Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )

Bu Ida dan Mawar begitu terkejut ketika Rahman pulang ke rumahnya dalam kondisi babak belur.

"Rahman, kenapa wajah kamu sampai babak belur begitu Nak?" tanya Bu Ida dengan meraba luka pada wajah Rahman.

"Iya Mas, siapa yang sudah memukuli Mas Rahman?" tanya Mawar, kemudian mengambil es batu untuk mengompres luka pada wajah Rahman.

"Bu, semua ini gara-gara si Herman Suaminya Nisa, karena tadi saat Rahman ke rumah Nisa, Rahman sudah memergoki Herman dan Neneng yang tengah melakukan perbuatan tidak senonoh."

"A_apa? kenapa bisa seperti itu? sekarang Nisa lagi hamil, bahkan tadi saja Nisa sampai pingsan ketika melihat Video Herman dan Neneng berciuman, apalagi kalau Nisa sampai mengetahui Suaminya telah berselingkuh. Nisa pasti merasa syok," ujar Bu Ida dengan menangisi nasib Nisa.

"Bu, Herman dan Neneng sudah dinikahkan di Balai Desa, pasti Nisa akan semakin merasa sedih, dan Bapak sampai masuk Rumah Sakit karena masalah ini."

Emang enak kamu Nisa, itu balasannya karena kamu sudah berani macam-macam denganku. Kamu pasti tidak akan sanggup dipoligami. Kak Laras saja yang penurut, menolak untuk dipoligami, apalagi kamu yang pembangkang. Aku lebih beruntung karena Mas Rahman lebih memilihku dibanding dengan Kak Laras. Mungkin saja nanti juga Herman akan lebih memilih Neneng dibandingkan dengan Nisa, ucap Mawar dalam hati yang merasa bahagia dengan nasib buruk yang menimpa Nisa, karena dari dulu Mawar dan Nisa tidak pernah akur.

Bu Ida terus merenungi nasib buruk yang menimpa keluarganya, apalagi sebelumnya Bu Ida sudah melakukan kejahatan kepada Laras.

"Kenapa semua masalah menimpa keluarga kita secara bertubi-tubi? Lalu siapa yang sekarang menjaga Bapak kamu di Rumah Sakit? kenapa kamu malah pulang?"

"Ibu tidak perlu khawatir, ada Mang Ujang yang menjaga Bapak, tapi Dokter bilang kalau Bapak terkena serangan jantung, jadi Bapak tidak boleh terlalu banyak pikiran. Rahman juga pulang karena tadi lupa tidak membawa handphone, jadi Rahman tidak bisa menelpon Ibu untuk memberitahukan keadaan Bapak."

"Ya sudah, kalau begitu sekarang kamu antar Ibu ke Rumah Sakit, Ibu takut Bapak kamu sampai kenapa-napa."

"Tapi bagaimana dengan Nisa Bu? sekarang Nisa masih pingsan," ujar Rahman.

"Kita titipkan saja dulu Nisa sama Mawar. Mawar, Ibu titip Nisa ya," ujar Bu Ida yang saat ini terlihat bingung.

"Iya Bu, Mawar pasti akan menjaga Nisa dengan baik, Ibu tidak perlu khawatir."

"Rahman, nanti setelah kamu mengantar Ibu ke Rumah Sakit, kamu pulang saja buat jaga Adik kamu," ujar Bu Ida, kemudian berangkat menuju Rumah Sakit dengan di antar oleh Rahman.

Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit, perasaan Bu Ida tidak menentu karena kepikiran dengan Suami dan Anaknya.

Apa semua yang terjadi kepada keluargaku adalah hukuman atas kesalahanku yang sudah berbuat jahat kepada Laras? batin Bu Ida kini bertanya-tanya.

......................

Beberapa saat kemudian secara perlahan Nisa mulai membuka matanya.

"Bu, Nisa haus," ucap Nisa dengan lirih, dan Mawar yang mendengar suara Nisa mendekati Nisa untuk memberikannya minum, tapi Nisa malah memarahi Mawar.

"Aku tidak sudi menerima air pemberian kamu," ujar Nisa dengan ketus.

"Aku juga tidak sudi memberikannya kepada kamu, kalau begitu kamu ambil saja minumnya sendiri," ujar Mawar dengan kembali menyimpan air yang tadi hendak diberikan kepada Nisa.

"Kemana Ibu dan Kakak ku?" tanya Nisa dengan memegang kepalanya yang masih pusing.

"Mereka sedang pergi ke Rumah sakit."

"Memangnya siapa yang sakit?" tanya Nisa yang merasa penasaran.

"Bapak kena serangan jantung, dan penyebab semua itu adalah Suami kamu, Nisa."

"Kamu jangan memfitnah Suamiku, Mawar. Mas Herman tidak mungkin berselingkuh, karena Mas Herman sangat mencintaiku."

"Kalau dia mencintaimu, tidak mungkin dia sampai melakukan tindakan yang tidak senonoh dengan Neneng, bahkan mereka melakukannya di rumah kamu saat kamu tidak ada," ujar Mawar dengan tertawa.

"Tidak, aku tidak akan percaya terhadap perempuan licik seperti kamu," ujar Nisa yang sangat mencintai Herman.

"Ya sudah, kalau begitu sekarang kita ke rumah kamu, biar kamu tau semua kebenarannya," ujar Mawar.

Nisa dan Mawar memutuskan untuk ke rumah Nisa dengan menggunakan motor milik Nisa, tapi Mawar yang mengendarainya, karena saat ini Nisa masih merasa pusing.

Secara perlahan Nisa membuka pintu rumah, dan Mawar mengikutinya dari belakang, sampai akhirnya Nisa dan Mawar mendengar suara dessahan dan errangan saling bersahutan dari kamar Nisa, dan mereka memutuskan untuk membuka pintu kamar Nisa.

Mata Nisa langsung membulat sempurna ketika melihat Herman dan Neneng yang saat ini tengah bercumbu, sehingga membuat darah Nisa mendidih dan langsung menjambak rambut Neneng.

"Dasar wanita ja*lang, bisa-bisanya kamu menggoda Suamiku," ujar Nisa, kemudian dengan membabi buta memukuli tubuh Neneng.

"Nisa, lepaskan Neneng !!" teriak Herman, tapi Nisa tidak menghiraukan perkataan Herman.

Plak

Tiba-tiba Herman menampar Nisa untuk menghentikan perbuatan Nisa yang tidak mau melepaskan Neneng, sehingga pipi Nisa terasa sakit, tapi hati Nisa lebih sakit bagai tertusuk ribuan duri.

"Mas, kenapa kamu tega menampar istri kamu sendiri demi perempuan ja*lang ini?" teriak Nisa dengan menangis.

"Yang kamu sebut perempuan ja*lang adalah istriku juga, Nisa."

"A_apa maksud kamu Mas? tidak mungkin kamu menikahi ja*lang ini tanpa persetujuanku, karena aku tidak akan pernah rela dimadu," teriak Nisa dengan menangis histeris.

"Suka tidak suka, mau tidak mau, kamu harus menerima Neneng sebagai madu kamu, dan aku bersyukur karena Rahman memergoki perbuatan kami, sehingga kami akhirnya dinikahkan. Jadi, kami bebas melakukan apa yang kami mau," ujar Herman dengan memeluk tubuh Neneng.

Sebelum Herman menikahi Nisa, Herman dan Neneng saling mencintai, tapi orangtua Neneng tidak merestui hubungan Neneng dan Herman, sehingga diam-diam Neneng dan Herman masih menjalin hubungan di belakang Nisa, tapi sekarang mau tidak mau orangtua Neneng meminta pertanggungjawaban dari Herman, karena takut jika Neneng sampai hamil.

"Sekarang sebaiknya kamu ke luar dari sini, karena kami akan melanjutkan malam pertama kami," ucap Herman kepada Nisa.

"Dasar manusia biadab, lelaki bajingan kamu Herman, bisa-bisanya kamu mengkhianatiku," teriak Nisa, dan tiba-tiba Nisa merasakan sakit pada perutnya, kemudian semuanya terlihat panik karena mereka melihat banyak darah pada kaki Nisa, dan sesaat kemudian Nisa kembali pingsan.

"Herman, sepertinya Nisa keguguran," ujar Mawar.

"Kalau begitu kamu bawa saja dia ke Rumah Sakit," ucap Herman dengan entengnya.

"Herman, Nisa itu istri kamu, dan dia sedang hamil Anak kamu, kamu tidak bisa lari dari tanggung jawab begitu saja," ujar Mawar, dan akhirnya Herman terpaksa membantu Mawar membawa Nisa ke Rumah Sakit.

Terpopuler

Comments

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

waahh lanjut lg nih

2023-10-23

1

Risma Farna

Risma Farna

Moga mawar jga cpt dpt batunya... ndak ada prihatinnya sama saudara ipar

2023-05-27

2

Aze_reen"

Aze_reen"

hoho betapa bijaknya pelakor seperti kamu mawar menasehati org.. tanpa berkaca dan melihat klw kamu lebih kejam dan sialan dari pada herman...

2023-05-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2 Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3 Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4 Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5 Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6 Bab 6 ( Istri durhaka )
7 Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8 Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9 Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10 Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11 Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12 Bab 12 ( Takdir cintaku )
13 Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14 Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15 Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16 Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17 Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18 Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19 Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20 Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21 Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22 Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23 Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24 Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25 Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26 Bab 26 ( Bersikap tegas )
27 Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28 Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29 Bab 29 ( Teman curhat )
30 Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31 Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32 Bab 32 ( Selingkuh )
33 Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34 Bab 34 ( Laras Hamil )
35 Bab 35 ( Suami Siaga )
36 Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37 Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38 Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39 Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40 Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41 Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42 Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43 Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44 Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45 Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46 Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47 Bab 47 ( Rencana Liburan )
48 Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49 Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50 Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51 Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52 Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53 Bab 53 ( Tanda lahir )
54 Bab 54 ( Tes DNA )
55 Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56 Bab 56 ( Serangan jantung )
57 Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58 Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59 Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60 Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61 Bab 61 ( Karma Mawar )
62 Bab 62 ( Anya hamil )
63 Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64 Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65 Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66 Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67 Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68 Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69 Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70 Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71 Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72 Bab 72 ( Lamaran Arman )
73 Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74 Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75 Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76 Bab 76 ( Berdebat )
77 Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78 Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79 Bab 79 ( Saling pengertian )
80 Bab 80 ( Awal penderitaan )
81 Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82 Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83 Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84 Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85 Bab 85 ( Dikira pengemis )
86 Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87 Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88 Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89 Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90 Bab 90 ( Selingkuh )
91 Bab 91 ( Berbagi Suami )
92 Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93 Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94 Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95 Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96 Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97 Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98 Bab 98 ( Olahraga sore )
99 Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100 Bab 100 ( Kekasih gelap )
101 Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102 Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103 Bab 103 ( Rumah baru )
104 Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105 Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106 Bab 106 ( Semakin curiga )
107 Bab 107 ( Sakit )
108 Bab 108 ( Positif )
109 Bab 109 ( Hamil )
110 Bab 110 ( Anak durhaka )
111 Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112 Bab 112 ( Mulai curiga )
113 Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114 Bab 114 ( Tidak berdaya )
115 Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116 Bab 116 ( Tertangkap basah )
117 Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118 Bab 118 ( Terkena stroke )
119 Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120 Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121 Bab 121 ( Hilang ingatan )
122 Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2
Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3
Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4
Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5
Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6
Bab 6 ( Istri durhaka )
7
Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8
Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9
Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10
Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11
Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12
Bab 12 ( Takdir cintaku )
13
Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14
Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15
Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16
Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17
Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18
Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19
Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20
Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21
Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22
Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23
Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24
Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25
Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26
Bab 26 ( Bersikap tegas )
27
Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28
Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29
Bab 29 ( Teman curhat )
30
Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31
Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32
Bab 32 ( Selingkuh )
33
Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34
Bab 34 ( Laras Hamil )
35
Bab 35 ( Suami Siaga )
36
Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37
Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38
Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39
Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40
Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41
Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42
Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43
Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44
Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45
Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46
Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47
Bab 47 ( Rencana Liburan )
48
Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49
Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50
Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51
Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52
Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53
Bab 53 ( Tanda lahir )
54
Bab 54 ( Tes DNA )
55
Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56
Bab 56 ( Serangan jantung )
57
Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58
Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59
Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60
Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61
Bab 61 ( Karma Mawar )
62
Bab 62 ( Anya hamil )
63
Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64
Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65
Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66
Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67
Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68
Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69
Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70
Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71
Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72
Bab 72 ( Lamaran Arman )
73
Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74
Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75
Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76
Bab 76 ( Berdebat )
77
Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78
Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79
Bab 79 ( Saling pengertian )
80
Bab 80 ( Awal penderitaan )
81
Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82
Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83
Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84
Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85
Bab 85 ( Dikira pengemis )
86
Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87
Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88
Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89
Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90
Bab 90 ( Selingkuh )
91
Bab 91 ( Berbagi Suami )
92
Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93
Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94
Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95
Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96
Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97
Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98
Bab 98 ( Olahraga sore )
99
Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100
Bab 100 ( Kekasih gelap )
101
Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102
Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103
Bab 103 ( Rumah baru )
104
Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105
Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106
Bab 106 ( Semakin curiga )
107
Bab 107 ( Sakit )
108
Bab 108 ( Positif )
109
Bab 109 ( Hamil )
110
Bab 110 ( Anak durhaka )
111
Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112
Bab 112 ( Mulai curiga )
113
Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114
Bab 114 ( Tidak berdaya )
115
Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116
Bab 116 ( Tertangkap basah )
117
Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118
Bab 118 ( Terkena stroke )
119
Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120
Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121
Bab 121 ( Hilang ingatan )
122
Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!