Yun Zhao tidak dapat tidur dengan tenang. Dia berguling kesana kemari dan tetap tidak bisa terlelap. Memikirkan perkataan iblis kecil bahwa misi keduanya akan datang. Dia menjadi sangat penasaran hingga hal itu mengganggunya.
Mendadak, sebuah layar muncul.
[Misi Ke 2 Anda. Mintalah Sha Hualing untuk membawa anda ke kerajaan dan tinggal di sana. Bila berhasil mendapatkan point 150!]
"Ah? Mereka memberikan misi!" Membaca isi perintah. Yun Zhao mengejek, "Apa ini melempar aku ke kandang harimau? Jelas sekali bahwa mereka menginginkan aku mati."
Mengusap wajah gusar, Yun Zhao melirik pada langit-langit kamarnya.
Saat masuk ke istana sama aja masuk ke dalam kandang harimau. Banyak sekali orang-orang licik di dalam istana. Terutama dia.
Antagonis yang membuat Xiao Ying mati.
.
.
.
Pagi menjelang dan Yun Zhao sudah menjadi mayat hidup. Kantung mata menebal dan tampilannya tidak terurus.
Tian Li yang melihatnya merasa kasihan. "Astaga Tuan Muda, apakah kamu terganggu karena Ratu Sha kemarin?"
Yun Zhao mengangguk, membiarkan Tian Li memakaikan bajunya yang baru.
Yun Zhao, "Ya, dia mengganggu ku sepanjang waktu."
Tian Li, "Bukankah anda tidak suka dengan Ratu Sha? Lalu kenapa malah setuju masalah pernikahan dan ingin menjalin hubungan terlebih dahulu? Lalu, bagaimana dengan nona itu?"
Yun Zhao yang mendengar kata 'nona itu' menjadi sedikit bersemangat. "Nona itu?! Siapa namanya? Aku lupa."
Tian Li tertawa, dia menyisir rambut biru tuannya dengan pelan. "Nona Bun Sha, Tuan Muda. Kalian bertemu saat malam festival lentera."
Saat itu.
Festival lentera.
Yun Zhao berlari seperti kuda dengan kecepatan penuh. Mencoba untuk menyelamatkan diri dari segerombolan perampok. Tidak tau kenapa, akhir-akhir ini para perampok begitu senang untuk memalaknya. Padahal dia tidak menyinggung mereka. ← Dia tidak merasa menyinggung orang, padahal dia menyinggung hampir sembilan dari sepuluh orang dalam sehari.
Alasan mengapa para perampok itu ingin menangkapnya adalah. Sekitar seminggu yang lalu, saat mereka ingin merampok seorang pria tua. Yun Zhao datang dan segera menendang mereka, memberikan pukulan habis-habisan tanpa henti hingga mereka tepar di jalan. Dia mengambil uang milik si pria tua di tangan orang-orang jahat dan segera menggendong orang tua itu di punggungnya untuk lari.
Karena dia tidak bisa melawan. Maka menyelamatkan diri sendiri dan orang lain adalah cara terakhir. Alias kabur.
Pria tua, "Nak! Punggungmu akan patah, turunkan aku."
Yun Zhao menggeleng, "Tidak! Tidak akan patah. Kalau tidak lari bukan punggung yang patah, tapi seluruh tulang." Ucapnya.
Nah, sekarang, saat di festival lentera. Entah karena memang jodoh, dia bertemu lagi dengan para perampok itu. Mereka yang mengenalnya langsung memberikan ancaman.
Yun Zhao yang tidak ingin di pukul mengelabui mereka, "Lihat! Itu ada patroli keliling!"
Dan, berhasil! Para perampok itu menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Yun Zhao.
Tanpa membuang waktu, Yun Zhao langsung tancap gas dan lari. Mana mau dia lama-lama. Nanti dia bakalan bonyok.
Sekelompok perampok yang berhasil dia kelabui marah dan segera mengejar.
Jadi itulah alasan kenapa mereka saling kejar mengejar hingga ujung.
Yun Zhao menghela nafas, dia sangat kelelahan.
Terjebak di sebuah gang kecil. Yun Zhao sudah terpojok. Dia menatap takut-takut pada para perampok itu.
Yun Zhao, "Hehe, kita damai, ya? Mau uang kan, aku bisa memberi uang lebih banyak dari hasil rampokan mu Minggu lalu. Tapi dengan syarat lepaskan aku."
Para perampok itu tampak malas. Mereka mengepung di setiap sudut, memastikan bahwa Yun Zhao tidak bisa kabur.
"Kau pikir aku bakalan percaya. Memangnya siapa yang tidak tau akal-akalan mu itu."
Yun Zhao cengir kuda, dia menggelengkan kepalanya.
"Tidak tidak, siapa bilang aku akan menipu lagi. Kali ini aku serius, tau."
Tapi sepertinya, kelompok perampok itu sudah cukup muak untuk dapat percaya. Jadi, mereka maju dan akan menyerang.
Yun Zhao menghela nafas, mau kabur tidak bisa. Jadi dia akan pasrah dan menutup matanya.
Hanya saja, belum sempat mereka menyentuh. Sebuah bogeman kuat terdengar. Membuat Yun Zhao membuka mata dan melihat, bahwa, di depannya telah berdiri seorang perempuan berambut putih.
Dengan sebuah lentera yang padam akibat tertiup angin saat dia mengayunkan benda itu sebagai senjata, wanita itu terlihat keren dengan penampilannya.
"Pria bodoh suka menyinggung orang. Ketika di serang begitu pasrah. Apakah tidak sayang nyawa?"
Yun Zhao terdiam dan wanita itu kembali bertarung saat para perampok menyerangnya.
Tian Li, "Jadi seperti itu. Nona Bun Sha menyelamatkan anda sekali dan kalian mulai berkencan beberapa kali setelahnya. Hanya saja, dia tidak muncul akhir-akhir ini."
Ah... Yun Zhao mendapatkan sedikit ingatan tentang Bun Sha.
Yun Zhao, "Apakah kamu tau dimana tempat kami biasanya bertemu?"
Tian Li menggeleng. Dia merapikan rambut Yun Zhao dan menjawab, "Tidak. Kalian berjumpa secara kebetulan, biasanya. Ketika anda sedang keluar atau berkeliaran. Dia akan muncul. Tidak bisa menemukannya di tempat yang pasti. Tapi seingat-ku biasanya dia bermain di bawah pohon buah persik."
Yun Zhao mengangguk. Baiklah, dia rasa ini cukup.
Yun Zhao, "Sudahlah, Tian Li. Ayo keluar. Bukankah Sha Hualing akan datang?"
Tian Li mengangguk. Dan mereka meninggalkan kamar.
.
Kediaman Yun sedang ramai. Suara tawa dan canda membaur di udara, membawakan suasana yang ceria. Hari ini cuaca sedang bagus, dan tampaknya, menjadi semakin bagus.
Kedua orang tuanya sedang berbicara bersama Sha Hualing, kemudian tertawa, serius, dan tertawa lagi. Tidak ada eksistensi bahwa mereka membahas sesuatu yang terlalu penting. Malahan, daripada sesuatu yang penting, tampaknya, kedua orang tuanya tampak sedikit gugup?
Yun Zhao datang, dia memberi salam. "Yun Zhao memberi hormat kepada ayah dan ibu." Melirik dari sudut mata, Yun Zhao melihat bahwa Sha Hualing menatapnya. Dia melanjutkan, "Saya memberi salam kepada Sha Hualing juga."
Sha Hualing mengangkat tangan, melambai ke atas. Menandakan agar Yun Zhao segera bangun, "Tidak perlu formalitas. Kita adalah tunangan."
Yun Zhao mengangguk, dia bangun dan mengambil tempat duduk yang kosong. Dan tempat itu satu-satunya berada di samping Sha Hualing.
Yun Zhao tidak mengerti, tapi tampaknya orang tuanya sedang dalam masa yang buruk. Mereka bertatapan, lalu menatapnya, dan membuang muka. Seperti ada sesuatu kejanggalan.
Sha Hualing juga sama, dia tampak gugup meskipun wajahnya dan postur tubuhnya tetap santai. Matanya bermain liar. Menatap ke arah apa saja yang dia mau. Mengelak pada apapun yang berwujud hidup, seolah itu mengganggunya.
Akhirnya, setelah kediaman panjang, ayahnya, Yun Qi berbicara, "Anakku, apakah kamu... Ingin tinggal di istana?"
Ha? Yun Zhao memaku. Dia menatap Sha Hualing tidak percaya. Meskipun memang itu misinya, mengapa rasanya seolah-olah semuanya menjadi mudah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments