendong Daffa yang saat ini sudah tertidur dalam pangkuannya, karena saat mereka sampai kontrakan, Daffa minta digendong oleh Abi.
Abi meminta ijin terlebih dahulu kepada Laras untuk masuk ke dalam kontrakannya, karena Abi akan membaringkan Daffa.
"Laras tidak apa-apa kan aku masuk ke dalam kontrakan kamu? kasihan Daffa kalau sampai kebangun lagi. Kamu buka saja pintu kontrakannya supaya tidak timbul fitnah saat aku berada di dalam," ujar Abi.
"Iya, gak apa-apa Mas. Bentar, biar aku betulin dulu tempat tidur Daffa," ujar Laras, kemudian masuk terlebih dahulu ke dalam rumah kontrakan.
Setelah Laras menata bantal dan guling untuk Daffa tidur, secara perlahan, Abi membaringkan Daffa.
"Selamat tidur Anak Ayah, semoga mimpi indah," bisik Abi dengan mencium pipi Daffa.
Laras merasa tersentuh ketika mendengar perkataan Abi yang menyebut dirinya sebagai Ayah kepada Daffa. Hati Laras terasa menghangat ketika melihat Abi yang begitu tulus menyayangi Anaknya, tapi lagi-lagi Laras menampik semua itu, karena tidak akan mudah untuk Laras membuka kembali pintu hatinya yang masih tertutup rapat.
"Mas Abi, makasih banyak ya atas semuanya."
"Bukannya dalam persahabatan tidak ada kata maaf dan terimakasih? kalau begitu, aku pulang dulu ya. Selamat istirahat Laras," ucap Abi kemudian ke luar dari rumah kontrakan Laras.
"Mas Abi memang baik, dan dia juga terlihat menyayangi Daffa, tapi aku masih trauma dengan kejadian di masalalu, sehingga menyebabkan aku takut untuk kembali membuka hatiku," gumam Laras, dan tidak terasa buliran bening kini membasahi pipinya.
......................
Keesokan paginya, seperti biasa, Abi akan menjemput Daffa dan membantu Laras membawa dagangannya ke Pabrik.
Ketika Laras dan Abi sampai di Pabrik, Mawar dan Rahman juga telah sampai di pabrik, karena hari ini adalah hari pertama mereka berdua bekerja.
"Kalau orang miskin, sebelum bekerja harus membanting tulang dulu supaya bisa membesarkan Anaknya," sindir Mawar.
Abi yang lagi-lagi mendengar sindiran Mawar terhadap Laras, langsung saja angkat suara.
"Apa kamu sudah lupa dengan perkataanku semalam? mungkin kamu adalah orang yang tidak tau malu, karena seharusnya Suami kamu yang memberikan biaya untuk membesarkan Daffa, tapi dia sudah lepas dari tanggung jawab begitu saja."
"Woow Suaminya marah. Kamu harus tau kalau yang meminta cerai adalah istri kamu, bahkan dia sendiri yang memutuskan untuk membawa Anaknya pergi dari rumah. Jadi, semua itu bukan tanggung jawab Suamiku lagi."
"Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Kalau kalian berdua tidak selingkuh, apa mungkin Laras akan memutuskan untuk ke luar dari rumah?"
"Sudah Mas, kita tidak perlu meladeni orang seperti mereka, karena urat malu mereka sepertinya sudah putus," ujar Laras kepada Abi.
"Jadi kalian tidak terima dengan perkataanku? tapi aku hanya membicarakan fakta. Kalian memang orang miskin kan? bahkan black card yang semalam kamu pakai pasti bukan milik kamu, atau mungkin kamu mencurinya?" ujar Mawar dengan tertawa.
"Kamu mau bicara sampai berbusa pun terserah kamu. Benar kata Laras tidak seharusnya aku meladeni orang tidak tahu malu seperti kalian," ujar Abi.
Kamu harus sabar Abi, belum saatnya kamu membalas perbuatan mereka, yang terpenting saat ini adalah Laras dan Daffa, ucap Abi dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
@Kristin
Iklan buat mu Thor semangat nulis nya 💪
2023-05-26
1
mom mimu
setangkai 🌹 mendarat untukmu kak Rin, semangat terus 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-05-14
1
Sunshine
Semangka Thor, 🌹dan iklan untukmu, 💪💪
2023-05-06
3