Malam ini mereka benar-benar datang ke rumah Regan. Makan malam yang diharapkan seorang gadis akan menjadi makan malam romantis, ternyata malah menjadi sebuah pesta kecil dimana dokter pujaan hatinya itu mengundang banyak orang untuk datang.
"Kacau..." desis Stella.
Stella terus memperhatikan Regan yang sedang berbicara dengan perawat pria yang lainnya. Ada juga beberapa perawat wanita yang menggoda dokter tampan tersebut. Dan hal yang membuat Stella kesal, Regan terus tersenyum ramah ketika berbicara dengan mereka.
"Ahh, sialan. Padahal aku yang mengajak makan malam. Kenapa jadi makan malam berjamaah begini sih?" gerutu Stella.
Disisi lain. Aiden yang baru datang terlihat sangat tertekan dengan pesta kecil-kecilan yang diadakan oleh Regan. Matanya segera mencari keberadaan Regan di ruangan yang penuh tamu itu. Setelah menemukan Regan, dia segera menghampirinya dan menariknya menjauh dari keramaian.
"Kau! Sudah kubilang jangan buat pesta apapun!" tegur Aiden.
Regan tertawa kecil. "Kau selalu membuat pesta kecil setiap ulang tahunku. Sekarang gantian dong." jawab Regan disusul cengiran khas miliknya.
"Dia takut image cool boy dalam dirinya hilang karena merayakan ulang tahun." sahut seseorang yang baru saja datang.
"Diam kau!" jawab Aiden kesal.
Regan dan Zerga tertawa melihat ekspresi kesal sahabatnya itu. Yap. Regan, Aiden, dan juga Zerga sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SMA. Persahabatan mereka awet hingga saat ini mereka sudah sukses. Regan sukses dengan menjadi dokter spesialis penyakit dalam. Aiden sukses menjadi detektif. Sedangkan Zerga sukses dengan menjadi dokter spesialis THT yang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Regan.
"Kau kemari sendirian?" tanya Regan.
"Tidak. Bersama bayanganku." jawab Aiden.
"Haishh. Aku tahu kau sedang bercanda. Tapi apa harus wajahmu sedingin itu?" tanya Zerga.
"Harus." jawab Aiden. Kemudian dia segera pergi ke depan meninggalkan kedua sahabatnya.
"Benar-benar. Tidak berubah bahkan setelah bertahun-tahun. Selalu saja datar dan dingin." ucap Zerga mengomentari Aiden yang selalu berwajah dingin dan tanpa ekspresi.
"Setelan pabrik katanya." sahut Regan disusul tawanya.
Zerga ikut tertawa sebentar. "Sudahlah, ayo kedepan." ajak Zerga.
Di sisi lain. Queen datang bersama dengan Arthur. Arthur memakai pakaian formal, jas lengkap dengan dasinya. Sedangkan Queen memilih memakai pakaian yang membuatnya nyaman. Style gadis itu tidak aneh-aneh. Dia hampir selalu mengenakan celana jeans kaos dan jaket dengan rambut di ikat satu. Karena selain style itu simpel, style itu membuatnya leluasa dalam bergerak ketika melakukan penyelidikan.
"Kau tidak bilang boleh menggunakan pakaian kasual!" omel Arthur.
"Ya, terus?" tanya Queen dengan wajah datarnya.
"Terserah kau saja. Dasar menyebalkan." gumam Arthur.
Queen melihat seluruh isi ruangan. Dia berniat mencari seniornya untuk bergabung dengan sesama orang yang bekerja di bidang hukum. Disini dia tidak mengenal siapa-siapa karena hampir semua tamu yang datang adalah perawat. Sisanya adalah tetangga yang dekat Regan.
"Oh? Detektif Aiden!" panggil Queen.
Queen dan Arthur membungkukkan badannya sebentar untuk memberi hormat kepada seniornya tersebut.
"Kalian juga datang?" tanya Aiden.
"Iya, dokter Regan yang mengundang kami." jawab Queen.
Aiden manggut-manggut mengerti. "Nikmatilah pesta kecilnya." setelah mengatakan itu Aiden pergi ke salah satu sudut rumah Regan yang tidak terlalu ramai.
"Baiklah, karena sudah sampai disini biarkan aku makan sepuasnya." ucap Arthur Kemudian laki-laki itu segera menghampiri meja yang penuh dengan makanan.
Sedangkan Queen, gadis itu masih berdiri di tempat yang sama. Dia melihat ke seluruh ruangan. Tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang.
"Kau sedang apa?" tanya seseorang yang tidak lain adalah Regan.
"Ah tidak. Aku hanya sedikit kagum. Pesta ini sangat menyenangkan. Aura positif terpancar dari orang-orang yang ada disini." ujar Queen sambil tersenyum tipis.
Sungguh jika Arthur melihat ini dia akan sangat heboh. Pasalnya lumayan sulit untuk melihat senyuman seorang Queen. Gadis itu memasang ekspresi wajah jutek setiap saat. Gara-gara itu tidak jarang orang menilainya sombong.
"Sungguh? Terimakasih banyak. Semoga nona menikmati acaranya." ucap Regan sambil tersenyum ramah.
"Kalau boleh tahu, ini pesta dalam rangka apa?" tanya Queen penasaran. Karena menurutnya agak aneh seorang dokter mengadakan pesta kecil-kecilan dan mengundang beberapa perawat dan dokter, tapi juga mengundang detektif seperti mereka. Dan hanya mereka bertiga anggota kepolisian yang ada di pesta kecil-kecilan itu.
"Ini hari ulang tahunnya Aiden. Jadi kami mengadakan pesta kecil ini untuk merayakannya." jawab Regan.
Queen manggut-manggut mengerti. Kemudian gadis itu duduk di salah satu kursi menikmati makanan minuman yang disajikan disana ditemani oleh Regan.
Sedangkan Zerga, dokter itu mengamati interaksi sahabatnya dengan detektif wanita tersebut. Sebagai mantan playboy, menurutnya ada ketertarikan satu sama lain antara Detektif Queen dan juga Regan.
"Apa karena namanya sama-sama Queen?" gumam Zerga bertanya-tanya.
Kita ke Queen dan Regan. Gadis itu baru selesai makan dan hendak meminum sebuah minuman. Tapi tiba-tiba handphone detektif cantik itu berdering. Queen segera mengangkatnya, seketika raut wajah gadis itu berubah menjadi serius.
Tanpa memutuskan panggilan telepon detektif cantik itu mengambil tasnya dan buru-buru pergi dari sana. Bahkan Queen sama sekali tidak menghiraukan panggilan Regan.
"Dia kenapa?" gumam Regan.
Kita ke Queen. Gadis itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju makam ibunya. Dia baru saja mendapatkan kabar, bahwa di pohon yang merupakan makam ibunya diletakkan sebuah kepala domba dan di juga darah hewan yang disiramkan melingkari pohon makam ibunya.
"Fuckk...." umpat Queen lirih ketika melihat darah tergenang di sekitar makam ibunya.
Gadis itu menerobos orang-orang yang berkerumun di sekitar makam ibunya. Di ambilnya selang yang biasa digunakan untuk menyiram pohon-pohon disana, dan segera dia semprotkan air dari selang tersebut untuk membersihkan darah di sekitar makam ibunya. Sekalipun tidak benar-benar bersih, setidaknya darah hewan itu menjauh dari makam ibunya setelah dia siram.
"Apa yang kalian lihat?! Bubar!" teriak Queen.
Satu persatu orang yang berkerumun, meninggalkan makam ibunya Queen dan kembali ke makam keluarganya masing-masing. Sedangkan Queen berjalan pelan mendekati pohon yang merupakan makam ibunya.
"Mama..." panggil Queen dengan suara bergetar.
Gadis itu terduduk di bawah pohon. Meringkuk memeluk lututnya sendiri. Air matanya mengalir secara perlahan, dan mulai terdengar isakan tangis dari gadis itu. Tapi sesaat kemudian, Queen segera mengusap air matanya.
Gadis itu berdiri dan melihat sekelilingnya. Mencari kepala domba yang dia lempar tadi ketika membersihkan makam ibunya. Setelah menemukan yang ia cari, tanpa jijik Queen mengambil kepala domba tersebut dan mengamatinya.
"Tunggu... ini..?!"
Terdapat sebuah surat yang diselipkan di kepala domba tersebut. Diambilnya surat berlumuran darah itu.
"Kau harus berterimakasih padaku." isi surat tersebut.
"Apa-apaan ini?!" geram Queen seraya mengepalkan tangannya.
Gadis itu melihat sekelilingnya dia mengeluarkan handphonenya dan memotret keadaan lingkungan sekitar. Termasuk surat yang baru saja dia temukan terselip di kepala domba tersebut.
"Apa mungkin dia pembunuh mama?" gumam Queen.
Tiba-tiba handphonenya berdering. Melihat siapa yang menelepon, gadis itu segera mengangkatnya.
"Kau dimana?! Kenapa tiba-tiba menghilang?!!" tanya seseorang dibalik telepon.
"Aku di makam mama. Ada masalah sedikit." jawab Queen.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Itin
orang aneh....
abis neror minta ucapan terima kasih??
2023-06-22
0