Setelah mengisi data-data yang diperlukan. Queen menjalani serangkaian pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit yang diderita Queen secara pasti.Berbagai macam pemeriksaan yang dilakukan Queen cukup memakan waktu.
Pemeriksaan-pemeriksaan itu dimulai dari pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan pada dinding dada. Kemudian dia melakukan pemeriksaan lanjutan seperti Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktivitas jantung dan menilai adanya tidak kelainan pada irama jantung. Ekokardiogram (USG Jantung), berfungsi untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung, termasuk menilai kondisi katup pada jantung. Treadmill Stress Test, membantu untuk memantau irama jantung pada saat tubuh mengalami stress akbiat aktivitas fisik yang berat. Kemudian MRI atau CT Scan, berfungsi untuk melihat kondisi pada jantung termasuk adanya tidak pembesaran ukuran jantung (Kardiomegali).
Setelah itu dilanjutkan dengan tes darah untuk pemeriksaan fungsi pada liver, ginjal, kelenjar tiroid serta untuk mengukur kadar zat besi dalam darah.
Serangkaian pemeriksaan yang dilakukan Queen memakan waktu yang cukup lama. Dia datang ke rumah sakit sekitar pukul 10 pagi. Dan pemeriksaannya baru selesai sekarang sekitar pukul setengah 4 sore.
"Ini adalah hasil pemeriksaan anda." ucap Regan sambil menyerahkan hasil pemeriksaan.
Queen membaca hasil pemeriksaan yang diberikan oleh Regan. Mata gadis itu memanas, tapi dia menahannya agar tidak mengeluarkan air mata.
"Anda menderita Arrhythmogenic Right Ventricular Cardiomyopathy (ARVC) kardiomiopati ini terjadi akibat adanya jaringan parut di otot bilik kanan jantung." Regan menjelaskan secara rinci tentang penyakit yang diderita oleh Queen.
"Apa itu bisa diobati?" tanya Queen.
Regan tersenyum lalu mengangguk. "Bisa, asal anda menjaga pola makan sehat. Rutin melakukan pemeriksaan, dan minum obat secara teratur." jawab Regan.
"Penyakit ini... apa akan menangganguku menangani kasus-kasusku?" tanya Queen.
Regan diam sebentar. "Sebaiknya nona banyak istirahat." ucap Regan.
Queen tersenyum kecut. "Tidak bisa. Aku harus terus bekerja." ujar Queen. Bukan karena untuk memenuhi kebutuhannya, tapi dia harus tetap menjadi detektif untuk memecahkan misteri kematian ibunya yang menurutnya tidak masuk akal.
Regan tersenyum tipis, laki-laki itu menuliskan resep obat untuk Queen. "Ini resep obatmu. Kau bisa terus bekerja. Tapi tetap jangan terlalu lelah. Jika sudah merasakan gejala segera istirahat!" perintah Regan.
"Baik terima kasih dokter." jawab Queen kemudian gadis itu segera pamit keluar dari ruangan Regan.
Regan tersenyum menatap pintu ruangan yang sudah tertutup. Laki-laki itu kemudian mengambil telepon rumah sakit dan menelepon kepala perawat di rumah sakit itu.
"Kepala Perawat Deline. Tolong umumkan kepada beberapa perawat yang nanti malam tidak bertugas agar datang ke rumah saya untuk makan malam bersama. Anda juga datanglah jika tidak ada jadwal." pinta Regan dengan senyum yang tetap terukir di bibirnya.
Setelah mengatakan itu Regan menutup teleponnya kemudian beralih memegang handphonenya. Dokter itu menghubungi teman sesama dokternya agar datang juga ke rumahnya untuk makan malam bersama.
"Ramai lebih seru bukan?" gumam Regan dengan senyum tengilnya.
Di sisi lain. Stella yang baru saja mendapatkan pengumuman dari kepala perawat seketika langsung murung karena di bayangannya dia dan Regan akan dinner romantis. Nyatanya malah makan malam bersama, bersama teman-temannya yang lain.
"Menyebalkan. Kukira lampu hijau. Ternyata lampu kuning." gumam Stella.
"Kau kenapa?" tanya salah satu temannya.
"Nggak usah tanya!" semprot Stella kesal.
Di apotek. Queen mengamati resep yang diberikan oleh Regan. Gadis itu baru menyadari bahwa ada tulisan lain selain resep obat. 'Datanglah ke rumahku untuk makan malam. Ajaklah Aiden dan temanmu yang lain. Bilang pada Aiden ini hari spesial.' isi surat tersebut.
"Dokter ini sudah tidak waras ya? Mengundang pasien datang ke rumahnya untuk makan malam?" gumam Queen.
Disisi lain Aiden dan Arthur baru saja kembali ke kantor polisi setelah selesai melakukan penyelidikan di perusahaan minuman tersebut. Dan benar yang dikatakan oleh Regan, di kantor tersebut mereka menemukan bukti penting yaitu rekaman CCTV yang dengan jelas memperlihatkan manager itu menemui siapa dan untuk apa lalu pergi kemana.
"Bukankah pemilik perusahaan itu ada di negara B sejak tiga bulan yang lalu? Bagaimana dia bisa menemui Javas dua minggu yang lalu?" tanya Arthur.
"Masukkan owner perusahaan itu ke dalam tersangka!" perintah Aiden.
"Oh, sudah senior! Detektif Queen sudah menyuruhku memasukkannya ke dalam tersangka tadi pagi." jawab Arthur antusias.
Aiden manggut-manggut. Laki-laki itu terdiam. Dia mengingat Queen yang datang ke rumah sakit. Kalau datang ke spesialis penyakit dalam sudah pasti penyakitnya serius. Secuek- cueknya Aiden, dia tetap peduli dengan para juniornya.
"Ngomong-ngomong, sejak tadi aku tidak melihat detektif Queen." celetuk Arthur.
Aiden diam saja. Kalau Arthur yang merupakan teman dekat Queen saja tidak tahu, berarti gadis itu memang ingin merahasiakan penyakitnya. Aiden tidak akan ikut campur masalah itu.
"Kalian membicarakan ku?" tanya Queen yang baru saja datang.
"Darimana saja kau?" tanya Arthur balik.
"Cerewet!" sahut Queen. Gadis itu mengabaikan Arthur dan pergi mendekati Aiden yang ada di depan komputer.
"Anda menemukan bukti baru?" tanya Queen ikut melihat ke rekaman CCTV yang sedang diputar.
"Hm." jawab Aiden singkat.
Queen memperhatikan dengan teliti rekaman CCTV tersebut. Tanpa bertanya Queen sudah paham bahwa itu adalah rekaman CCTV dari perusahaan minuman yang terkait. Gadis itu menyuruh Aiden untuk menjeda rekaman CCTV tersebut.
"Ada apa?" tanya Aiden.
"Ruangan ini. Apa isi ruangan ini?" tanya Queen menunjuk salah satu pintu ruangan yang di tempeli tanda dilarang masuk.
Mendengar pertanyaan Queen, Arthur mendekat dan ikut melihat apa yang ditanyakan Queen. "Kami tidak masuk kesana tadi, memangnya kenapa dengan ruangan itu?" tanya Arthur balik.
"Coba perbesar!" perintah Queen.
Aiden menurut dan memperbesar rekaman CCTV itu sesuai permintaan Queen.
"Bukankah itu terlihat seperti darah?" tanya Queen lagi.
"Mungkin saja itu hanya cat." jawab Arthur.
"Diamlah kau! Coba putar rekaman ini beberapa menit sebelum manager Javas lewat!" perintah Queen lagi.
Aiden hanya menuruti apa yang dikatakan oleh Queen. Karena dia yakin detektif juniornya itu pasti menemukan kejanggalan yang tidak dia sadari.
"Rekaman CCTV ini terpotong." ucap Queen tiba-tiba.
"Hah? Kau yakin?" Arthur langsung memperhatikan rekaman CCTV yang dia dapat tadi. "Sepertinya tidak?" tanyanya.
"Senior, bisakah saya mengambil alih komputernya?" tanya Queen.
Aiden mengangguk, kemudian laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan membiarkan Queen duduk disana. Gadis itu memutar ulang rekaman CCTV beberapa menit sebelum manager Javas lewat.
"Perhatikan baik-baik tanaman yang ada di dekat pintu itu!" perintah Queen seraya menunjuk sebuah tanaman.
Aiden dan Arthur memperhatikan tanaman yang dimaksud dengan seksama.
"Tanaman itu bergerak pelan terkena angin. Tapi pada menit ke 25 detik ke 34 gerakannya putus-putus. Artinya rekaman CCTV ini terpotong." ucap Queen menjelaskan apa yang tidak disadari oleh rekannya.
Arthur langsung bertepuk tangan setelah mendapat penjelasan dari Queen. "Hebat, aku bahkan tidak menyadari hal sekecil itu." puji Arthur kepada Queen.
Aiden tersenyum tipis, benar-benar tipis menatap Queen. Terbesit rasa bangga di hatinya karena juniornya lebih baik dalam meneliti hal kecil daripada dirinya.
"Besok kita kembali kesana. Sekarang kalian bisa pulang." ucap Aiden, kemudian berbalik hendak pergi dari sana.
"Senior!" panggil Queen.
Aiden menghentikan langkahnya. Tetapi laki-laki itu tidak berbalik.
"Anda di undang dokter Regan untuk makan malam dirumahnya. Katanya ini hari spesial." ucap Queen menyampaikan pesan yang dia dapatkan.
Aiden menghela napasnya. "Dasar keras kepala!" gumam Aiden mendengar apa yang dikatakan Queen. Setelah itu dia pergi dari kantor polisi tanpa menjawab Queen.
"Bagaimana kau bertemu dokter terkenal itu?" tanya Arthur.
"Nggak usah banyak tanya!" semprot Queen.
"Tapi, apa hanya Detektif Aiden yang di undang? Kita tidak?" tanya Arthur lagi.
"Kau siapanya?" tanya Queen balik.
"Ya tidak sih. Hanya saja--"
Sebelum Arthur selesai mengucapkan kalimatnya, Queen segera memotong kalimat yang akan di ucapkan laki-laki tersebut. "Daripada itu, lebih baik kau periksakan matamu ke dokter! Kemampuan mengamatimu sangat rendah, atau jika kau ingin pensiun jadi detektif ya terserah." ucap Queen dengan wajah juteknya.
"Yak! Kalau detektif Aiden mendengar ini kau akan di hukum! Secara kan dia tadi juga tidak menyadari hal sekecil itu." sahut Arthur.
"Kalau dia mendengarnya berarti kau yang mengadu padanya." jawab Queen disusul senyum mengejeknya.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
✒ Viee ✒
Queen keren, jadi khawatir sama penyakitnya
2023-05-15
2
Adiknya OH sehun 😉
Keknya othor anak IPA deh 🙂
2023-05-03
1