Ruangan Kosong

Mengetahui apa yang terjadi setelah menelepon Queen, Arthur dan Aiden segera menuju makam ibunya Queen. Sesungguhnya Regan dan juga Zerga ingin ikut pergi, tapi mereka mendapatkan panggilan dari rumah sakit karena ada pasien kecelakaan gawat darurat yang terkena serangan jantung ketika berkendara.

"Tidak ada bukti lain?" tanya Arthur.

"Tidak. Aku hanya menemukan surat ini." jawab Queen.

"Kau ingin kami membuka kasus ini lagi?" tanya Aiden.

"Tidak perlu. Lagipula kasus ini sudah lama ditutup. Dan belum tentu ini berhubungan dengan kematian ibu. Saya akan menyelidiki sendiri sebisa saya. Setelah bukti terkumpul banyak anda bisa membuka kembali kasus kematian ibu saya." jawab Queen.

Ketika gadis itu berbalik hendak pergi tiba-tiba dadanya terasa sesak, dan kepalanya juga terasa pusing. Tapi dia berusaha menahan semua yang dia rasakan, dia tidak ingin membuat teman-temannya khawatir karena keadaannya.

*

Keesokan harinya Queen bekerja seperti biasanya. Pagi-pagi gadis itu sudah ada di kantor polisi melihat kembali data-data mengenai kematian ibunya 5 tahun lalu seraya menunggu Aiden dan Arthur datang.

"Dokter bilang ibu meninggal karena gagal jantung karena Kardiomiopati yang ibu derita." gumam Queen. "Tapi hari itu ibu benar-benar baik-baik saja, bahkan dokter sudah mengatakan penyakit Kardiomiopati yang diderita ibu sudah sembuh dan sudah diizinkan pulang." gumamnya lagi.

"Bodohnya kenapa hari itu aku menyerah begitu saja setelah polisi menganggapku omong kosong.." geramnya.

Tiba-tiba Arthur datang, Queen segera menutup data-data yang dia lihat tadi dan menggantinya dengan data-data kasus yang mereka tangani saat ini.

"Kau sudah datang?" sapa Arthur.

"Kau sendirian? Dimana detektif Aiden? Kita harus segera ke kantor itu." tanya Queen balik.

"Ah, dia sudah diluar. Dia menyuruhku untuk bilang padamu agar segera keluar." jawab Arthur.

"Hm."

Queen segera mengemasi barang-barangnya dan keluar bersama Arthur. Mereka pergi ke gedung perusahaan minuman kaleng tersebut. Dengan menunjukkan identitas mereka sebagai detektif, pihak perusahaan mengizinkan mereka untuk menggeledah gedung perusahaan minuman tersebut.

Hingga sampailah mereka di sebuah pintu yang menjadi pusat perhatian Queen ketika melihat rekaman CCTV kemarin.

"Ruangan apa ini?" tanya Queen kepada sekretaris CEO perusahaan itu.

"Saya juga tidak tahu apa isi ruangan ini. Karena CEO kami tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam ruangan ini." jawab wanita tersebut.

Queen semakin curiga dengan isi ruangan tersebut. Gadis itu menatap pegangan pintu yang terdapat noda merah disana. Di perhatikannya noda tersebut, dan benar itu adalah darah yang sudah mengering.

"Bisa kami masuk ke dalam?" tanya Queen lagi.

"Maaf, kami tidak memiliki kunci ruangan ini. Hanya CEO yang memiliki kunci ruangan ini." jawab sang sekretaris sambil menundukkan kepalanya.

"Kau menemukan sesuatu?" tanya Arthur.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Arthur, Queen langsunh mendobrak pintu tersebut. Hanya dengan satu kali tendangan, gadis itu berhasil mendobrak pintu yang terkunci tersebut. Hanya ada ruangan kosong tanpa jendela yang terlihat.

Queen mengerutkan keningnya mendapati ruangan di depannya yang kosong. Tidak ada kursi, meja, atau furniture yang lainnya. Hanya ada satu buah rak buku di salah satu sisi dinding.

"Ruangan ini kosong. Tidak ada apa-apa disini." ucap Arthur.

"Tunggu dulu!" sela Aiden sambil beralih ke samping Queen.

Queen melirik ke arah seniornya. "Ada yang janggal disini. Ruangan ini kosong. Tapi lantai bersih tidak berdebu, langit-langit bersih dari sarang laba-laba. Dan, lampu menyala." ujar Queen mengutarakan isi pikirannya.

Mereka mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Sekalipun ruangan tersebut kosong, tapi karena kejanggalan yang ada mereka tetap waspada.

"Periksa setiap sudut ruangan ini!" perintah Aiden.

Mereka segera memeriksa setiap sudut ruangan kosong ini. Sudah sepuluh menit mereka memutari ruangan kosong ini, tapi mereka tidak menemukan apapun.

"Detektif Aiden! Detektif Queen!" panggil Arthur.

Aiden dan Queen langsung menghampiri Arthur yang berada tepat di depan rak buku.

"Ada apa?" tanya Queen.

"Mungkin terdengar aneh. Tapi ini hanya pemikiranku. Ruangan ini kosong dan hanya ada satu benda disini. Yaitu Rak buku ini. Mungkinkah ada ruangan rahasia dibalik rak buku ini." ucap Arthur.

"Tapi, mana mungkin ada ruangan rahasia di balik rak buku dengan ukuran ini. Bahkan tinggi rak ini tidak ada seperutku." sanggah Queen.

"Mungkin memang tidak dibalik rak buku. Tapi kuncinya ada disini." sahut Aiden sambil menarik satu-persatu buku yang tersusun rapi di rak buku tersebut.

Hingga di rak bagian paling bawah. Aiden menarik buku terakhir disana. Dan terbukalah lantai di belakang mereka.

"Manager Javas!!" teriak Queen dan Arthur bersamaan ketika melihat orang yang mereka cari selama ini ada di bawah sana dengan keadaan terikat dan kepala berdarah.

Mereka bertiga langsung turun ke bawah dan memastikan keadaan Javas Schaefer. Beruntung pria tersebut hanya pingsan. Javas segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Sedangkan di perusahaan itu kembali dilakukan penyelidikan oleh polisi.

Pukul 13.00 PM

Di Kantor Polisi

"Ahh... melelahkan..." desis Queen sambil mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya.

"Tapi setidaknya kasus ini hampir selesai." sahut Arthur sambil meletakkan sebuah minuman di meja Queen.

"Hampir, belum selesai." jawab Queen seraya memejamkan matanya.

Arthur duduk di depan Queen. Laki-laki itu tersenyum mengamati wajah cantik Queen. Kulit cerah, bulu mata yang lentik, alis tebal yang rapi alami terlihat tegas, hidung mancung, dan bibir berwarna pink cerah. Aura dingin dan misterius melekat pada wajah gadis di depannya ini.

"Berhenti menatapku! Atau ku congkel matamu untuk mempelajari struktur anatomi mata." celetuk Queen dengan mata yang masih tertutup.

"Tidak, terimakasih." Arthur buru-buru pergi dari sana.

Setelah Arthur pergi, Queen membuka matanya. Gadis itu langsung meringis kesakitan sambil memegang dadanya. Kepalanya juga terasa sangat pusing. "Aku harus pergi ke rumah sakit sekarang." gumam Queen. Gadis itu segera meraih tasnya dan bergegas pergi ke rumah sakit sambil menahan rasa sakit yang dia rasakan.

Tanpa dia sadari. Seniornya, Aiden memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan sejak tadi. Sekalipun wajahnya tetap datar, tapi dia tetap khawatir dengan kondisi juniornya yang terlihat tidak baik.

"Dia datang ke spesialis penyakit dalam. Artinya itu bukan penyakit yang sepele." batin Aiden mengingat dia kemarin bertemu juniornya di ruangan Regan yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam.

...***...

...Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!