Laras mengira jika Ibu Mertuanya akan menyadari semua kesalahannya setelah mendengar perkataan Laras, tapi ternyata Ibu Mertuanya malah semakin menjadi-jadi.
"Suamiku dan juga Suami Anakku tidak mungkin berselingkuh, karena kami selalu melayani Suami kami dengan baik, tidak seperti kamu yang sibuk bekerja. Mungkin saja kan kamu juga selama ini sudah bermain serong di belakang Rahman," sindir Bu Ida.
"Bu, jika memang Anak Ibu salah, seharusnya Ibu memperingatkannya, bukan malah terus-terusan mendukung Mas Rahman berbuat dosa. Ibu juga tidak seharusnya menuduh Laras melakukan perbuatan yang tidak senonoh seperti yang telah Mas Rahman dan Mawar lakukan, karena selama ini Laras juga bekerja demi memenuhi kebutuhan Anak Ibu. Apa Ibu tidak sadar dengan perkataan Ibu? seandainya Mas Rahman bekerja, Laras juga tidak akan mungkin bekerja bahkan sambil membawa dagangan, tapi ternyata ini balasan kalian?"
"Kamu berani sekali menjelek-jelekan Suami kamu, bagaimanapun juga Rahman adalah Suami kamu Laras."
"Bukan Bu, Mas Rahman bukan lagi Suami Laras, karena Mas Rahman sudah menjatuhkan talak tiga kepada Laras."
"Bagus deh kalau seperti itu, karena Mawar sedang hamil, dan Rahman harus segera menikahinya."
"Kalau begitu Laras permisi dulu ke kamar mau mengambil Daffa."
Laras masuk ke dalam kamar kemudian mengambil Daffa yang masih tidur terlelap.
"Nak, Laras mau membawa Daffa kemana?" tanya Bapak Mertua Laras yang bernama Pak Syarief.
"Laras ingin pergi jauh dari sini Pak, karena Laras tidak akan sanggup jika terus berada di sini."
"Nak, atas nama Anak dan Istri Bapak, Bapak meminta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Laras dan Daffa mendapatkan kebahagiaan dimana pun kalian berada."
"Amin, makasih banyak Pak atas do'anya," ucap Laras, kemudian Laras membuka payung dan kembali melangkahkan kaki dengan menggendong Daffa di tengah guyuran hujan yang deras.
Nak, apa pun yang terjadi, Ibu akan selalu ada untuk Daffa, dan Ibu akan menjadi sosok Ibu sekaligus Ayah untuk Daffa, ucap Laras dalam hati dengan memeluk tubuh Daffa, dan tanpa terasa airmata Laras terus menetes membasahi pipinya.
Laras membawa Daffa ke kontrakan temannya yang bernama Anggi, dan kebetulan kontrakan Anggi berada di dekat Pabrik tempat Laras bekerja.
Laras mengucap Salam ketika tiba di depan rumah kontrakan Anggi, dan Anggi begitu iba melihat Laras yang basah kuyup dengan menggendong bayinya.
"Laras, ayo cepat masuk, kasihan Daffa kamu ajak hujan-hujanan," ujar Anggi dengan mengambil Daffa dari gendongan Laras, kemudian Anggi menyuruh Laras untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Setelah Laras selesai mengganti pakaian, Anggi memberikan teh manis hangat kepada Laras, karena saat ini wajah Laras terlihat pucat.
"Sekarang kamu cerita sama aku, apa yang sebenarnya sudah terjadi dengan kamu dan Mas Rahman? bukannya selama ini rumah tangga kalian selalu harmonis?" tanya Anggi.
Laras yang sudah tidak kuat lagi menahan semuanya, langsung berhambur memeluk tubuh Anggi dengan erat, kemudian Laras menumpahkan tangisannya dalam pelukan Anggi.
"Anggi, ternyata selama ini Mas Rahman dan Mawar sudah berselingkuh," ucap Laras dengan lirih.
"Apa? kamu tau darimana Laras? bukannya Mawar adalah Adik kandung kamu sendiri? tidak mungkin Mawar membalas air susu dengan air tuba, karena kamu adalah Kakak yang sudah membesarkan Mawar dengan tangan kamu sendiri," ujar Anggi.
"Tapi itu kenyataannya Anggi. Mawar sudah membalas semua kasih sayang yang aku berikan kepadanya dengan merebut Suamiku. Saat tadi aku pulang kerja, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mereka sedang bercumbu di dalam kamarku, bahkan di atas tempat tidurku dengan Mas Rahman," ujar Laras dengan menahan sesak dalam dadanya.
Anggi mengepalkan tangannya mendengar cerita Laras, karena sebagai sesama wanita, Anggi merasa sakit hati mendengar Adik yang selama ini Laras besarkan dengan memeras tenaga dan keringat tega-teganya merebut Suami Kakak kandungnya sendiri.
"Suami macam apa Rahman, tega-teganya dia berselingkuh dengan Adik iparnya. Padahal selama ini kamu membanting tulang untuk menghidupi mereka, tapi ini balasan yang mereka berikan kepada kamu. Laras, kamu harus bangkit, kamu tidak sendiri, karena aku membantu kamu membesarkan Daffa."
"Makasih banyak Anggi, kamu memang temanku yang paling baik."
"Laras, selama ini kamu sudah banyak menolongku saat aku kesusahan, jadi sudah seharusnya aku juga menolong kamu. Aku akan meminta kepada atasan kita supaya merubah shift kerja kita, supaya kita bisa bergantian menjaga Daffa, dan aku akan membantu kamu jualan juga di depan Pabrik," ujar Anggi.
"Makasih banyak Anggi, aku tidak tau harus berkata apa lagi selain mengucapkan terimakasih."
"Laras, kamu yang sudah membantu aku mendapatkan pekerjaan, bahkan saat pertama kali aku datang ke Bogor, kamu juga sudah meminjamkan uang untuk aku membayar kontrakan serta kebutuhanku seharu-hari, padahal saat itu kita belum saling kenal. Dan sekarang saatnya aku membalas semua kebaikan kamu," ujar Anggi yang merasa beruntung bisa bertemu dengan Laras.
Anggi adalah perantau yang datang dari Palembang untuk mengadu nasib di Ibukota, tapi saat itu Anggi kecopetan dan semua barangnya raib, sampai akhirnya ada yang memberitahu Anggi tentang lowongan kerja di kota Bogor.
Saat itu Anggi kebingungan karena tidak ada orang yang dia kenal, tapi Laras sudah berbaik hati menolong Anggi.
......................
Laras sudah bertekad untuk berjuang membesarkan Daffa dengan bantuan Anggi, dan untungnya atasan Laras dan Anggi yang bernama Bu Mia memberikan ijin kepada keduanya supaya mendapatkan shift yang berbeda dengan alasan supaya bisa bergantian mengurus Daffa, setelah sebelumnya Laras menceritakan tentang masalah rumah tangganya kepada atasannya tersebut.
Sudah satu minggu Laras tinggal di kontrakan Anggi. Setiap pagi sebelum masuk kerja, Laras berjualan masakan di depan Pabrik dengan menggendong Daffa, sedangkan Anggi bertugas belanja bahan-bahan masakan ke Pasar.
"Laras, bagaimana dagangannya, sudah habis belum?" tanya Anggi dengan mengambil Daffa dari gendongan Laras, karena sebentar lagi Laras akan masuk kerja.
"Alhamdulillah dagangannya udah habis. Daffa sayang, Ibu kerja dulu ya Nak, Daffa jangan rewel, baik-baik sama Tante Anggi ya. Anggi aku titip Daffa ya," ujar Laras dengan mencium pipi Daffa sebelum masuk gerbang Pabrik.
"Kamu tenang saja Laras, aku akan selalu menjaga Daffa dengan baik," ujar Anggi dengan tersenyum.
Laras sudah mengusulkan untuk mencari pengasuh untuk Daffa selama dirinya bekerja, karena Laras merasa kasihan terhadap Anggi, apalagi Anggi memilih shift malam. Tapi Anggi menolaknya, apalagi sejak ada Daffa, Anggi merasa tidak kesepian, dan selama ini Daffa juga tidak pernah rewel jika Laras bekerja.
......................
Semenjak kepergian Laras dari rumahnya, Rahman selalu pusing menghadapi Mawar yang banyak maunya, bahkan uang lima juta yang Rahman dapat dari komisi membantu menjual tanah, sudah habis semuanya karena dipakai shoping oleh Mawar, sehingga untuk makan sehari-hari, mau tidak mau Rahman terpaksa menjadi tukang ojek.
"Mas, aku minta uang dong," ujar Mawar saat hendak berangkat ke kampus.
"Mawar, kamu tau sendiri kalau saat ini aku masih belum mempunyai pekerjaan tetap. Kenapa kamu selalu bersikap boros," bentak Rahman, sehingga membuat Mawar menangis.
"Mas, kamu tega sekali membentak aku, wajar saja jika aku menghabiskan uang yang tidak seberapa itu, lagian aku juga butuh hiburan supaya Anak kita yang saat ini masih berada dalam kandunganku tidak merasa stres," ujar Mawar yang selalu saja tidak mau mengalah, sehingga membuat Rahman merasa bingung menghadapi perempuan yang saat ini berstatus istri sirinya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
linamaulina18
karma g bakalan lm rasakan t rahmad
2023-05-18
1
Lina Zascia Amandia
untung ada Anngi. Dan diakhir paragraf rupanya balasan untuk Rahman mulai terlihat...
2023-05-06
1
Lina Zascia Amandia
Mertua gob**k..... heheh boleh ya komen sprt ini sama si mertua.
2023-05-06
1