18 | Kebenaran masa lalu

Pertarungan terjadi tak seimbang karena kehadiran senior Jartien angkatan lama yang memiliki banyak pengalaman bertarung, senjata tajam yang mereka bawa berdarah-darah dengan kedua mata semakin membeliak buas.

Arka tersenyum miring melihat Raskal yang nekat datang demi membantu Atlanna yang sedang berhadapan dengan nya.

Parang dilayangkan, jatuh menancap pada salah satu lengan Atlanna tanpa bisa dicegah membuat erangan panjang gadis itu terdengar. Kedua mata Raskal melotot, Navaro dan yang lain kehilangan fokus karena itu.

"ATLANNA!"

"S-sakit," ringis Atlanna, gadis itu terlihat lemah hingga mengadu kepada Raskal yang baru datang.

"Lo ngapain harus kesini, hah?" marah Raskal, sepuluh jari nya ia genggam kuat hingga buku-buku nya memutih, rahang tegas lelaki itu mengetat, menunjukan betapa tak suka nya ia dengan cowok yang asik tertawa.

"Mundur," titah nya pada akhirnya. Atlanna menggeleng membuat Raskal menatap nya nyalang. "Mundur, Atlanna!"

"Nggak bisa."

Arka tertawa kembali melihat ekspresi frustasi bercampur panik milik Raskal. Dua manusia berbeda gender itu sudah tak lagi bisa kabur bahkan bergerak luas, formasi sisi kanan dan kiri telah dipecah oleh seniornya sehingga mereka dengan bebas memasukkan kedua nya ke dalam pusaran.

Raskal menoleh ke arah Tristan dan Doni, dua siswa yang sebelumnya melindungi Atlanna sudah menjadi bulan-bulanan musuh, kepala hingga tubuh nya terlihat mengeluarkan darah dengan deras.

"Lo ingkar janji sama gue." Netra Raskal menggelap, menatap kecewa ke arah Arka yang kini merubah mimik wajah nya dengan marah. "Kata nya lo nggak bakalan nyakitin Atlanna kalau gue ngejauhin dia."

"Lo yang ingkar janji sama gue, sialan!" nafas Arka memburu, tangan kanan nya mencengkram kuat katana tajam yang ia gunakan untuk menyakiti Atlanna. "Lo bilang bakal jauhin dan jagain dia buat gue, kenapa lo malah suka sama dia, hah?!"

Atlanna diam membisu dengan pengakuan dua orang di depan nya. Langit mulai bergemuruh, angin badai berhembus meliuk-liuk beberapa pohon hingga membuat kesan seram dalam tawuran kali ini.

Tranggg!!

"Lo mundur!" Atlanna tersentak saat Navaro telah berada di depan nya, lelaki itu meringis saat tangan nya terluka untuk menangkis serangan lawan secara tiba-tiba. Tubuh nya berjengkit, sebuah golok besar hampir menembus perutnya jika tak lihai dalam menghindar.

Trang!! Trangg!! Trangg!!

Erangan panjang dari Navaro terdengar menyakitkan. Lelaki itu bergerak mundur, tenaga nya terkuras habis karena meladeni dua senior sekaligus setelah meladeni power Yori yang tak ada habis nya.

Navaro mengayunkan senjata nya dengan acak di udara, netra nya menelisik ke belakang dan tidak mendapati keberadaan Atlanna, saat itu juga nafas nya terasa seperti di ujung rambut, lelaki itu panik bukan main.

"ANNA!!" teriak Navaro panik, ia berhasil menemukan gadis itu sedang ditarik oleh dua orang musuh dan kembali bertarung di daerah rawan.

"Arghh, bajingan!" erangan Navaro panjang, celurit berukuran sedang berhasil mengoyak lengan nya dengan dalam. Disisi lain, hati nya terasa kalut melihat senyum hampa dari adik kecilnya.

Tawuran hari ini mengerikan, bayang-bayang tentang tawuran dua tahun lalu yang membuat Ravloska bangga telah membunuh pimpinan Jartien kini berbanding balik dengan nyata. Hari ini, Navaro menjadi saksi bagaimana ganas nya pasukan musuh yang seakan dirasuki ratusan iblis.

Darah membanjiri seluruh lapangan indoor tempat biasa mereka menjalan kan hukuman, erangan penuh kesakitan akan membekas di diri mereka hingga menjadi trauma yang mengerikan.

Sebuah katana panjang datang membabat bambu besar yang dilayangkan ke arah Atlanna. Gadis itu mendongak terkejut, bibir nya kelu melihat orang yang menyelamatkan nya.

"A-Arka?"

Arka tersenyum gamang, ia menodongkan katana nya ke arah depan membuat cowok menggunakan bambu itu mundur teratur sesuai perintah.

"Maaf," bisik Arka. "Cuma gue yang boleh nyakitin lo."

Atlanna menggeleng takut, besi panjang yang selalu menjadi senjata nya itu terlempar jauh bersamaan dengan Arka yang membuang katana nya ke sembarang arah. Tangan lelaki itu merogoh sesuatu di dalam saku jaket membuat Atlanna melotot dan berencana pergi.

Sebuah gelati kecil yang terlihat sangat tajam membuat Atlanna berlari dengan panik. Namun naas, karena terlalu takut ia sampai menginjak tali sepatu nya sendiri dan memudahkan Arka memeluknya. Bibir lelaki itu tersenyum cerah.

"MUNDURIN!" teriak nya lantang hingga tawuran terhenti, seluruh mata menatap ke arahnya membuat Tristan menggeleng dengan lemas dibawah pijakan musuh.

"A-Atlanna." Nafas Pak Seto terhenti ditenggorokan, kedua mata beliau menatap khawatir tubuh Atlanna yang kini berada di dalam rengkuhan Arka. Dalam hati beliau tak berhenti mengumpat serapahi para aparat yang tak kunjung datang.

"Lepasin dia brengsek!" jerit Raskal, tubuh nya bergerak brutal berusaha lepas dari musuh yang menahan pergerakan kan, detik kemudian ia mengerang kesakitan merasakan sebuah belati menancap keras di daerah bahu nya.

Kedua lutut Navaro terasa lemas, dengan lunglai ia berdiri dan berlari ke arah mereka. Atlanna tersenyum tipis, ia memejamkan kedua tangan nya.

"Maaf..."

Jantung Raskal terasa berhenti berdetak begitu saja, udara nya terhirup pengap dengan rasa sesak yang mencekik dada nya. Bumi terasa hancur, tubuh nya berhenti bergerak menatap Arka yang menghunuskan sebuah belati tanpa aba-aba.

"Na!"

Atlanna meringis kesakitan, tubuh nya limbung, dengan sigap Arka menangkap pinggang nya dan memeluknya erat, lelaki itu mendekap tubuh Atlanna seakan takut kehilangan.

"Maafin gue, maaf," gumam nya berkali-kali. "Lo mungkin anggap rasa suka gue sebagai obsesi, tapi gue bener-bener sayang sama lo," bisik Arka.

Atlanna menatap nya teduh, ia tersenyum kecil. "G-gue tau, l-lo c-cowok yang nga-sih g-gue na-fas b-buatan waktu SD, k-kan?" ujarnya dengan susah payah.

Seluruh tubuh Arka terasa mati rasa, kedua netra nya menatap terkejut tubuh Atlanna yang semakin dingin, teriakan dari anak-anak Ravloska yang kembali buas tak membuat nya hilang fokus. Otaknya berputar begitu cepat mengingat masa-masa kecilnya.

Kepingan memori beberapa tahun yang lalu masuk ke otaknya dengan acak, seketika pening di kepala nya menjadi-jadi mengingat bayangan seorang gadis kecil telah mengambang di pinggiran sungai.

"Atlanna, lo bercanda?" Arka menatap nya panik, tubuh nya benar-benar mati rasa melihat gadis dalam rengkuhan nya tak memberi respon.

Buku-buku tangan Arka membiru, kedua netra nya memanas hingga tetes-tetes air mata jatuh mengenai pipi Atlanna. Gadis yang ia temui dua tahun yang lalu ternyata memiliki hubungan dimasa lalu nya. Arka benar-benar kalut.

"Sayang, bangun..." lirih Arka, tangan nya tak henti menampar pelan pipi Atlanna hingga gadis itu kembali mengerang lirih kesakitan.

Alam seakan mengutuk mereka, awan menghitam dan perlahan turun membasahi tubuh dan membawa hanyut mimpi-mimpi mereka. Sirine polisi terdengar mendekat, Yori menatap ke arah Arka sekilas sebelum memberi kode kepada teman-teman nya untuk mundur tanpa pimpinan.

"Jangan bergerak!"

Arka tak menghiraukan aparat kepolisian yang kini menodongkan senjata api ke arah nya. Dunia hampa yang mulai ia cintai dengan kekerasan perlahan luntur. Kedua sudut bibir nya terangkat membentuk sebuah senyum tulus untuk Atlanna yang masih mencoba bertahan.

"Hari ini, gue bakalan tepati janji kita sebelas tahun yang lalu." Tangan kekar nya mengusap lembut air mata Atlanna yang bercampur dengan hujan, Arka ikut menangis. "Kalau udah dewasa, ki-ta hidup sama-sama."

Nafas Arka tercekat, tubuh Atlanna membusung kesakitan merasa udara nya tipis yang semakin mencekiknya. Lelaki itu menunduk, seperti yang ia lakukan sebelas tahun yang lalu, ia memberikan Atlanna nafas buatan beberapa kali dengan bibir yang tak henti-hentinya bergetar.

Disisi lain, Navaro hanya bisa meraung layaknya seekor singa yang kehilangan ibu nya. Tubuh nya lemas tak bertenaga karena polisi menahan pergerakkan nya.

Arka mencabut belati yang masih bersarang diperut Atlanna membuat gadis itu batuk darah, nafas nya semakin terdengar berat. Tak dapat di duga, Arka menghunuskan belati tersebut ke dada nya sendiri membuat mereka melotot terkejut. Tubuh nya limbung disebelah Atlanna hingga netra mereka saling mengunci, tangan mereka saling tertaut erat.

Rintik-rintik hujan yang perlahan deras itu membawa darah mereka mengalir menjadi satu seakan sebuah perjanjian berdarah. Dalam hati mereka mengucap janji, Atlanna menikmati detik-detik rasa sakit yang berubah menjadi mati rasa, seluruh tubuh nya hampir tak bisa di gerakan dengan nafas di ujung tanduk.

"H-hari ini u-dah nggak s-sakit lagi. I lo-ve, you, nona Abi-yaksa." Arka mengatakan sepenggal kalimat nya dengan susah payah sebelum kedua netra mereka tertutup bersamaan.

Terpopuler

Comments

Rosee

Rosee

semangat thooor

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!