Semakin hari Abi dan Laras semakin dekat, setiap hari mereka selalu berangkat dan pulang kerja bersama juga makan siang bersama saat jam istirahat, sehingga semua Karyawan mengira jika Abi dan Laras adalah sepasang kekasih. Abi juga selalu membantu Laras menjaga Daffa saat Laras berjualan dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Laras tidak pernah memperdulikan perkataan orang yang selalu menanyakan tentang hubungannya dengan Abi, karena sampai saat ini, Laras masih menutup pintu hatinya untuk lelaki mana pun, begitu juga dengan Abi yang masih belum mengungkapkan perasaannya terhadap Laras, karena Abi takut jika persahabatannya dengan Laras akan hancur gara-gara rasa cinta yang Abi miliki.
"Laras, kamu mau kan makan malam di luar denganku?" tanya Abi.
"Jadi ceritanya Mas Abi mau mentraktir aku? Mas sebaiknya Mas tabung saja uangnya untuk masa depan Mas, atau Mas kirim uangnya untuk orangtua Mas."
"Laras, untuk kali ini saja kamu mau aku traktir, itung-itung syukuran karena aku sudah mendapatkan gaji pertamaku. Kamu belum tau ya kalau aku sudah Yatim piatu?"
"Innalillahi, maaf Mas, Laras tidak tau."
"Tidak apa-apa Laras. Meski pun aku sudah Yatim Piatu, tapi aku punya orangtua angkat, yaitu teman dari mendiang kedua orangtuaku, dan mereka menyayangiku seperti orangtua kandungku sendiri. Nanti kapan-kapan aku ajak kamu main ke rumah orangtua angkatku."
"Alhamdulillah, Laras bahagia mendengar Mas Abi mempunyai orangtua angkat yang menyayangi Mas Abi."
"Iya Alhamdulillah. Bagaimana, kamu mau kan aku traktir?" tanya Abi.
"Ya sudah kalau begitu Laras mau deh ditraktir sama Mas Abi, tapi kali ini saja ya, nanti bulan depan Mas Abi harus mulai menabung."
"Iya siap. Ya sudah kalau begitu sekarang kamu mandi dulu gih, biar Daffa aku yang jagain," ujar Abi dengan mengambil Daffa dari gendongan Laras.
Setelah Laras selesai mandi, sekarang giliran Abi yang mandi, dan Laras yang menjaga Daffa.
"Laras, kita berangkat sekarang saja yuk, kasihan Daffa kalau dibawa ke luar terlalu malam," ujar Abi.
Abi sengaja memakai mobil miliknya yang selama ini disimpan di Pabrik, karena Abi kasihan dengan Daffa jika harus memakai sepeda motor, dan Abi mengatakan kepada Laras jika Abi meminjam mobil milik Bos nya.
"Bos nya Mas Abi baik banget ya sudah pinjemin mobil bagus seperti ini," ujar Laras, dan Abi hanya tersenyum menanggapi perkataan Laras.
Maaf Laras karena aku sudah berbohong, dan aku masih belum bisa mengatakan semuanya kepada kamu, ucap Abi dalam hati.
Abi mengajak Laras makan di mall, karena Abi rencananya akan membelikan pakaian untuk Laras dan Daffa.
"Lho, kenapa kita malah ke mall? mending kita makan di warung tenda pinggir jalan saja. Sayang kan uang Mas Abi kalau kita makan di sini."
"Tidak apa-apa Laras kalau sesekali kita makan di tempat seperti ini, aku hanya ingin mencoba steak di sini saja, soalnya kata orang-orang steak di sini rasanya enak, lagian harganya juga gak mahal-mahal amat."
"Ya sudah, kalau begitu gimana Mas Abi saja," ujar Laras.
Abi mendorong kereta bayi Daffa, sedangkan Laras berjalan di sampingnya, dan mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.
Prok..prok..prok.
Mawar bertepuk tangan ketika melihat Laras, Abi dan Daffa.
"Mas Rahman, lihat deh, sungguh keluarga yang harmonis ya. Kok kalian nikah gak undang-undang sih," sindir Mawar.
"Yuk Mas, kita pergi saja dari sini, tidak ada gunanya meladeni orang seperti mereka," ujar Laras dengan menarik lembut tangan Abi untuk pergi meninggalkan Mawar dan Rahman.
"Kakakku tersayang, apa kamu tidak kangen dengan Adikmu yang cantik ini? bahkan saking cantiknya Suami kamu sendiri sampai terpikat oleh pesonaku. Kasihan benget ya, setelah bercerai dengan Mas Rahman, kamu malah dapat penggantinya lelaki kere, dan aku dengar dia hanya seorang teknisi di Pabrik," ujar Mawar dengan menarik tangan Laras.
"Pekerjaan apa pun yang penting halal, dan aku lebih bangga kepada Mas Abi yang berprofesi sebagai teknisi, daripada Suami pengangguran yang menjadikan istrinya sebagai tulang punggung keluarga," sindir Laras.
"Oh iya, aku mau ngasih tau sama kamu, kalau aku dan Mas Rahman mulai besok akan bekerja di Pabrik tempat kamu bekerja juga, dan kami akan bekerja di bagian administrasi. Kamu pasti tau kan kalau kami lulusan Sarjana, tidak seperti kalian yang hanya lulusan SMP."
Jadi mereka adalah orang yang direkomendasikan Papa untuk bekerja di pabrik milikku? kenapa Dunia ini sempit sekali? kasihan Laras jika setiap hari harus bertemu mereka, tapi aku tidak mungkin menolak keinginan Papa, ucap Abi dalam hati.
"Kalau begitu selamat karena sekarang kamu sudah berhasil mempunyai gelar Sarjana, dan aku harap kamu tidak lupa dengan perkataanmu dulu kalau kamu akan mengganti semua uang yang sudah aku keluarkan untuk biaya hidup, serta sekolah kamu selama tiga belas tahun. Kamu hitung sendiri ya, karena saat orangtua kita meninggal kamu masih berusia sepuluh tahun," sindir Laras.
Mawar merasa geram dengan perkataan Laras yang sudah mempermalukannya, sehingga Mawar berniat menampar pipi Laras.
"Jangan sentuh Laras, karena jika sampai seujung kuku saja kamu menyentuhnya, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu !!" ujar Abi dengan mencengkram pergelangan tangan Mawar.
Dari tadi Rahman hanya diam karena begitu terpesona melihat kecantikan Laras, sampai akhirnya Rahman tersadar ketika Mawar merengek kepadanya.
"Mas kok malah diam saja sih? lihat tanganku sampai sakit gara-gara Suami Laras," rengek Mawar yang mengira jika Abi adalah Suaminya.
"Sudah Mawar, lagian kamu juga gak ada kerjaan gangguin oranglain," ujar Rahman, kemudian Rahman yang melihat Daffa mencoba menghampirinya.
"Daffa sayang, sini Ayah gendong Nak," ujar Rahman, tapi Daffa menangis kencang saat Rahman menggendongnya.
"Ngapain sih, Mas pake gendong Daffa segala? Daffa juga sudah gak kenal sama Mas, apalagi Daffa sudah punya Ayah baru."
Rahman akhirnya memberikan Daffa kepada Abi, dan seketika Daffa berhenti menangis.
"Daffa tau mana yang menyayanginya dengan tulus, dan mana yang tidak menyayanginya," sindir Laras.
"Laras, bagaimanapun juga aku adalah Ayah biologis Daffa, jadi kamu jangan pernah memisahkan Anak dari Ayahnya," ujar Rahman yang tidak terima dengan perkataan Laras.
"Apa aku tidak salah dengar? maaf ya, selama ini aku tidak pernah melarang kamu menemui Daffa, kalau memang kamu punya niat baik, kenapa selama ini kamu tidak pernah menengok Daffa? jadi jangan salahkan aku jika sekarang Daffa tidak mengenali Ayah kandungnya sendiri," ujar Laras, kemudian mengajak Abi untuk pergi dari sana.
"Laras, kamu baik-baik saja kan?" tanya Abi, karena saat ini Laras terlihat sedih.
"Aku baik-baik saja kok Mas, Mas Abi tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku justru ingin meminta maaf karena tidak menyangkal perkataan Mawar yang sudah mengira jika Mas Abi adalah Suamiku."
"Aku juga tidak keberatan jika menjadi Suami beneran kamu," ujar Abi dengan tersenyum, dan Laras hanya menganggap jika Abi bercanda kepadanya.
"Udah Mas, gak usah bercanda, gak lucu tau."
"Aku tidak bercanda Laras. Apa kamu mau menjadi istri dan Ibu dari Anak-anakku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
@Kristin
Kopi mendarat semangat 💪 nulis nya
2023-05-25
1
@Kristin
Nah bagus banget gitu😁
2023-05-25
1
mom mimu
satu iklan untukmu kak Rin, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-05-13
1