Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )

Saat tiba di Rumah Sakit, Nisa langsung dibawa menuju ruang IGD supaya bisa mendapatkan tindakan.

Bu Ida dan Rahman begitu terkejut ketika melihat Nisa yang tidak sadarkan diri tengah di dorong oleh Perawat di atas blangkar.

"Nisa, kamu kenapa Nak?" ujar Bu Ida dengan menangis.

"Maaf Bu, kami harus segera melakukan tindakan kepada Pasien," ujar Perawat kemudian membawa masuk Nisa ke dalam ruang IGD dan menutup pintunya.

"Mawar, kenapa dengan Nisa?" tanya Bu Ida.

"Nisa syok ketika melihat Mas Herman dan perempuan gatel itu sedang bermesraan Bu," ujar Mawar dengan menunjuk Neneng.

"Heh Mawar, kamu juga tidak usah sok suci, kamu juga perempuan gatel, bahkan kamu lebih parah dari aku, karena kamu tega merebut Suami Kakak kandung kamu sendiri," ujar Neneng yang tidak terima dengan perkataan Mawar.

Rahman yang melihat Herman, kembali melayangkan tinju, sehingga terjadi baku hantam untuk yang kedua kalinya antara Rahman dan Herman.

Petugas keamanan yang mendengar keributan dari ruang IGD langsung memisahkan Rahman dan Herman.

"Ini Rumah Sakit, bukan arena tinju, kalau kalian masih mau berkelahi, silahkan lanjutkan di luar," ujar salah satu petugas keamanan, sehingga membuat Rahman dan Herman diam.

Bu Ida yang merasa geram terhadap Herman, langsung melayangkan tamparan pada pipinya.

Plak

Satu tamparan keras kini mendarat pada pipi Herman.

"Herman, tega sekali kamu menyakiti Nisa," ujar Bu Ida.

"Bu, dari awal Herman hanya mencintai Neneng, dan Herman terpaksa menikahi Nisa karena dijodohkan. Seharusnya Ibu sadar, mungkin ini adalah karma atas perbuatan Rahman yang sudah menyakiti Laras, dan sekarang Adiknya yang harus menerima hukuman," ujar Herman.

"Tutup mulut kamu Herman, kamu tidak usah membandingkan kamu dengan aku," ujar Rahman.

"Heh Rahman, masih mending aku berselingkuh dengan perempuan yang tidak ada hubungan darah dengan Nisa. Terus apa yang kamu lakukan? bahkan kamu berselingkuh dengan Adik kandung Laras sendiri. Jadi kamu tidak perlu berlagak sok suci, karena pada kenyataannya kamu lebih bejat dibandingkan dengan diriku. Sayang sebaiknya sekarang pulang, ini malam pertama kita, jadi aku tidak mau kalau harus menghabiskan malam di Rumah Sakit," ujar Herman kemudian pergi menggandeng dengan Neneng, sehingga membuat Rahman kembali emosi.

"Sudah Rahman, mungkin perkataan Herman benar, kalau semua yang terjadi dengan Nisa aalah karma dari perbuatan kamu," ujar Bu Ida.

"Bu, kenapa Ibu jadi nyalahin Rahman? Rahman juga tidak rela Nisa diperlakukan seperti itu oleh Herman."

"Sudah Mas, Bu, kalian itu kenapa sih percaya sama yang begituan? gak ada karma di Dunia ini, jadi Mas Rahman dan Ibu tidak perlu takut, yang penting sekarang adalah kesembuhan Bapak dan Nisa. Mas, sebaiknya sekarang kita pulang saja, aku sudah ngantuk," ujar Mawar.

"Mawar, kamu pulang sendiri saja ya, kasihan Ibu kalau ditinggal sendirian, apalagi Ibu harus menjaga Bapak dan Mawar."

"Jadi kamu lebih mementingkan Ibu kamu daripada bayi dalam kandunganku?" ujar Mawar.

"Mawar, seharusnya kamu mengerti aku, dulu saja saat Laras sedang hamil, Laras menemani aku saat Ibu di operasi, bahkan Laras yang merawat Ibu sampai sembuh," ujar Rahman.

Degg

Jantung Bu Ida rasanya berhenti berdetak ketika mengingat Laras yang dulu merawatnya dengan tulus.

Kenapa aku tidak mengingat kebaikan Laras yang dulu selalu tulus merawatku saat aku sakit? tapi aku malah membalas semua kebaikan Laras dengan kejahatan, ucap Bu Ida dalam hati.

"Rahman, sebaiknya kalian pulang saja, Ibu tidak apa-apa menunggu Bapak dan Nisa sendiri, nanti Ibu bisa meminta kepada Perawat supaya Nisa dan Bapak dirawat dalam satu ruangan," ujar Bu Ida.

"Maaf ya Bu, Rahman tidak bisa menemani Ibu, kalau begitu kami pulang dulu," ujar Rahman dengan mencium punggung tangan Ibunya kemudian mengucap salam, sedangkan Mawar terlihat enggan mencium punggung tangan Bu Ida, dan lebih memilih untuk ke luar lebih dulu dari Rumah Sakit.

"Mawar tunggu, kenapa kamu tidak mencium punggung tangan Ibu dulu sebelum pulang? bahkan kamu tidak berpamitan kepada Ibu," ujar Rahman.

"Kenapa sih gitu aja harus diributin Mas? aku sudah ngantuk, sebaiknya sekarang kita pulang," ujar Mawar, dan Rahman selalu mengalah menghadapi sikap egois Mawar.

......................

Keesokan harinya, Laras yang sebelumnya sudah meminta ijin untuk masuk kerja setengah hari karena sudah berniat untuk membesuk Pak Syarif, langsung saja berangkat menuju Rumah Sakit, dan sebelum masuk ke dalam Rumah Sakit, Laras membeli kue dan buah-buahan terlebih dahulu.

Setelah Laras menanyakan kepada petugas Rumah Sakit kamar perawatan Pak Syarif, Laras langsung menuju kamar perawatan Pak Syarif.

"Assalamu'alaikum," ucap Laras dengan mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam," ucap Bu Ida dan Pak Syarif yang sudah sadar dari pingsannya.

Bu Ida terkejut ketika melihat Laras datang dengan membawa banyak makanan.

Laras mencium punggung tangan Bu Ida dan Pak Syarif, kemudian Laras duduk di samling ranjang perawatan Pak Syarif.

"Pak, bagaimana keadaan Bapak sekarang?" tanya Laras.

"Alhamdulillah Nak, Bapak sudah lebih baik. Bagaimana keadaan Laras dan Daffa?" tanya Pak Syarif.

"Alhamdulillah kalau sudah lebih baik, Alhamdulillah kami juga baik Pak, dan Daffa sekarang sudah bisa merangkak," jawab Laras.

Bu Ida hanya diam, karena Bu Ida merasa malu dengan Laras, apalagi sekarang Laras terlihat semakin cantik.

"Bu, sebaiknya Ibu makan dulu, Ibu pasti belum sempat makan kan? kebetulan tadi Laras beli makanan di depan."

Bu Ida terlihat menangis, kemudian berhambur memeluk Laras.

"Nak, maafin Ibu ya, selama ini Ibu sudah jahat sama Laras, tapi Laras masih saja bersikap baik kepada Ibu, padahal Ibu dan Bapak sudah menjadi mantan Mertua Laras."

"Bu, tidak ada yang namanya mantan Mertua, sampai kapan pun, Ibu dan Bapak tetap akan menjadi orangtua Laras."

"Semoga Laras bisa mendapatkan Suami yang lebih baik dari Anak Ibu ya."

"Laras masih belum memikirkan untuk membangun rumah tangga lagi Bu, karena luka yang ditorehkan oleh Mas Rahman dan Mawar begitu dalam. Jika itu luka fisik mungkin dengan mudah bisa di obati, tapi luka hati ternyata sangat sulit untuk mencari obatnya."

"Nak, atas nama Rahman, Ibu minta maaf yang sebesar-besarnya. Ibu menyesal karena tidak bisa mendidik Anak-anak Ibu dengan baik."

"Sudahlah Bu, sebaiknya kita lupakan kejadian di masalalu, meski pun sampai sekarang Laras masih sulit untuk melupakannya, tapi Laras tidak mau terus-terusan menyimpan kebencian."

Beberapa saat kemudian, Perawat masuk mendorong Nisa yang masih terbaring lemah di atas blangkar setelah melakukan kuret.

"Bu, Nisa kenapa?" tanya Laras.

"Semalam Nisa mengalami keguguran, dan Nisa baru saja selesai melakukan kuret," jawab Bu Ida.

Laras menghampiri Nisa yang saat ini terbaring di atas ranjang pesakitannya.

"Nisa, kamu yang sabar ya, semoga Nisa selalu diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi semua musibah ini," ucap Laras dengan menggenggam tangan Nisa, tapi Nisa hanya diam tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, dan airmata Nisa terus saja mengalir membasahi pipinya.

Terpopuler

Comments

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

hbs disetrum ya bu...

2023-10-23

1

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

asnagoo...rahman mmng ubun"nya ada setan bertengger

2023-10-23

1

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

disono perang pake nuklir ma bom..yng ini perang lambe murah

2023-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2 Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3 Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4 Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5 Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6 Bab 6 ( Istri durhaka )
7 Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8 Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9 Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10 Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11 Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12 Bab 12 ( Takdir cintaku )
13 Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14 Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15 Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16 Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17 Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18 Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19 Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20 Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21 Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22 Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23 Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24 Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25 Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26 Bab 26 ( Bersikap tegas )
27 Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28 Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29 Bab 29 ( Teman curhat )
30 Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31 Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32 Bab 32 ( Selingkuh )
33 Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34 Bab 34 ( Laras Hamil )
35 Bab 35 ( Suami Siaga )
36 Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37 Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38 Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39 Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40 Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41 Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42 Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43 Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44 Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45 Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46 Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47 Bab 47 ( Rencana Liburan )
48 Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49 Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50 Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51 Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52 Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53 Bab 53 ( Tanda lahir )
54 Bab 54 ( Tes DNA )
55 Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56 Bab 56 ( Serangan jantung )
57 Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58 Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59 Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60 Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61 Bab 61 ( Karma Mawar )
62 Bab 62 ( Anya hamil )
63 Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64 Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65 Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66 Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67 Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68 Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69 Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70 Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71 Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72 Bab 72 ( Lamaran Arman )
73 Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74 Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75 Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76 Bab 76 ( Berdebat )
77 Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78 Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79 Bab 79 ( Saling pengertian )
80 Bab 80 ( Awal penderitaan )
81 Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82 Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83 Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84 Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85 Bab 85 ( Dikira pengemis )
86 Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87 Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88 Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89 Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90 Bab 90 ( Selingkuh )
91 Bab 91 ( Berbagi Suami )
92 Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93 Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94 Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95 Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96 Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97 Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98 Bab 98 ( Olahraga sore )
99 Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100 Bab 100 ( Kekasih gelap )
101 Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102 Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103 Bab 103 ( Rumah baru )
104 Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105 Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106 Bab 106 ( Semakin curiga )
107 Bab 107 ( Sakit )
108 Bab 108 ( Positif )
109 Bab 109 ( Hamil )
110 Bab 110 ( Anak durhaka )
111 Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112 Bab 112 ( Mulai curiga )
113 Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114 Bab 114 ( Tidak berdaya )
115 Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116 Bab 116 ( Tertangkap basah )
117 Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118 Bab 118 ( Terkena stroke )
119 Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120 Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121 Bab 121 ( Hilang ingatan )
122 Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123 Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124 Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125 Bab 125 ( Patah hati )
126 Bab 126 ( Manusia gerobak )
127 Bab 127 ( Melahirkan )
128 Bab 128 ( Bayi cacat )
129 Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130 Bab 130 ( Rencana perceraian )
131 Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132 Bab 132 ( Donor darah )
133 Bab 133 ( Talak tiga )
134 Bab 134 ( Menyerah )
135 Bab 135 ( Kecelakaan )
136 Bab 136 ( Hukuman )
137 Bab 137 ( Hamil )
138 Bab 138 ( Putus asa )
139 Bab 139 ( Menjadi ART )
140 Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141 Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142 Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143 Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144 Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145 Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146 Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2
Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3
Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4
Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5
Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6
Bab 6 ( Istri durhaka )
7
Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8
Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9
Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10
Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11
Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12
Bab 12 ( Takdir cintaku )
13
Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14
Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15
Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16
Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17
Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18
Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19
Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20
Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21
Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22
Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23
Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24
Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25
Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26
Bab 26 ( Bersikap tegas )
27
Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28
Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29
Bab 29 ( Teman curhat )
30
Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31
Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32
Bab 32 ( Selingkuh )
33
Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34
Bab 34 ( Laras Hamil )
35
Bab 35 ( Suami Siaga )
36
Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37
Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38
Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39
Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40
Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41
Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42
Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43
Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44
Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45
Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46
Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47
Bab 47 ( Rencana Liburan )
48
Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49
Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50
Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51
Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52
Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53
Bab 53 ( Tanda lahir )
54
Bab 54 ( Tes DNA )
55
Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56
Bab 56 ( Serangan jantung )
57
Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58
Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59
Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60
Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61
Bab 61 ( Karma Mawar )
62
Bab 62 ( Anya hamil )
63
Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64
Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65
Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66
Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67
Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68
Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69
Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70
Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71
Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72
Bab 72 ( Lamaran Arman )
73
Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74
Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75
Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76
Bab 76 ( Berdebat )
77
Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78
Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79
Bab 79 ( Saling pengertian )
80
Bab 80 ( Awal penderitaan )
81
Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82
Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83
Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84
Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85
Bab 85 ( Dikira pengemis )
86
Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87
Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88
Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89
Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90
Bab 90 ( Selingkuh )
91
Bab 91 ( Berbagi Suami )
92
Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93
Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94
Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95
Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96
Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97
Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98
Bab 98 ( Olahraga sore )
99
Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100
Bab 100 ( Kekasih gelap )
101
Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102
Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103
Bab 103 ( Rumah baru )
104
Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105
Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106
Bab 106 ( Semakin curiga )
107
Bab 107 ( Sakit )
108
Bab 108 ( Positif )
109
Bab 109 ( Hamil )
110
Bab 110 ( Anak durhaka )
111
Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112
Bab 112 ( Mulai curiga )
113
Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114
Bab 114 ( Tidak berdaya )
115
Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116
Bab 116 ( Tertangkap basah )
117
Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118
Bab 118 ( Terkena stroke )
119
Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120
Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121
Bab 121 ( Hilang ingatan )
122
Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123
Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124
Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125
Bab 125 ( Patah hati )
126
Bab 126 ( Manusia gerobak )
127
Bab 127 ( Melahirkan )
128
Bab 128 ( Bayi cacat )
129
Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130
Bab 130 ( Rencana perceraian )
131
Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132
Bab 132 ( Donor darah )
133
Bab 133 ( Talak tiga )
134
Bab 134 ( Menyerah )
135
Bab 135 ( Kecelakaan )
136
Bab 136 ( Hukuman )
137
Bab 137 ( Hamil )
138
Bab 138 ( Putus asa )
139
Bab 139 ( Menjadi ART )
140
Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141
Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142
Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143
Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144
Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145
Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146
Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!