Queen

Di dalam ruangan Regan, Aiden terlihat membaca berkas-berkas kasus yang sedang ia tangani. Beberapa foto dia letakkan di meja dan ia amati.

Regan yang melihat hal itu duduk di samping Aiden dan mengambil salah satu foto yang menunjukkan ruangan gelap dengan lantai tergenang air berwarna merah gelap.

"Ini kasus baru yang kau tangani?" tanya Regan.

"Hm."

Regan duduk di samping Aiden kemudian ikut mengamati foto-foto yang lainnya. Tatapan laki-laki itu terfokus ke sebuah foto tanda pengenal dengan bercak darah. Diambilnya foto tersebut.

"Itu foto barang bukti." ucap Aiden sebelum Regan bertanya.

"Dia korban atau tersangka?" tanya Regan.

"Sementara dia kami tetapkan sebagai tersangka." jawab Aiden.

Regan mengerutkan keningnya. Laki-laki itu kembali mengamati foto tanda pengenal tersebut. Dia merasa pernah bertemu dengan pria pemilik tanda pengenal tersebut.

Regan beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sebuah berkas kemudian kembali duduk di sebelah Aiden. Dibacanya berkas di tangannya tersebut dengan cepat dan teliti mencari data yang dia inginkan. Dan akhirnya dia menemukannya.

"Dia salah satu pasienku." ujar Regan.

Mendengar hal itu Aiden langsung menoleh dengan wajah terkejut. Detektif itu ikut memperhatikan berkas yang ada di tangan Regan. Dibacanya dengan teliti dan memang benar itu adalah pria yang sama. Pria bernama Javas Schaefer yang merupakan manager perusahaan minuman xx tersebut terdata sebagai pasien di rumah sakit Edelstein tempat dimana Regan bekerja. Dia terakhir kali memeriksakan penyakitnya dua Minggu yang lalu.

"Dia menderita penyakit jantung koroner?" tanya Aiden.

"Hm. Selain itu dalam catatan medisnya dia memiliki hemophobia. Kau yakin dia tersangkanya? Dengan darah sebanyak itu di TKP?" tanya Regan balik.

Aiden manggut-manggut mengerti. Laki-laki tersebut kembali mengamati berkas yang ada di tangan Regan. Dibacanya tanggal pemeriksaan Javas.

"Dua Minggu yang lalu? Itu waktu dimana dia menghilang." ucap Aiden antusias.

Regan menutup berkas berisi catatan medis pasien-pasiennya. Kemudian dia diam mengingat-ingat sosok pria bernama Javas Schaefer.

"Pria itu memiliki sifat yang lembut. Aku tidak yakin dia yang melakukannya." ujar Regan. "Sebelum dia pergi kami sempat berbicara sebentar. Dia terlihat terburu-buru dan bilang padaku akan pergi ke gedung perusahaan karena ada meeting." katanya lagi.

Aiden menyimak apa yang dikatakan Regan baik-baik. Laki-laki itu terkadang kagum dengan dokter yang merupakan sahabatnya sejak masa SMA tersebut. Profesi Regan adalah seorang dokter spesialis penyakit dalam, tapi Regan sering membantunya menyelesaikan kasus-kasusnya.

"Sepertinya kau perlu datang ke perusahaan minuman itu. Aku yakin kau akan menemukan petunjuk lain disana." jelas Regan.

"Kau tidak ingin beralih profesi menjadi detektif?" tanya Aiden bercanda tapi tetap dengan wajah datarnya.

"Aku tahu kau bercanda, tapi bisakah kau merubah wajah datarmu itu saat bercanda?" tanya Regan balik.

"Tidak. Sudah setelan pabrik." jawab Aiden masih sama datarnya.

"Tcih.. Terserah." desis Regan disusul tawanya.

Aiden segera membereskan foto-foto dan beberapa berkas yang ia letakkan di meja, karena berniat segera pergi ke perusahaan minuman itu agar segera mendapatkan petunjuk. Sedangkan Regan kembali ke mejanya untuk merapikan berkas yang dia keluarkan tadi. Tapi sesaat sebelum pergi Aiden bertanya kepada Regan.

"Kau akan kencan malam ini?" tanya Aiden.

Regan menaikkan satu alisnya. "Kencan apa?" tanya Regan balik.

"Salah satu perawatmu mengajakmu makan malam bukan?"

"Ah itu. Itu hanya makan malam biasa. Aku juga akan mengajak perawat dan dokter lain. Kau juga bisa datang kalau mau." jawab Regan sambil merapikan meja kerjanya.

Aiden menggelengkan kepalanya. Dari SMA sampai sekarang sudah sukses menjadi dokter selalu tidak peka ketika seseorang gadis menaruh hati padanya. Dulu ada seorang gadis yang menyukainya diam-diam, tapi Regan tidak peka. Saat kuliah mereka menjadi idola kampus yang disukai banyak gadis. Tapi tetap saja Regan tidak peka jika mereka tidak mengatakan secara langsung dengan jelas 'Aku menyukaimu!'.

"Dasar tidak peka." sindir Aiden.

Regan tertawa kecil mendengar ucapan Aiden. "Aku bukannya tidak peka, mungkin aku sengaja tidak peka. Karena aku sudah menyukai seseorang." ujar Regan dengan tatapan menerawang jauh.

"Kau masih belum melupakannya?" tanya Aiden.

"Bagaimana bisa aku melupakan gadis kecil yang selalu menemaniku disaat aku terpuruk?" tanya Regan balik.

"Siapa nama gadis itu? Kau tidak pernah memberitahuku siapa namanya." tanya Aiden.

"Queen." jawab Regan sambil tersenyum tipis.

Aiden terdiam. Pikirannya sudah tertuju kepada detektif yang merupakan juniornya. Tapi dia menepis pikirannya itu, orang yang bernama Queen tidak hanya satu. Sebenarnya tidak ingin membuat Regan kecewa jika ternyata Queen yang dia kenal bukanlah orang yang Regan cari. Tapi dia merasa perlu memberitahu Regan.

"Salah satu detektif junior di kantor polisi Gerecht ada yang bernama Queen. Kau mau menemuinya?" tanya Aiden.

Regan mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum. "Aku sudah menemui banyak pasien dengan nama Queen. Mungkin aku akan menemuinya untuk memastikan itu." jawab Regan.

"Kau mencarinya selama bertahun-tahun, apa kau tahu dia pergi ke negara apa? Dan nama lengkapnya siapa?" tanya Aiden lagi.

"Tidak." jawab Regan dengan santainya.

"Bodoh!" celetuk Aiden kesal dengan jawaban yang diberikan Regan.

Melihat hal itu Regan tertawa lepas. Karena jarang sekali melihat ekspresi kesal di wajah sahabatnya yang selalu datar itu.

Ditengah-tengah candaan mereka tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar ruangan Regan. Masuklah seorang gadis dengan kaos putih polos, jaket kulit berwarna hitam, dan celana jeans berwarna hitam juga.

"Detektif Aiden? Detektif kenapa bisa disini? Anda sakit?" tanya gadis itu.

"Tidak. Saya duluan." jawab Aiden kemudian segera pergi dari sana.

Setelah Aiden pergi keheningan menyelimuti mereka berdua. Regan menatap aneh gadis di depannya itu. Sedangkan gadis itu menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal memikirkan seniornya yang baru saja keluar.

"Maaf? Nona ada perlu apa?" tanya Regan.

"Oh? Saya mau memeriksakan kesehatan saya." jawab gadis itu kemudian segera duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Regan.

Regan melihat catatan medis yang ada di mejanya. Itu adalah milik gadis di depannya ini. Laki-laki itu seketika membelalakkan matanya saat melihat nama Queen yang tertera disana.

"Anda seorang detektif?" tanya Regan.

Queen mengangguk. "Saya datang ke rumah sakit ini setelah merasakan sesak napas disusul rasa sakit di dada sebelah kiri saya. Tubuh saya juga menjadi mudah lelah. Napas saya juga pendek setelah melakukan pekerjaan yang berat. Terkadang kepala saya juga pusing. Tadinya saya dari dokter umum, tapi dia mengarahkan saya kemari. Apa berarti penyakit saya parah?" tanya Queen dengan polosnya.

Regan tersenyum kikuk. "Bahkan aku belum memeriksa mu, bagaimana aku tahu keadaanmu parah atau tidak?" batin Regan.

Regan segera membaca keseluruhan catatan medis detektif didepannya ini. Setelah hening beberapa saat, suara Queen memecahkan keheningan tersebut.

"Jadi? Bagaimana? Penyakit saya tidak parah kan?" tanya Queen lagi.

"Apa sejak kecil anda merasakan gejala seperti ini?" tanya Regan.

"Tidak. Saya merasakannya baru-baru ini. Mungkin sebulan yang lalu." jawab Queen.

"Atau mungkin keluarga anda pernah merasakan keluhan yang sama?" tanya Regan.

Queen terdiam. "Ibu. Ibu pernah merasakan hal yang serupa sebelum meninggal di rumah sakit ini 5 tahun yang lalu." jawab Queen dengan nada suara yang berbeda dari tadi.

Regan yang memahami situasi segera mengganti topik pembicaraan dengan mengatakan diagnosisnya."Berdasarkan gejala yang nona sebutkan, kemungkinan nona mengidap Kardiomiopati. Atau biasa disebut lemah jantung. Tapi saya tidak bisa menyimpulkannya secara pasti sebelum melakukan pemeriksaan secara keseluruhan." ujar Regan.

Queen terdiam. Gadis itu tidak menyangka memiliki penyakit seperti itu. Ya, walaupun itu adalah diagnosis sementara tetap saja dia merasa terkejut. Selama ini tubuhnya terasa baik-baik saja, dan tiba-tiba di diagnosis mengidap Kardiomiopati?

"Isilah data-data ini untuk persyaratan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan!" perintah Regan sambil menyerahkan beberapa lembar kertas.

"Baik."

Tanpa banyak berkata Queen segera pergi dari ruangan Regan untuk mengisi data-data yang diperlukan sebagai persyaratan untuk melakukan pemeriksaan.

Sedangkan Regan terdiam setelah Queen pergi dari ruangannya. Laki-laki itu mengingat-ingat bagaimana wajah Queen yang dia kenal ketika masih SMA dulu.

"Struktur wajahnya berbeda, dia bukan Queen. Tapi kenapa dia seperti Queen yang aku kenal?" gumam Regan.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

next part 😗

2023-04-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!