Setelah makan siang. Queen tidak langsung pergi. Gadis itu pergi melihat keadaan Javas ditemani oleh Regan. Dia ingin melihat secara langsung seberapa para kondisi orang yang dia cari selama ini.
Di ruangan ICU, mereka melihat Javas yang tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh perban dan juga ditempeli alat-alat medis.
"Kapan dia akan sadar?" tanya Queen.
"Jika hari ini kondisinya stabil, kemungkinan besok dia sudah sadar." jawab Regan. "Tapi kalian tidak bisa menginterogasinya." ucapnya kemudian.
Mendengar hal itu, Queen langsung menoleh dan menatap tajam Regan. Tatapan tajam itu meminta sebuah penjelasan kepada Regan atas maksud kalimat yang barusan dia katakan.
"Dia tidak akan bisa menjawab pertanyaan kalian. Dari hasil pemeriksaan, ada obat yang terdeteksi di dalam tubuhnya dan menyebabkan pita suaranya rusak. Sayangnya kami tidak tahu obat apa itu. Karena sepertinya itu adalah obat racikan sendiri." jelas Regan panjang lebar dengan tatapan tertuju kepada Javas yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Queen menghela napas panjang mendengar penjelasan Regan. Sekarang akan sulit untuk mengetahui kebenarannya. Dari situasi kali ini dia bisa menyimpulkan bahwa kasus ini akan memerlukan waktu penyelidikan lebih lama daripada biasanya.
"Terimakasih atas bantuannya hari ini. Aku permisi." ucap Queen. Gadis itu berbalik hendak pergi.
"Detektif Queen!"
Queen menghentikan langkahnya ketika Regan memanggil namanya. Tapi dia tidak berbalik, posisinya tetap memunggungi Regan.
"Nanti malam kau ada waktu? Bisa temani aku jalan-jalan?" tanya Regan
"Hm, ada. Datang saja ke kantor polisi." jawab Queen. Kemudian gadis itu langsung melangkahkan kakinya pergi dari sana. Dia tidak menebus obat di apotek rumah sakit karena antreannya sudah sangat panjang. Dia memilih membeli obat di apotek luar yang antreannya sedikit.
Regan terdiam menatap punggung Queen yang perlahan menjauh darinya. Senyuman tipis terukir di bibir laki-laki itu. "Apa aku harus menanyakan perihal Queen-ku kepadanya?" tanyanya kepada dirinya sendiri. Sesaat kemudian Regan menertawakan dirinya sendiri. "Queen-ku? Emang bisa ya aku menyebutnya seperti itu?" gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.
Tap.
"Astaga!"
"Di rumah sakit jangan menggila dulu." celetuk seseorang yang tidak lain adalah Zerga.
Regan tertawa sambil menggaruk leher belakangnya. "Nggak apa-apa. Sesekali mereka harus lihat dokter yang jadi idola mereka menggila karena seorang gadis." sahut Regan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Ckckck. Kau yakin kalau dia Queen yang kau cari?" tanya Zerga.
"Entahlah. Tidak ada salahnya aku menanyakan itu kepada detektif Queen." jawab Regan. "Siapa tahu dia memang Queen yang aku cari." ucapnya kemudian.
Zerga menggelengkan kepalanya. Dia sudah muak dengan tingkah sahabatnya yang satu ini. Setiap menemui seorang gadis dengan nama Queen dia akan mendekati gadis itu dan menanyakan perihal Queen yang dia cari kepada gadis itu. Dan ketika gadis itu bukanlah Queen yang dia cari dia akan patah hati.
"Daripada itu. Kurasa kau harus memperhatikan salah satu perawat pendampingmu." ujar Zerga.
Regan mengangkat sebelah alisnya. "Siapa?" tanya Regan.
"Haishh. Dasar tidak peka!" semprot Zerga kesal. Lalu laki-laki itu berjalan pergi meninggalkan sahabatnya.
Regan tersenyum penuh arti menatap punggung sahabatnya yang pergi sambil menggerutu karena kesal kepada dirinya. Kemudian laki-laki itu berbalik dan berjalan kembali ke ruangannya. Karena sekarang jadwalnya dia memeriksa pasien rawat inap.
Di sisi lain.
Arthur ada di sebuah toko bunga. Laki-laki itu berjalan mengitari rak-rak yang ada di toko bunga untuk memilih jenis bunga yang akan dia pakai untuk membuat buket. Pada akhirnya pilihannya jatuh kepada bunga Lily.
"Saya ingin memadukan kedua bunga ini." ucap Dia memilih memadukan Lily putih dan Lily kuning. Kedua bunga tersebut memiliki makna filosofi yang berbeda. Lily putih melambangkan kesucian serta ketulusan. Sedangkan Lily kuning bermakna persahabatan.
Ya. Buket bunga itu dia siapkan untuk sahabatnya yaitu Queen. Hari ini adalah hari pertama kali mereka bertemu dan menjadi sahabat. Hingga persahabatan mereka awet hingga saat ini.
Setelah dari toko bunga. Arthur segera kembali ke kantor polisi untuk memberikan buket bunga itu kepada Queen.
"Detektif Queen!" panggil Arthur.
Queen yang ada di mejanya berbalik menatap Arthur sambil memegang sebuah buket bunga berwarna ungu. Gadis itu melirik sebuah buket bunga Lily di tangan Arthur.
"Kau yang menyiapkan ini?" tanya Queen sambil mengangkat buket bunga ungu yang dia pegang.
Arthur menggelengkan kepalanya. Laki-laki itu berjalan mendekat ke arah Queen lalu memberikan buket bunganya. "Untuk hari pertama kali kita bertemu." ucap Arthur.
Queen tersenyum tipis menerima bunga dari Arthur. "Makasih." ucapnya. Tapi sesaat kemudian tatapannya kembali ke buket bunga ungu di tangan kirinya. "Kalau bukan darimu, lalu dari siapa ini?" tanya Queen.
Arthur mengambil buket bunga ungu di tangan Queen. Di amatinya bunga itu. Bunga itu berwarna ungu kebiruan yang mencolok. Ketika dia menyadari bunga apa itu, dia refleks melemparkan buket bunga tersebut.
"Ada apa?!" tanya Queen dengan raut wajah panik.
"Kau tidak menyentuh bunga itu kan?" tanya Arthur sambil memeriksa tangan Queen.
"Tidak, aku hanya memegang kertas pembungkusnya. Memangnya ada apa dengan bunga itu?" tanya Queen balik.
Arthur menghela napasnya. "Itu bunga Aconitum. Bunga yang memiliki makna kebencian. Dan lagi bunga itu sangat beracun." ujar Arthur.
Queen terkejut mendengar penuturan Arthur. Dia tidak menyangka bunga yang memiliki tampilan indah seperti itu ternyata adalah bunga yang mematikan.
"Ada apa ini?" tanya Aiden yang baru saja datang.
Sebelum Queen dan Arthur menjawabnya, ketika matanya melihat sebuah buket bunga tergeletak di lantai keningnya langsung mengerut. "Siapa yang mengirimkan bunga itu kemari?" tanya Aiden dengan nada dingin.
"Tidak tahu, tidak ada nama pengirimnya. Dan itu tiba ada di meja saya." jawab Queen sambil menundukkan kepalanya.
"Buang bunga itu ditempat yang tidak bisa di jangkau orang." perintah Aiden. Kemudian laki-laki itu pergi masuk ke ruangannya.
Arthur mengambil buket bunga yang tergeletak di lantai. "Cuci tanganmu sampai bersih. Aku akan membuang ini." ucap Arthur yang langsung di angguki oleh Queen.
Sesaat sebelum Arthur keluar dari kantor polisi.
"Terimakasih buketnya. Kapan-kapan aku traktir." cetus Queen.
Arthur tersenyum tipis. Lalu segera keluar dari kantor polisi.
Sedangkan Queen. Gadis itu kembali duduk di tempat duduknya. Dia memikirkan siapa yang mengirimkan buket bunga beracun itu kepadanya. "Apa mungkin itu orang yang sama dengan yang mengacaukan makam mama?" gumamnya bertanya-tanya.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Itin
kayaknya orang ini cukup dekat dengan Queen dan Arthur
2023-06-22
0