Bu Ida dan Mawar begitu terkejut ketika Rahman pulang ke rumahnya dalam kondisi babak belur.
"Rahman, kenapa wajah kamu sampai babak belur begitu Nak?" tanya Bu Ida dengan meraba luka pada wajah Rahman.
"Iya Mas, siapa yang sudah memukuli Mas Rahman?" tanya Mawar, kemudian mengambil es batu untuk mengompres luka pada wajah Rahman.
"Bu, semua ini gara-gara si Herman Suaminya Nisa, karena tadi saat Rahman ke rumah Nisa, Rahman sudah memergoki Herman dan Neneng yang tengah melakukan perbuatan tidak senonoh."
"A_apa? kenapa bisa seperti itu? sekarang Nisa lagi hamil, bahkan tadi saja Nisa sampai pingsan ketika melihat Video Herman dan Neneng berciuman, apalagi kalau Nisa sampai mengetahui Suaminya telah berselingkuh. Nisa pasti merasa syok," ujar Bu Ida dengan menangisi nasib Nisa.
"Bu, Herman dan Neneng sudah dinikahkan di Balai Desa, pasti Nisa akan semakin merasa sedih, dan Bapak sampai masuk Rumah Sakit karena masalah ini."
Emang enak kamu Nisa, itu balasannya karena kamu sudah berani macam-macam denganku. Kamu pasti tidak akan sanggup dipoligami. Kak Laras saja yang penurut, menolak untuk dipoligami, apalagi kamu yang pembangkang. Aku lebih beruntung karena Mas Rahman lebih memilihku dibanding dengan Kak Laras. Mungkin saja nanti juga Herman akan lebih memilih Neneng dibandingkan dengan Nisa, ucap Mawar dalam hati yang merasa bahagia dengan nasib buruk yang menimpa Nisa, karena dari dulu Mawar dan Nisa tidak pernah akur.
Bu Ida terus merenungi nasib buruk yang menimpa keluarganya, apalagi sebelumnya Bu Ida sudah melakukan kejahatan kepada Laras.
"Kenapa semua masalah menimpa keluarga kita secara bertubi-tubi? Lalu siapa yang sekarang menjaga Bapak kamu di Rumah Sakit? kenapa kamu malah pulang?"
"Ibu tidak perlu khawatir, ada Mang Ujang yang menjaga Bapak, tapi Dokter bilang kalau Bapak terkena serangan jantung, jadi Bapak tidak boleh terlalu banyak pikiran. Rahman juga pulang karena tadi lupa tidak membawa handphone, jadi Rahman tidak bisa menelpon Ibu untuk memberitahukan keadaan Bapak."
"Ya sudah, kalau begitu sekarang kamu antar Ibu ke Rumah Sakit, Ibu takut Bapak kamu sampai kenapa-napa."
"Tapi bagaimana dengan Nisa Bu? sekarang Nisa masih pingsan," ujar Rahman.
"Kita titipkan saja dulu Nisa sama Mawar. Mawar, Ibu titip Nisa ya," ujar Bu Ida yang saat ini terlihat bingung.
"Iya Bu, Mawar pasti akan menjaga Nisa dengan baik, Ibu tidak perlu khawatir."
"Rahman, nanti setelah kamu mengantar Ibu ke Rumah Sakit, kamu pulang saja buat jaga Adik kamu," ujar Bu Ida, kemudian berangkat menuju Rumah Sakit dengan di antar oleh Rahman.
Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit, perasaan Bu Ida tidak menentu karena kepikiran dengan Suami dan Anaknya.
Apa semua yang terjadi kepada keluargaku adalah hukuman atas kesalahanku yang sudah berbuat jahat kepada Laras? batin Bu Ida kini bertanya-tanya.
......................
Beberapa saat kemudian secara perlahan Nisa mulai membuka matanya.
"Bu, Nisa haus," ucap Nisa dengan lirih, dan Mawar yang mendengar suara Nisa mendekati Nisa untuk memberikannya minum, tapi Nisa malah memarahi Mawar.
"Aku tidak sudi menerima air pemberian kamu," ujar Nisa dengan ketus.
"Aku juga tidak sudi memberikannya kepada kamu, kalau begitu kamu ambil saja minumnya sendiri," ujar Mawar dengan kembali menyimpan air yang tadi hendak diberikan kepada Nisa.
"Kemana Ibu dan Kakak ku?" tanya Nisa dengan memegang kepalanya yang masih pusing.
"Mereka sedang pergi ke Rumah sakit."
"Memangnya siapa yang sakit?" tanya Nisa yang merasa penasaran.
"Bapak kena serangan jantung, dan penyebab semua itu adalah Suami kamu, Nisa."
"Kamu jangan memfitnah Suamiku, Mawar. Mas Herman tidak mungkin berselingkuh, karena Mas Herman sangat mencintaiku."
"Kalau dia mencintaimu, tidak mungkin dia sampai melakukan tindakan yang tidak senonoh dengan Neneng, bahkan mereka melakukannya di rumah kamu saat kamu tidak ada," ujar Mawar dengan tertawa.
"Tidak, aku tidak akan percaya terhadap perempuan licik seperti kamu," ujar Nisa yang sangat mencintai Herman.
"Ya sudah, kalau begitu sekarang kita ke rumah kamu, biar kamu tau semua kebenarannya," ujar Mawar.
Nisa dan Mawar memutuskan untuk ke rumah Nisa dengan menggunakan motor milik Nisa, tapi Mawar yang mengendarainya, karena saat ini Nisa masih merasa pusing.
Secara perlahan Nisa membuka pintu rumah, dan Mawar mengikutinya dari belakang, sampai akhirnya Nisa dan Mawar mendengar suara dessahan dan errangan saling bersahutan dari kamar Nisa, dan mereka memutuskan untuk membuka pintu kamar Nisa.
Mata Nisa langsung membulat sempurna ketika melihat Herman dan Neneng yang saat ini tengah bercumbu, sehingga membuat darah Nisa mendidih dan langsung menjambak rambut Neneng.
"Dasar wanita ja*lang, bisa-bisanya kamu menggoda Suamiku," ujar Nisa, kemudian dengan membabi buta memukuli tubuh Neneng.
"Nisa, lepaskan Neneng !!" teriak Herman, tapi Nisa tidak menghiraukan perkataan Herman.
Plak
Tiba-tiba Herman menampar Nisa untuk menghentikan perbuatan Nisa yang tidak mau melepaskan Neneng, sehingga pipi Nisa terasa sakit, tapi hati Nisa lebih sakit bagai tertusuk ribuan duri.
"Mas, kenapa kamu tega menampar istri kamu sendiri demi perempuan ja*lang ini?" teriak Nisa dengan menangis.
"Yang kamu sebut perempuan ja*lang adalah istriku juga, Nisa."
"A_apa maksud kamu Mas? tidak mungkin kamu menikahi ja*lang ini tanpa persetujuanku, karena aku tidak akan pernah rela dimadu," teriak Nisa dengan menangis histeris.
"Suka tidak suka, mau tidak mau, kamu harus menerima Neneng sebagai madu kamu, dan aku bersyukur karena Rahman memergoki perbuatan kami, sehingga kami akhirnya dinikahkan. Jadi, kami bebas melakukan apa yang kami mau," ujar Herman dengan memeluk tubuh Neneng.
Sebelum Herman menikahi Nisa, Herman dan Neneng saling mencintai, tapi orangtua Neneng tidak merestui hubungan Neneng dan Herman, sehingga diam-diam Neneng dan Herman masih menjalin hubungan di belakang Nisa, tapi sekarang mau tidak mau orangtua Neneng meminta pertanggungjawaban dari Herman, karena takut jika Neneng sampai hamil.
"Sekarang sebaiknya kamu ke luar dari sini, karena kami akan melanjutkan malam pertama kami," ucap Herman kepada Nisa.
"Dasar manusia biadab, lelaki bajingan kamu Herman, bisa-bisanya kamu mengkhianatiku," teriak Nisa, dan tiba-tiba Nisa merasakan sakit pada perutnya, kemudian semuanya terlihat panik karena mereka melihat banyak darah pada kaki Nisa, dan sesaat kemudian Nisa kembali pingsan.
"Herman, sepertinya Nisa keguguran," ujar Mawar.
"Kalau begitu kamu bawa saja dia ke Rumah Sakit," ucap Herman dengan entengnya.
"Herman, Nisa itu istri kamu, dan dia sedang hamil Anak kamu, kamu tidak bisa lari dari tanggung jawab begitu saja," ujar Mawar, dan akhirnya Herman terpaksa membantu Mawar membawa Nisa ke Rumah Sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
waahh lanjut lg nih
2023-10-23
1
Risma Farna
Moga mawar jga cpt dpt batunya... ndak ada prihatinnya sama saudara ipar
2023-05-27
2
Aze_reen"
hoho betapa bijaknya pelakor seperti kamu mawar menasehati org.. tanpa berkaca dan melihat klw kamu lebih kejam dan sialan dari pada herman...
2023-05-13
1