Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )

Semakin hari Abi dan Laras semakin dekat, setiap hari mereka selalu berangkat dan pulang kerja bersama juga makan siang bersama saat jam istirahat, sehingga semua Karyawan mengira jika Abi dan Laras adalah sepasang kekasih. Abi juga selalu membantu Laras menjaga Daffa saat Laras berjualan dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Laras tidak pernah memperdulikan perkataan orang yang selalu menanyakan tentang hubungannya dengan Abi, karena sampai saat ini, Laras masih menutup pintu hatinya untuk lelaki mana pun, begitu juga dengan Abi yang masih belum mengungkapkan perasaannya terhadap Laras, karena Abi takut jika persahabatannya dengan Laras akan hancur gara-gara rasa cinta yang Abi miliki.

"Laras, kamu mau kan makan malam di luar denganku?" tanya Abi.

"Jadi ceritanya Mas Abi mau mentraktir aku? Mas sebaiknya Mas tabung saja uangnya untuk masa depan Mas, atau Mas kirim uangnya untuk orangtua Mas."

"Laras, untuk kali ini saja kamu mau aku traktir, itung-itung syukuran karena aku sudah mendapatkan gaji pertamaku. Kamu belum tau ya kalau aku sudah Yatim piatu?"

"Innalillahi, maaf Mas, Laras tidak tau."

"Tidak apa-apa Laras. Meski pun aku sudah Yatim Piatu, tapi aku punya orangtua angkat, yaitu teman dari mendiang kedua orangtuaku, dan mereka menyayangiku seperti orangtua kandungku sendiri. Nanti kapan-kapan aku ajak kamu main ke rumah orangtua angkatku."

"Alhamdulillah, Laras bahagia mendengar Mas Abi mempunyai orangtua angkat yang menyayangi Mas Abi."

"Iya Alhamdulillah. Bagaimana, kamu mau kan aku traktir?" tanya Abi.

"Ya sudah kalau begitu Laras mau deh ditraktir sama Mas Abi, tapi kali ini saja ya, nanti bulan depan Mas Abi harus mulai menabung."

"Iya siap. Ya sudah kalau begitu sekarang kamu mandi dulu gih, biar Daffa aku yang jagain," ujar Abi dengan mengambil Daffa dari gendongan Laras.

Setelah Laras selesai mandi, sekarang giliran Abi yang mandi, dan Laras yang menjaga Daffa.

"Laras, kita berangkat sekarang saja yuk, kasihan Daffa kalau dibawa ke luar terlalu malam," ujar Abi.

Abi sengaja memakai mobil miliknya yang selama ini disimpan di Pabrik, karena Abi kasihan dengan Daffa jika harus memakai sepeda motor, dan Abi mengatakan kepada Laras jika Abi meminjam mobil milik Bos nya.

"Bos nya Mas Abi baik banget ya sudah pinjemin mobil bagus seperti ini," ujar Laras, dan Abi hanya tersenyum menanggapi perkataan Laras.

Maaf Laras karena aku sudah berbohong, dan aku masih belum bisa mengatakan semuanya kepada kamu, ucap Abi dalam hati.

Abi mengajak Laras makan di mall, karena Abi rencananya akan membelikan pakaian untuk Laras dan Daffa.

"Lho, kenapa kita malah ke mall? mending kita makan di warung tenda pinggir jalan saja. Sayang kan uang Mas Abi kalau kita makan di sini."

"Tidak apa-apa Laras kalau sesekali kita makan di tempat seperti ini, aku hanya ingin mencoba steak di sini saja, soalnya kata orang-orang steak di sini rasanya enak, lagian harganya juga gak mahal-mahal amat."

"Ya sudah, kalau begitu gimana Mas Abi saja," ujar Laras.

Abi mendorong kereta bayi Daffa, sedangkan Laras berjalan di sampingnya, dan mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia.

Prok..prok..prok.

Mawar bertepuk tangan ketika melihat Laras, Abi dan Daffa.

"Mas Rahman, lihat deh, sungguh keluarga yang harmonis ya. Kok kalian nikah gak undang-undang sih," sindir Mawar.

"Yuk Mas, kita pergi saja dari sini, tidak ada gunanya meladeni orang seperti mereka," ujar Laras dengan menarik lembut tangan Abi untuk pergi meninggalkan Mawar dan Rahman.

"Kakakku tersayang, apa kamu tidak kangen dengan Adikmu yang cantik ini? bahkan saking cantiknya Suami kamu sendiri sampai terpikat oleh pesonaku. Kasihan benget ya, setelah bercerai dengan Mas Rahman, kamu malah dapat penggantinya lelaki kere, dan aku dengar dia hanya seorang teknisi di Pabrik," ujar Mawar dengan menarik tangan Laras.

"Pekerjaan apa pun yang penting halal, dan aku lebih bangga kepada Mas Abi yang berprofesi sebagai teknisi, daripada Suami pengangguran yang menjadikan istrinya sebagai tulang punggung keluarga," sindir Laras.

"Oh iya, aku mau ngasih tau sama kamu, kalau aku dan Mas Rahman mulai besok akan bekerja di Pabrik tempat kamu bekerja juga, dan kami akan bekerja di bagian administrasi. Kamu pasti tau kan kalau kami lulusan Sarjana, tidak seperti kalian yang hanya lulusan SMP."

Jadi mereka adalah orang yang direkomendasikan Papa untuk bekerja di pabrik milikku? kenapa Dunia ini sempit sekali? kasihan Laras jika setiap hari harus bertemu mereka, tapi aku tidak mungkin menolak keinginan Papa, ucap Abi dalam hati.

"Kalau begitu selamat karena sekarang kamu sudah berhasil mempunyai gelar Sarjana, dan aku harap kamu tidak lupa dengan perkataanmu dulu kalau kamu akan mengganti semua uang yang sudah aku keluarkan untuk biaya hidup, serta sekolah kamu selama tiga belas tahun. Kamu hitung sendiri ya, karena saat orangtua kita meninggal kamu masih berusia sepuluh tahun," sindir Laras.

Mawar merasa geram dengan perkataan Laras yang sudah mempermalukannya, sehingga Mawar berniat menampar pipi Laras.

"Jangan sentuh Laras, karena jika sampai seujung kuku saja kamu menyentuhnya, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu !!" ujar Abi dengan mencengkram pergelangan tangan Mawar.

Dari tadi Rahman hanya diam karena begitu terpesona melihat kecantikan Laras, sampai akhirnya Rahman tersadar ketika Mawar merengek kepadanya.

"Mas kok malah diam saja sih? lihat tanganku sampai sakit gara-gara Suami Laras," rengek Mawar yang mengira jika Abi adalah Suaminya.

"Sudah Mawar, lagian kamu juga gak ada kerjaan gangguin oranglain," ujar Rahman, kemudian Rahman yang melihat Daffa mencoba menghampirinya.

"Daffa sayang, sini Ayah gendong Nak," ujar Rahman, tapi Daffa menangis kencang saat Rahman menggendongnya.

"Ngapain sih, Mas pake gendong Daffa segala? Daffa juga sudah gak kenal sama Mas, apalagi Daffa sudah punya Ayah baru."

Rahman akhirnya memberikan Daffa kepada Abi, dan seketika Daffa berhenti menangis.

"Daffa tau mana yang menyayanginya dengan tulus, dan mana yang tidak menyayanginya," sindir Laras.

"Laras, bagaimanapun juga aku adalah Ayah biologis Daffa, jadi kamu jangan pernah memisahkan Anak dari Ayahnya," ujar Rahman yang tidak terima dengan perkataan Laras.

"Apa aku tidak salah dengar? maaf ya, selama ini aku tidak pernah melarang kamu menemui Daffa, kalau memang kamu punya niat baik, kenapa selama ini kamu tidak pernah menengok Daffa? jadi jangan salahkan aku jika sekarang Daffa tidak mengenali Ayah kandungnya sendiri," ujar Laras, kemudian mengajak Abi untuk pergi dari sana.

"Laras, kamu baik-baik saja kan?" tanya Abi, karena saat ini Laras terlihat sedih.

"Aku baik-baik saja kok Mas, Mas Abi tidak perlu mengkhawatirkan aku. Aku justru ingin meminta maaf karena tidak menyangkal perkataan Mawar yang sudah mengira jika Mas Abi adalah Suamiku."

"Aku juga tidak keberatan jika menjadi Suami beneran kamu," ujar Abi dengan tersenyum, dan Laras hanya menganggap jika Abi bercanda kepadanya.

"Udah Mas, gak usah bercanda, gak lucu tau."

"Aku tidak bercanda Laras. Apa kamu mau menjadi istri dan Ibu dari Anak-anakku?"

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Kopi mendarat semangat 💪 nulis nya

2023-05-25

1

@Kristin

@Kristin

Nah bagus banget gitu😁

2023-05-25

1

mom mimu

mom mimu

satu iklan untukmu kak Rin, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻

2023-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2 Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3 Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4 Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5 Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6 Bab 6 ( Istri durhaka )
7 Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8 Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9 Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10 Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11 Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12 Bab 12 ( Takdir cintaku )
13 Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14 Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15 Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16 Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17 Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18 Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19 Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20 Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21 Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22 Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23 Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24 Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25 Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26 Bab 26 ( Bersikap tegas )
27 Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28 Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29 Bab 29 ( Teman curhat )
30 Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31 Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32 Bab 32 ( Selingkuh )
33 Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34 Bab 34 ( Laras Hamil )
35 Bab 35 ( Suami Siaga )
36 Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37 Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38 Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39 Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40 Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41 Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42 Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43 Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44 Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45 Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46 Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47 Bab 47 ( Rencana Liburan )
48 Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49 Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50 Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51 Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52 Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53 Bab 53 ( Tanda lahir )
54 Bab 54 ( Tes DNA )
55 Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56 Bab 56 ( Serangan jantung )
57 Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58 Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59 Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60 Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61 Bab 61 ( Karma Mawar )
62 Bab 62 ( Anya hamil )
63 Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64 Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65 Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66 Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67 Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68 Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69 Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70 Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71 Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72 Bab 72 ( Lamaran Arman )
73 Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74 Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75 Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76 Bab 76 ( Berdebat )
77 Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78 Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79 Bab 79 ( Saling pengertian )
80 Bab 80 ( Awal penderitaan )
81 Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82 Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83 Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84 Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85 Bab 85 ( Dikira pengemis )
86 Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87 Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88 Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89 Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90 Bab 90 ( Selingkuh )
91 Bab 91 ( Berbagi Suami )
92 Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93 Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94 Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95 Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96 Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97 Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98 Bab 98 ( Olahraga sore )
99 Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100 Bab 100 ( Kekasih gelap )
101 Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102 Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103 Bab 103 ( Rumah baru )
104 Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105 Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106 Bab 106 ( Semakin curiga )
107 Bab 107 ( Sakit )
108 Bab 108 ( Positif )
109 Bab 109 ( Hamil )
110 Bab 110 ( Anak durhaka )
111 Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112 Bab 112 ( Mulai curiga )
113 Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114 Bab 114 ( Tidak berdaya )
115 Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116 Bab 116 ( Tertangkap basah )
117 Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118 Bab 118 ( Terkena stroke )
119 Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120 Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121 Bab 121 ( Hilang ingatan )
122 Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123 Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124 Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125 Bab 125 ( Patah hati )
126 Bab 126 ( Manusia gerobak )
127 Bab 127 ( Melahirkan )
128 Bab 128 ( Bayi cacat )
129 Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130 Bab 130 ( Rencana perceraian )
131 Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132 Bab 132 ( Donor darah )
133 Bab 133 ( Talak tiga )
134 Bab 134 ( Menyerah )
135 Bab 135 ( Kecelakaan )
136 Bab 136 ( Hukuman )
137 Bab 137 ( Hamil )
138 Bab 138 ( Putus asa )
139 Bab 139 ( Menjadi ART )
140 Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141 Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142 Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143 Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144 Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145 Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146 Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2
Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3
Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4
Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5
Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6
Bab 6 ( Istri durhaka )
7
Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8
Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9
Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10
Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11
Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12
Bab 12 ( Takdir cintaku )
13
Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14
Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15
Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16
Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17
Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18
Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19
Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20
Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21
Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22
Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23
Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24
Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25
Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26
Bab 26 ( Bersikap tegas )
27
Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28
Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29
Bab 29 ( Teman curhat )
30
Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31
Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32
Bab 32 ( Selingkuh )
33
Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34
Bab 34 ( Laras Hamil )
35
Bab 35 ( Suami Siaga )
36
Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37
Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38
Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39
Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40
Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41
Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42
Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43
Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44
Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45
Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46
Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47
Bab 47 ( Rencana Liburan )
48
Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49
Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50
Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51
Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52
Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53
Bab 53 ( Tanda lahir )
54
Bab 54 ( Tes DNA )
55
Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56
Bab 56 ( Serangan jantung )
57
Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58
Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59
Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60
Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61
Bab 61 ( Karma Mawar )
62
Bab 62 ( Anya hamil )
63
Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64
Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65
Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66
Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67
Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68
Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69
Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70
Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71
Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72
Bab 72 ( Lamaran Arman )
73
Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74
Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75
Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76
Bab 76 ( Berdebat )
77
Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78
Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79
Bab 79 ( Saling pengertian )
80
Bab 80 ( Awal penderitaan )
81
Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82
Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83
Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84
Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85
Bab 85 ( Dikira pengemis )
86
Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87
Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88
Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89
Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90
Bab 90 ( Selingkuh )
91
Bab 91 ( Berbagi Suami )
92
Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93
Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94
Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95
Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96
Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97
Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98
Bab 98 ( Olahraga sore )
99
Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100
Bab 100 ( Kekasih gelap )
101
Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102
Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103
Bab 103 ( Rumah baru )
104
Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105
Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106
Bab 106 ( Semakin curiga )
107
Bab 107 ( Sakit )
108
Bab 108 ( Positif )
109
Bab 109 ( Hamil )
110
Bab 110 ( Anak durhaka )
111
Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112
Bab 112 ( Mulai curiga )
113
Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114
Bab 114 ( Tidak berdaya )
115
Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116
Bab 116 ( Tertangkap basah )
117
Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118
Bab 118 ( Terkena stroke )
119
Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120
Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121
Bab 121 ( Hilang ingatan )
122
Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123
Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124
Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125
Bab 125 ( Patah hati )
126
Bab 126 ( Manusia gerobak )
127
Bab 127 ( Melahirkan )
128
Bab 128 ( Bayi cacat )
129
Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130
Bab 130 ( Rencana perceraian )
131
Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132
Bab 132 ( Donor darah )
133
Bab 133 ( Talak tiga )
134
Bab 134 ( Menyerah )
135
Bab 135 ( Kecelakaan )
136
Bab 136 ( Hukuman )
137
Bab 137 ( Hamil )
138
Bab 138 ( Putus asa )
139
Bab 139 ( Menjadi ART )
140
Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141
Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142
Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143
Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144
Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145
Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146
Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!