Pembunuhan Berantai

Suasana di gudang sebuah pabrik minuman kaleng sangatlah ramai. Di tempat tersebut terjadi pembunuhan berantai dengan jasad para korbannya yang di awetkan di dalam sebuah ruangan pendingin yang menyebabkan jasad-jasad tersebut tidak membusuk. Dan baru terungkap setelah mesin pengawet ruang pendingin tersebut mati sehingga jasad didalamnya membusuk hingga baunya tercium sampai keluar.

Seorang detektif muda bersama polisi dan detektif lain ada di ruang pengawetan tersebut untuk menyelidiki tentang kasus pembunuhan berantai tersebut.

"Detektif Queen. Coba kemari." suruh salah satu detektif.

Merasa namanya dipanggil, Ayesha Queen Stephanie. Detektif muda tersebut segera menghampiri rekannya untuk melihat apa yang akan ditunjukkan.

"Ada apa?" tanyanya.

"Bukankah ini kepunyaan manager di pabrik ini?" tanya Arthur.

Queen mengambil pinsetnya dan melihat kartu tanda pengenal yang ditemukan rekannya tersebut. Di amatinya kartu itu, dan benar itu milik manager disini. Dia segera memasukkan kartu tersebut ke dalam kantong plastik dan menandainya sebagai barang bukti.

"Apa mungkin dia dibalik semua ini?" tanya Arthur.

"Terlalu dini untuk menyimpulkan itu Arthur." jawab Queen dengan nada yang cuek.

Arthur mengangguk mengerti. Dia tidak kesal dengan sikap cuek Queen. Karena gadis itu sejak masih SMA memang memiliki sifat yang sangat cuek. Tapi dibalik sosok Queen yang cuek, ada faktor yang menyebabkan dia memiliki sifat seperti itu.

Setelah sekian waktu menyelidiki di ruang pendingin tersebut Aiden sebagai senior mereka berdua memutuskan agar kembali dan melanjutkan penyelidikan di kantor polisi karena di ruangan itu sudah tidak ditemukan apapun.

Tapi Queen menolak dengan tegas. Karena dia yakin masih ada sesuatu di ruangan tersebut. Dia meminta waktu 10 menit lagi untuk melakukan penyelidikan.

"Kalian bisa keluar lebih dulu." ucap Queen.

"Keluar setelah 10 menit!" perintah Aiden dengan nada dingin.

"Baik." jawab Queen.

Setelah semua rekan-rekannya keluar dari ruangan tersebut, Queen merasa lebih leluasa dalam melakukan penyelidikan.

"Sepertinya aku tadi tidak melihat tombol ini?" gumam Queen.

Dia segera menekan tombol di samping lemari tersebut. Dan tiba-tiba lantai di belakangnya terbuka menunjukkan sebuah ruangan rahasia. Ketika ruangan tersebut terbuka tubuh Queen seketika menjadi lemas melihat banyaknya darah yang tergenang di bawah sana. Aroma anyir darah disertai bau busuk langsung menyebar di ruangan tersebut. Kakinya refleks melangkah mundur, hingga gadis itu terduduk lemas dengan mata berkaca-kaca. Perutnya terasa mual.

"Detektif Aiden!!" teriak Queen.

Aiden, Arthur dan beberapa polisi langsung berlari masuk kembali kedalam ruangan pendingin tersebut. Ketika baru di ambang pintu mereka semua langsung menutup hidung mereka.

"Detektif Arthur, bawa dia keluar." perintah Aiden.

"Baik!"

Arthur segera menghampiri Queen dan membantunya berdiri kemudian mengajaknya keluar dari ruangan tersebut

"Bajingan gila seperti apa yang melakukan semua ini?" batin Aiden melihat pemandangan mengerikan didepannya.

Ruangan gelap dengan lantai yang tergenang air berwarna merah gelap, beberapa tulang serta tengkorak berserakan di bawah sana. Artinya korban pembunuhan itu bukan hanya jasad-jasad yang mereka temukan tadi.

Di luar ruangan Arthur membawakan minuman untuk Queen. Tapi gadis itu tidak sanggup meminum air tersebut karena masih ingat dengan banyaknya darah yang dia lihat beberapa saat yang lalu.

Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Dan lama kelamaan itu berubah menjadi sakit. Tapi Queen berusaha menahannya, dia tidak ingin membuat rekannya itu khawatir.

"Kenapa lagi ini?" batin Queen sambil memegangi dadanya yang sebelah kiri.

"Detektif? Kau baik-baik saja?" tanya Arthur.

"Hm, aku baik-baik saja." jawab Queen. "Aku harus ke rumah sakit setelah ini." ucapnya di dalam batin.

Setelah itu mereka kembali ke kantor polisi untuk melanjutkan penyelidikan dari sana. Mereka masih belum menemukan pelaku dari pembunuhan tersebut. Tapi mereka sudah memiliki tersangka utama. Yaitu manager dari pabrik tersebut.

"Javas Schaefer. Manager pabrik minuman itu sudah tidak terlihat selama kurang lebih 2 minggu. Keluarganya sempat datang ke kantor polisi dan mencarinya." ucap Arthur sambil membaca data yang dia dapatkan di komputer.

"Bagaimana dengan owner-nya?" tanya Queen.

"Pemilik pabrik itu ada di Negara B." jawab Arthur.

Queen terdiam. Raut wajah gadis itu terlihat serius seperti memikirkan sesuatu. Setelah beberapa saat Queen mengatakan perintahnya.

"Masukkan owner perusahaan minuman itu ke dalam tersangka!" perintah Queen.

"Apa? Kenapa dengannya? Apa hubungannya?" tanya Arthur tidak paham.

"Apa menurutmu wajar jika pemilik perusahaan minuman itu mengetahui kasus di pabriknya dan tetap tenang seperti tidak ada apa-apa?" tanya Queen balik. "Seolah-olah dia sudah tahu bahwa kasus ini akan terjadi. Mendengar berita ini dia sama sekali tidak terkejut. Bahkan dia sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya." sambungnya lagi.

"Jadi? Aku harus memasukkannya ke dalam tersangka?" tanya Arthur lagi.

"Kau ingin ke spesialis THT?" tanya Queen dengan ekspresi wajah datar.

Arthur tertawa cengengesan lalu segera melakukan perintah seniornya tersebut. Yap, Queen memang seumuran dengannya tapi karena Queen lebih dahulu terjun di pekerjaan ini maka secara otomatis dia adalah seniornya.

Disisi lain. Di sebuah rumah sakit besar. Seorang dokter tampan baru saja menyelesaikan operasi transplantasi ginjal pasiennya.

"Operasinya berjalan dengan lancar. Pasien akan segera dipindahkan ke ruang perawatan." ucap dokter tersebut kepada keluarga pasien.

"Terimakasih banyak dokter..."

Dokter tersebut tersenyum ramah, kemudian membungkuk sebentar dan segera pamit pergi untuk memeriksa pasiennya yang lain.

"Regan!" panggil seseorang.

Dokter tersebut menghentikan langkahnya. Bibirnya mengukir senyuman kemudian berbalik. "Bagaimana dengan kasus yang kau tangani kali ini?" tanya Regan.

"Biasa saja." jawab Aiden.

"Kau bisa tunggu di ruanganku. Aku masih harus memeriksa beberapa pasien." ucap Regan.

"Hm."

Regan segera pergi memeriksa pasien-pasiennya. Sedangkan Aiden pergi ke ruangan Regan.

Regan adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam yang terkenal ramah dan murah senyum. Banyak perawat wanita yang menyukainya, bahkan tidak jarang pasiennya juga menyukainya karena keramahan yang ia miliki. Dia sudah menekuni profesinya sebagai dokter spesialis penyakit dalam selama 8 tahun sejak lulus kuliah. Saat ini dia sudah menginjak usia 30 tahun. Tapi di usia itu wajahnya masih tetap terlihat seperti saat SMA.

"Baiklah, nona karena keadaanmu sudah membaik besok nona sudah diperbolehkan untuk pulang." ucap Regan dengan senyum yang selalu ada di bibirnya.

"Terimakasih dokter." ucap gadis muda itu.

"Baiklah, saya permisi." pamit Regan.

Di luar ruangan Regan bersama perawat yang mendampinginya sedang berjalan menuju kamar pasien terakhir yang harus dia periksa. Sebelum masuk ke kamar pasien tersebut Regan menghela napas panjang.

"Dokter harus mengatakan itu kepada keluarganya." ucap perawat yang ada disamping Regan tersebut.

Regan hanya mengangguk. Pasien ini adalah pasien lama di rumah sakit ini. Dia menderita kanker paru-paru dan Regan harus memberitahukan kepada keluarganya bahwa hidup pasien tersebut hanya tersisa 60 hari lagi. Memang berat, tapi dia harus mengatakannya.

Setelah selesai memeriksa pasien terakhir Regan kembali ke ruangannya ditemani perawat wanita tersebut.

"Dokter Regan!" panggil perawat itu.

"Ya?"

"Setelah selesai pekerjaan hari ini, apa dokter ada waktu?" tanya perawat wanita tersebut.

Regan diam sebentar, laki-laki itu melihat handphonenya sebentar kemudian baru menjawab pertanyaan perawat tersebut.

"Hm, sepertinya ada." jawab Regan.

"Kalau begitu, dokter bisa makan malam bersamaku?" tanya perawat tersebut.

Regan mengangguk. "Baiklah, nanti datanglah ke rumah saya." ucap Regan disusul senyumya. Kemudian segera masuk ke dalam ruangannya.

Mendapatkan jawaban dari Regan, perawat muda itu langsung jingkrak-jingkrak setelah Regan masuk ke ruangannya.

"Ahay, lampu hijau Stella!!" ucapnya.

...***...

...Bersambung... ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!