Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )

Rahman akhirnya mengalah kepada Mawar, karena saat ini Mawar menangis setelah Rahman membentaknya.

"Mawar, Mas minta maaf, Mas tidak bermaksud membentak Mawar, tapi Mas harap Mawar mengerti keadaan ekonomi kita saat ini. Mas belum mendapatkan pekerjaan tetap, apalagi sekarang sudah tidak ada Laras yang menanggung biaya hidup kita."

Mawar merasa geram ketika Rahman kembali menyebut nama Laras.

"Mas tidak perlu menyebut-nyebut lagi nama Kak Laras. Sekarang Mawar yang istri Mas Rahman, bukan dia. Jadi, Mas harus menjaga perasaan Mawar."

"Mawar sayang, Mas tidak bermaksud menyebut nama Laras di hadapan kamu, hanya saja sejak kepergian Laras, hidup kita semakin kesusahan."

"Sebaiknya sekarang Mas antar Mawar ke Kampus, Mawar tidak mau sampai terlambat, dan nanti Mawar tidak mau tau, pokoknya Mas Rahman harus mendapatkan uang dengan cara apa pun juga."

Rahman hanya diam tanpa bisa mengatakan apa-apa lagi, ada rasa menyesal pada hati Rahman setelah menikahi Mawar.

Padahal aku baru menikahi Mawar beberapa hari saja, tapi Mawar sudah menuntut nafkah yang banyak dariku. Sedangkan dulu Laras tidak pernah menuntut apa pun dariku, bahkan Laras selalu bersyukur dengan uang pemberian dariku, meski pun nilainya tidak seberapa. Aku menyesal karena telah melakukan kesalahan. Maafkan aku Laras, karena aku telah menyakiti perempuan sebaik kamu, ucap Rahman dalam hati.

Setelah mengantarkan Mawar ke Kampus, Rahman memutuskan untuk mencari penumpang dengan menunggu di pangkalan ojek.

"Sekarang kamu ngojek Man?" tanya salah satu teman Rahman yang bernama Agus.

"Iya Gus, aku masih belum menemukan pekerjaan tetap," jawab Rahman.

"Memangnya Laras kemana? biasanya kamu tidak pernah mau ngojek karena harus jagain Daffa?"

"Sebenarnya aku dan Laras sudah bercerai, dan aku sudah menikah dengan Mawar Adiknya Laras, meski pun baru secara siri, karena surat cerai aku dan Laras masih belum keluar."

"Gila kamu Man, bisa-bisanya kamu membuang berlian demi batu kerikil, padahal aku lihat Laras perempuan yang baik, bahkan dia rela membanting tulang dengan berdagang dan sambil kerja juga di pabrik," ujar Agus yang tidak habis pikir dengan Rahman.

"Si Rahman pasti sudah tergoda sama daur muda yang lebih cantik dan aduhai," sindir teman-teman Rahman yang lain.

Rahman terus saja memikirkan perkataan Agus, sampai akhirnya Rahman memilih untuk pergi ke rumah orangtuanya, karena penumpang ojek pun tidak kunjung datang.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya, aku masih ada keperluan," ujar Rahman, kemudian pergi dari pangkalan ojek.

Pak Syarif saat ini sedang terlihat membaca koran di teras depan rumahnya saat Rahman datang, karena Pak Syarif merupakan pensiunan Guru, sehingga beliau jarang melakukan pekerjaan, dan hanya menikmati masa tuanya dengan bersantai.

"Assalamu'alaikum Pak," ucap Rahman saat melihat Pak Syarif, kemudian Rahman mencium punggung tangan Ayahnya tersebut.

"Wa'alaikumsalam Nak, kamu kemana saja? kenapa baru ke sini lagi? biasanya kalau ada Daffa, kamu main ke sini setiap hari?" tanya Pak Syarif.

"Rahman sibuk cari kerja Pak, Rahman juga sekarang ngojek buat memenuhi kebutuhan sehari-hari."

Bu Ida yang baru saja datang dari dapur, begitu terkejut ketika mendengar Rahman menjadi tukang ojek.

"Apa Ibu tidak salah dengar sekarang kamu jadi tukang ojek? kamu itu seorang Sarjana, Rahman, kenapa kamu malu-maluin kami saja?" ujar Bu Ida yang merasa malu dengan profesi Rahman saat ini.

"Bu, apa pun pekerjaannya yang penting halal. Rahman juga memiliki tanggung jawab untuk menghidupi Anak dan Istrinya," ujar Pak Syarif yang tidak sependapat dengan Bu Ida.

"Tapi tidak harus jadi tukang ojek juga Pak. Apa nanti kata orang-orang kalau mereka tau Anak kita jadi tukang ojek? mau ditaruh dimana muka kita Pak?"

"Bu, kenapa kita harus malu? justru itu merupakan bentuk dari tanggung jawab Rahman. Seandainya saja dulu Rahman mendengar saran Bapak untuk menjadi Guru honorer, pasti sekarang Rahman sudah menjadi seorang Guru, tapi Ibu selalu memanjakan Anak-anak kita, makanya Rahman dan Nisa selalu melawan keinginan kita, dan sekarang mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap kan?"

"Kenapa Bapak jadi nyalahin Ibu? biasanya juga Laras yang jadi tulang punggung keluarga? jadi Rahman tidak perlu repot-repot bekerja."

"Apa Ibu lupa kalau sekarang Rahman sudah bercerai dengan Laras?" tanya Pak Syarif, sehingga Bu Ida terlihat gelagapan karena merasa malu.

"Rahman menyesal karena sudah berselingkuh Pak, ternyata Mawar tidak sebaik Laras, bahkan Mawar banyak sekali permintaan, dan jauh berbeda dari Laras."

"Dari dulu Bapak sudah memperingatkan kamu supaya tidak bermain api, kamu sudah tega menyakiti perempuan baik seperti Laras, akhirnya kamu menyesal juga kan?"

"Sekarang Rahman harus bagaimana? Rahman hari ini belum mendapatkan uang sepeser pun, dan Mawar pasti akan marah saat nanti pulang dari kampus."

"Yang namanya penyesalan selalu datang belakangan. Jadi, kamu jangan pernah menyesal dengan semua yang telah kamu lakukan, karena itu adalah konsekuensi yang harus kamu terima. Sebaiknya kamu terus berusaha mencari pekerjaan, supaya bisa memenuhi semua keinginan istri kamu, belum lagi saat ini Mawar sedang hamil, jadi kamu harus mencari biaya persalinannya."

"Tapi Rahman harus mencari pekerjaan kemana lagi Pak?"

"Maaf Rahman, Bapak tidak bisa membantu kamu, kamu berusaha saja sendiri, dan kamu harus ingat juga dengan Daffa. Meski pun kamu sudah bercerai dengan Laras, tapi Daffa adalah Anak kandung kamu, dan kamu berkewajiban untuk menafkahinya, karena seorang Anak itu tidak akan ada bekasnya," ujar Pak Syarif yang sudah merasa kecewa terhadap Rahman.

Bu Ida yang mendengar cerita Rahman tentang Mawar, kini merasa geram dan menyuruh Rahman supaya menceraikan Mawar.

"Dasar perempuan tidak tau di untung, sebaiknya kamu ceraikan saja si Mawar, dan cari perempuan yang lebih baik segala-galanya dibandingkan dengan si Laras dan si Mawar," ujar Bu Ida, tapi Pak Syarif tidak setuju dengan perkataan Bu Ida.

"Rahman, kamu jangan sampai mengulangi kesalahan lagi. Sudah cukup kamu menyakiti Laras, apalagi sekarang Mawar sedang hamil Anak kamu, jadi kamu tidak akan bisa menceraikannya. Sebagai orangtua seharusnya Ibu tidak menjerumuskan anak Ibu sendiri, dan kejadian ini semoga menjadi pelajaran untuk Rahman."

"Pak, tapi Rahman adalah Anak kita."

"Bu, Rahman sudah dewasa, dan Rahman harus bisa membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk untuk hidupnya. Sebaiknya sebagai orangtua, kita jangan terlalu ikut campur dalam urusan rumah tangga Anak," ujar Pak Syarif, kemudian masuk ke dalam rumah, karena tidak mau terus berdebat dengan Bu Ida.

"Bu, Rahman harus bagaimana? Rahman harus mencari uang dari mana?" rengek Rahman yang selalu bersikap manja, karena dari kecil Bu Ida selalu memanjakan Anak-anaknya.

"Rahman tenang saja, Ibu mempunyai tabungan, jadi Rahman bisa menggunakannya untuk keperluan sehari-hari," bisik Bu Ida, supaya Pak Syarif tidak mendengar perkataannya, padahal diam-diam Pak Syarif mendengar percakapan Bu Ida dan Rahman dari balik pintu.

"Sebaiknya kalau Ibu mau ngasih uang buat Rahman, Ibu suruh Rahman supaya memakai uangnya untuk modal usaha, bukan untuk memanjakan istrinya," sindir Pak Syarif.

Bu Ida dan Rahman terkejut ketika mendengar teriakan Pak Syarif.

"Sudahlah Nak, Rahman tidak perlu mendengarkan perkataan Bapak," ujar Bu Ida, dan Pak Syarif tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya tersebut.

Itulah akibatnya jika terlalu memanjakan Anak, Anak jadi tumbuh menjadi sosok yang manja dan tidak memiliki rasa tanggung jawab. Padahal aku berharap Anak-anakku menjadi sosok yang mandiri, karena suatu saat kami pasti akan meninggalkan Dunia ini, dan tidak akan selalu ada untuk mereka. Sebagai seorang Suami dan orangtua, aku telah gagal mendidik Istri dan Anak-anakku, ucap Pak Syarif dalam hati dengan menitikkan airmata penyesalan karena tidak bisa mendidik Anak dan juga Istrinya dengan baik.

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

bukan kmu gk bisa mendidik anak dan istrimu sebagai kepala keluarga kmu gk tegas Pak Syarif

2024-07-19

1

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

pengen tak celupin ke gorong maknya rahman..

2023-10-23

1

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

muka ditaruh di depanlah bu...

2023-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2 Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3 Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4 Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5 Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6 Bab 6 ( Istri durhaka )
7 Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8 Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9 Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10 Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11 Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12 Bab 12 ( Takdir cintaku )
13 Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14 Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15 Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16 Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17 Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18 Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19 Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20 Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21 Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22 Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23 Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24 Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25 Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26 Bab 26 ( Bersikap tegas )
27 Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28 Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29 Bab 29 ( Teman curhat )
30 Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31 Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32 Bab 32 ( Selingkuh )
33 Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34 Bab 34 ( Laras Hamil )
35 Bab 35 ( Suami Siaga )
36 Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37 Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38 Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39 Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40 Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41 Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42 Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43 Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44 Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45 Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46 Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47 Bab 47 ( Rencana Liburan )
48 Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49 Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50 Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51 Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52 Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53 Bab 53 ( Tanda lahir )
54 Bab 54 ( Tes DNA )
55 Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56 Bab 56 ( Serangan jantung )
57 Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58 Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59 Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60 Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61 Bab 61 ( Karma Mawar )
62 Bab 62 ( Anya hamil )
63 Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64 Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65 Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66 Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67 Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68 Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69 Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70 Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71 Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72 Bab 72 ( Lamaran Arman )
73 Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74 Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75 Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76 Bab 76 ( Berdebat )
77 Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78 Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79 Bab 79 ( Saling pengertian )
80 Bab 80 ( Awal penderitaan )
81 Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82 Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83 Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84 Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85 Bab 85 ( Dikira pengemis )
86 Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87 Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88 Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89 Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90 Bab 90 ( Selingkuh )
91 Bab 91 ( Berbagi Suami )
92 Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93 Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94 Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95 Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96 Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97 Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98 Bab 98 ( Olahraga sore )
99 Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100 Bab 100 ( Kekasih gelap )
101 Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102 Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103 Bab 103 ( Rumah baru )
104 Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105 Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106 Bab 106 ( Semakin curiga )
107 Bab 107 ( Sakit )
108 Bab 108 ( Positif )
109 Bab 109 ( Hamil )
110 Bab 110 ( Anak durhaka )
111 Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112 Bab 112 ( Mulai curiga )
113 Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114 Bab 114 ( Tidak berdaya )
115 Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116 Bab 116 ( Tertangkap basah )
117 Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118 Bab 118 ( Terkena stroke )
119 Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120 Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121 Bab 121 ( Hilang ingatan )
122 Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123 Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124 Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125 Bab 125 ( Patah hati )
126 Bab 126 ( Manusia gerobak )
127 Bab 127 ( Melahirkan )
128 Bab 128 ( Bayi cacat )
129 Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130 Bab 130 ( Rencana perceraian )
131 Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132 Bab 132 ( Donor darah )
133 Bab 133 ( Talak tiga )
134 Bab 134 ( Menyerah )
135 Bab 135 ( Kecelakaan )
136 Bab 136 ( Hukuman )
137 Bab 137 ( Hamil )
138 Bab 138 ( Putus asa )
139 Bab 139 ( Menjadi ART )
140 Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141 Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142 Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143 Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144 Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145 Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146 Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
147 Bab 147 ( Meninggal dunia )
148 Bab 148 ( Balasan yang setimpal )
149 Bab 149 ( Kesetiaan cinta )
150 Bab 150 ( Anak pembawa berkah )
151 Bab 151 ( Pengorbanan seorang Ibu )
152 Bab 152 ( Ceraikan Nisa )
153 Bab 153 ( Hidup memiliki pilihan )
154 Bab 154 ( Akhir hidup Pelakor )
155 Bab 155 ( Membuka lembaran baru )
156 Bab 156 ( Resmi bercerai )
157 Bab 157 ( Kesucian yang terenggut )
158 Bab 158 ( Lamaran Aslan )
159 Bab 159 ( Hancurnya persahabatan )
160 Bab 160 ( Sahabat sejati )
161 Bab 161 ( Selamat jalan Anggi )
162 Bab 162 ( Mengetahui keberadaan Nisa )
163 Bab 163 ( Menjadi badut )
164 Bab 164 ( Ikatan batin )
165 Bab 165 ( Melepas dengan ikhlas )
166 Bab 166 ( Hari pertama bekerja )
167 Bab 167 ( Akhir dari kesombongan )
168 Bab 168 ( Demam )
169 Bab 169 ( Takdir cinta )
170 Bab 170 ( Mengukir kenangan )
171 Bab 171 ( Tidak memiliki Ayah )
172 Bab 172 ( Ayah )
173 Bab 173 ( Kepulangan Aslan )
174 Bab 174 ( Hari pernikahan )
175 Bab 175 ( Pengorbanan Aslan )
176 Bab 176 ( Tragedi )
177 Bab 177 ( Memilih keluarga Aslan )
178 Bab 178 ( Hasutan Oma Linda )
179 Bab 179 ( Lamaran Rayyan )
180 Bab 180 ( Pangeran berkuda putih )
181 Bab 181 ( Antara dendam dan cinta )
182 Bab 182 ( Patah hati )
183 Bab 183 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
184 Bab 184 ( Bertepuk sebelah tangan )
185 Bab 185 ( Pindah ke Surabaya )
186 Bab 186 ( Baru permulaan )
187 Bab 187 ( Bukan sandiwara )
188 Bab 188 ( Perempuan terbaik )
189 Bab 189 ( Mantan terindah )
190 Bab 190 ( Kesalahan yang fatal )
191 Bab 191 ( Harus bertanggung jawab )
192 Bab 192 ( Menolak tanggung jawab Rayyan )
193 Bab 193 ( Telat datang bulan )
194 Bab 194 ( Kehadiran orang ketiga )
195 Bab 195 ( Hamil enam minggu )
196 Bab 196 ( Lepas dari tanggung jawab )
197 Bab 197 ( Perjanjian nikah kontrak )
198 Bab 198 ( Kandas )
199 Bab 199 ( Menjadi saudara ipar )
200 Bab 200 ( Separuh jiwa ku pergi )
201 Bab 201 ( Ipar adalah maut )
202 Bab 202 ( Keguguran )
203 Bab 203 ( Surat persetujuan aborsi )
204 Di Ujung Penantian Ku, By Rini Antika
205 Bab 205 ( Jatuhnya talak )
206 Bab 206 ( Ancaman Anton )
207 Bab 207 ( Dukungan Raja )
208 Bab 208 ( Menumbalkan Marlina )
209 Bab 209 ( Antara cinta dan luka )
210 Bab 210 ( Lentera cinta )
211 Bab 211 ( Tidak ada jalan untuk kembali )
212 Kesucian Yang Ternoda By Rini Antika
213 Bab 213 ( Selamat tinggal )
214 Bab 214 ( Nasi telah menjadi bubur )
215 Bab 215 ( Penyesalan Risna )
216 Bab 216 ( Air susu dibalas air tuba )
217 Bab 217 ( Kegagalan adalah kunci keberhasilan )
218 Bab 218 ( Senandung keikhlasan )
219 Suamiku Boneka Keluarganya
220 Bab 220 ( Pernikahan tanpa cinta )
221 Bab 221 ( Keinginan terakhir )
222 Bab 222 ( Promosi novel Suamiku Boneka Keluarganya )
223 Bab 223 ( Kematian adalah awal kehidupan )
224 Bab 224 ( Kontrak seumur hidup )
225 Bab 225 ( Akhir semuanya )
226 Selimut Tetangga
Episodes

Updated 226 Episodes

1
Bab 1 ( Satu Ranjang, Tiga Nyawa )
2
Bab 2 ( Kado yang paling menyakitkan )
3
Bab 3 ( Air susu dibalas dengan air tuba )
4
Bab 4 ( Penyesalan selalu datang belakangan )
5
Bab 5 ( Kacang lupa kulitnya )
6
Bab 6 ( Istri durhaka )
7
Bab 7 ( Karma tak semanis kurma )
8
Bab 8 ( Cobaan bertubi-tubi )
9
Bab 9 ( Permintaan maaf Bu Ida )
10
Bab 10 ( Kesabaran manusia ada batasnya
11
Bab 11 ( Mengejar cinta Laras )
12
Bab 12 ( Takdir cintaku )
13
Bab 13 ( Sosok Ayah yang baik )
14
Bab 14 ( Bertemu Mawar dan Rahman )
15
Bab 15 ( Mempermalukan diri sendiri )
16
Bab 16 ( Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api )
17
Bab 17 ( Pembalasan Reza )
18
Bab 18 ( Di usir oleh Anggi )
19
Bab 19 ( Pernikahan Abi dan Laras )
20
Bab 20 ( Membuka hati untuk Abi )
21
Bab 21 ( Pasangan kumpul kebo )
22
Bab 22 ( Kedatangan Anya )
23
Bab 23 ( Kejujuran Abi )
24
Bab 24 ( Dihakimi Warga )
25
Bab 25 ( Permintaan maaf Anggi )
26
Bab 26 ( Bersikap tegas )
27
Bab 27 ( Pertengkaran Rahman dan Mawar )
28
Bab 28 ( Kado Pernikahan )
29
Bab 29 ( Teman curhat )
30
Bab 30 ( Kekhawatiran Mawar )
31
Bab 31 ( Perubahan sikap Anya )
32
Bab 32 ( Selingkuh )
33
Bab 33 ( Jadikan aku yang kedua )
34
Bab 34 ( Laras Hamil )
35
Bab 35 ( Suami Siaga )
36
Bab 36 ( Pernikahan Rahman dan Anya )
37
Bab 37 ( Rasa iri dan dengki mengotori hati )
38
Bab 38 ( Merestui pernikahan Anya dan Rahman )
39
Bab 39 ( Fakta yang mengejutkan )
40
Bab 40 ( Kenapa harus Laras? )
41
Bab 41 ( Anugerah bisa menjadi Musibah )
42
Bab 42 ( Pengakuan Dosa )
43
Bab 43 ( Lampu hijau dari keluarga Rahman )
44
Bab 44 ( Perubahan sikap Rahman )
45
Bab 45 ( Di atas langit, masih ada langit )
46
Bab 46 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
47
Bab 47 ( Rencana Liburan )
48
Bab 48 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
49
Bab 49 ( Kebahagiaan Mama Lasmi )
50
Bab 50 ( Honeymoon VS Babymoon )
51
Bab 51 ( Mengibarkan bendera putih )
52
Bab 52 ( Jangan ada Dusta di antara kita )
53
Bab 53 ( Tanda lahir )
54
Bab 54 ( Tes DNA )
55
Bab 55 ( Terkena gangguan mental )
56
Bab 56 ( Serangan jantung )
57
Bab 57 ( Selamat jalan Papa )
58
Bab 58 ( Kedatangan Bu Ida dan Mawar )
59
Bab 59 ( Jebakan Mawar )
60
Bab 60 ( Memergoki Rahman dan Anya )
61
Bab 61 ( Karma Mawar )
62
Bab 62 ( Anya hamil )
63
Bab 63 ( Tertabrak mobil )
64
Bab 64 ( Karma itu Nyata )
65
Bab 65 ( Ikhlas adalah obat dari segala penyakit )
66
Bab 66 ( Kelahiran dan Kematian )
67
Promosi Novel baru ( Suci tak lagi Suci )
68
Promosi Novel ( Arjuna mencari cinta )
69
Bab 69 Season 2 ( Tiga tahun pernikahan )
70
Bab 70 ( Jodoh pasti bertemu )
71
Bab 71 ( Mengejar Nisa )
72
Bab 72 ( Lamaran Arman )
73
Bab 73 ( Tidak mendapat restu )
74
Bab 74 ( Tinggalkan Arman )
75
Bab 75 ( Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang )
76
Bab 76 ( Berdebat )
77
Bab 77 ( Persiapan pernikahan )
78
Bab 78 ( Pernikahan Arman dan Nisa )
79
Bab 79 ( Saling pengertian )
80
Bab 80 ( Awal penderitaan )
81
Bab 81 ( malam pertama yang indah )
82
Bab 82 ( Dijadikan pembantu )
83
Bab 83 ( Berbohong demi kebaikan )
84
Bab 84 ( Ancaman Mama Marisa )
85
Bab 85 ( Dikira pengemis )
86
Bab 86 ( Oleh-oleh dari Mama Marisa )
87
Bab 87 ( Calon Istri pilihan Mertua ku )
88
Bab 88 ( Berbagi beban dan kesedihan )
89
Bab 89 ( Keputusan yang berat )
90
Bab 90 ( Selingkuh )
91
Bab 91 ( Berbagi Suami )
92
Bab 92 ( Pernikahan kedua )
93
Bab 93 ( Menjual kebahagiaan )
94
Bab 94 ( Menantu yang tak di anggap )
95
Bab 95 ( Malam pertama dengan Papa Mertua )
96
Bab 96 ( Drama di pagi hari )
97
Bab 97 ( Ikhlas tidak semudah yang diucapkan )
98
Bab 98 ( Olahraga sore )
99
Bab 99 ( Bidadari Syurgaku )
100
Bab 100 ( Kekasih gelap )
101
Bab 101 ( Tuhan tidak pernah tidur )
102
Bab 102 ( Perhiasan terindah )
103
Bab 103 ( Rumah baru )
104
Bab 104 ( Wanita idaman lain )
105
Bab 105 ( Musuh dalam selimut )
106
Bab 106 ( Semakin curiga )
107
Bab 107 ( Sakit )
108
Bab 108 ( Positif )
109
Bab 109 ( Hamil )
110
Bab 110 ( Anak durhaka )
111
Bab 111 ( Kejujuran Amanda )
112
Bab 112 ( Mulai curiga )
113
Bab 113 ( Ancaman Gilang )
114
Bab 114 ( Tidak berdaya )
115
Bab 115 ( Kenyataan yang menyakitkan )
116
Bab 116 ( Tertangkap basah )
117
Bab 117 ( Melenyapkan saksi mata )
118
Bab 118 ( Terkena stroke )
119
Bab 119 ( Penyesalan Mama Marisa )
120
Bab 120 ( Tertabrak mobil )
121
Bab 121 ( Hilang ingatan )
122
Bab 122 ( Siapa lelaki itu? )
123
Bab 123 ( Manusia tidak punya hati )
124
Bab 124 ( Aku ingin hamil )
125
Bab 125 ( Patah hati )
126
Bab 126 ( Manusia gerobak )
127
Bab 127 ( Melahirkan )
128
Bab 128 ( Bayi cacat )
129
Bab 129 ( Dia bukan Cucu ku )
130
Bab 130 ( Rencana perceraian )
131
Bab 131 ( Kemarahan Arman )
132
Bab 132 ( Donor darah )
133
Bab 133 ( Talak tiga )
134
Bab 134 ( Menyerah )
135
Bab 135 ( Kecelakaan )
136
Bab 136 ( Hukuman )
137
Bab 137 ( Hamil )
138
Bab 138 ( Putus asa )
139
Bab 139 ( Menjadi ART )
140
Bab 140 ( Saling menyalahkan )
141
Bab 141 ( Pertemuan Ibu dan Anak )
142
Bab 142 ( Kecurigaan Aslan )
143
Bab 143 ( Arti kebahagiaan )
144
Bab 144 ( Cinta dalam hati )
145
Bab 145 ( Harta membawa petaka )
146
Bab 146 ( Kamu bukan Sarah )
147
Bab 147 ( Meninggal dunia )
148
Bab 148 ( Balasan yang setimpal )
149
Bab 149 ( Kesetiaan cinta )
150
Bab 150 ( Anak pembawa berkah )
151
Bab 151 ( Pengorbanan seorang Ibu )
152
Bab 152 ( Ceraikan Nisa )
153
Bab 153 ( Hidup memiliki pilihan )
154
Bab 154 ( Akhir hidup Pelakor )
155
Bab 155 ( Membuka lembaran baru )
156
Bab 156 ( Resmi bercerai )
157
Bab 157 ( Kesucian yang terenggut )
158
Bab 158 ( Lamaran Aslan )
159
Bab 159 ( Hancurnya persahabatan )
160
Bab 160 ( Sahabat sejati )
161
Bab 161 ( Selamat jalan Anggi )
162
Bab 162 ( Mengetahui keberadaan Nisa )
163
Bab 163 ( Menjadi badut )
164
Bab 164 ( Ikatan batin )
165
Bab 165 ( Melepas dengan ikhlas )
166
Bab 166 ( Hari pertama bekerja )
167
Bab 167 ( Akhir dari kesombongan )
168
Bab 168 ( Demam )
169
Bab 169 ( Takdir cinta )
170
Bab 170 ( Mengukir kenangan )
171
Bab 171 ( Tidak memiliki Ayah )
172
Bab 172 ( Ayah )
173
Bab 173 ( Kepulangan Aslan )
174
Bab 174 ( Hari pernikahan )
175
Bab 175 ( Pengorbanan Aslan )
176
Bab 176 ( Tragedi )
177
Bab 177 ( Memilih keluarga Aslan )
178
Bab 178 ( Hasutan Oma Linda )
179
Bab 179 ( Lamaran Rayyan )
180
Bab 180 ( Pangeran berkuda putih )
181
Bab 181 ( Antara dendam dan cinta )
182
Bab 182 ( Patah hati )
183
Bab 183 ( Cinta tidak harus saling memiliki )
184
Bab 184 ( Bertepuk sebelah tangan )
185
Bab 185 ( Pindah ke Surabaya )
186
Bab 186 ( Baru permulaan )
187
Bab 187 ( Bukan sandiwara )
188
Bab 188 ( Perempuan terbaik )
189
Bab 189 ( Mantan terindah )
190
Bab 190 ( Kesalahan yang fatal )
191
Bab 191 ( Harus bertanggung jawab )
192
Bab 192 ( Menolak tanggung jawab Rayyan )
193
Bab 193 ( Telat datang bulan )
194
Bab 194 ( Kehadiran orang ketiga )
195
Bab 195 ( Hamil enam minggu )
196
Bab 196 ( Lepas dari tanggung jawab )
197
Bab 197 ( Perjanjian nikah kontrak )
198
Bab 198 ( Kandas )
199
Bab 199 ( Menjadi saudara ipar )
200
Bab 200 ( Separuh jiwa ku pergi )
201
Bab 201 ( Ipar adalah maut )
202
Bab 202 ( Keguguran )
203
Bab 203 ( Surat persetujuan aborsi )
204
Di Ujung Penantian Ku, By Rini Antika
205
Bab 205 ( Jatuhnya talak )
206
Bab 206 ( Ancaman Anton )
207
Bab 207 ( Dukungan Raja )
208
Bab 208 ( Menumbalkan Marlina )
209
Bab 209 ( Antara cinta dan luka )
210
Bab 210 ( Lentera cinta )
211
Bab 211 ( Tidak ada jalan untuk kembali )
212
Kesucian Yang Ternoda By Rini Antika
213
Bab 213 ( Selamat tinggal )
214
Bab 214 ( Nasi telah menjadi bubur )
215
Bab 215 ( Penyesalan Risna )
216
Bab 216 ( Air susu dibalas air tuba )
217
Bab 217 ( Kegagalan adalah kunci keberhasilan )
218
Bab 218 ( Senandung keikhlasan )
219
Suamiku Boneka Keluarganya
220
Bab 220 ( Pernikahan tanpa cinta )
221
Bab 221 ( Keinginan terakhir )
222
Bab 222 ( Promosi novel Suamiku Boneka Keluarganya )
223
Bab 223 ( Kematian adalah awal kehidupan )
224
Bab 224 ( Kontrak seumur hidup )
225
Bab 225 ( Akhir semuanya )
226
Selimut Tetangga

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!