11 | Jaga jarak kematian

Hampir empat puluh siswa dengan seragam SMA Trisatya terlihat memenuhi jalanan di depan gerbang dengan rusuh. Seluruh kancing mereka dibiarkan terbuka, menampilkan kaos hitam polos bertuliskan Ravloska di bagian dada. Beberapa pengendara bermotor maupun angkot yang melihat itu memilih berbalik arah, takut berurusan dengan penguasa jalanan.

"Sepi amat jalanan kek kuburan," gumam Devano, ditangannya menggantung payung lecek yang entah ia bawa dari mana.

Dahi Radja berkerut, ia menatap Devano aneh. "Dapet sampah darimana lagi lo?"

"Dari Raka," jawab Devano polos, ia menunjuk kembaran Radja yang asyik memancing di lubang buaya lalu menjilatnya.

"Jorok anjing!" pekik Radja kesal.

"Ha?" kali ini Raka menoleh lempeng, ia melanjutkan aksi mengupil nya membuat Radja benar-benar ingin menenggelamkan kembarannya di rawa-rawa.

"Navaro mana Navaro?"

"Lagi beliin Atlanna cilok," sahut salah satu cowok. "Ada yang lihat, Tear?"

Semua nya terdiam. Mampus, seluruh mata langsung mengedar ke seluruh penjuru tempat mencari keberadaan Tear, terakhir kali gadis itu sedang menggoda Navaro sedangkan Navaro kini sibuk membeli cilok untuk Atlanna.

"Jaga jarak kematian!" Atlanna maju, besi panjang berkarat yang ada di tangan nya terayun untuk membuka jalan, seketika nafas mereka tercekat melihat gerombolan berjaket hitam telah berdiri di hadapan mereka.

Atlanna berdecih. "Banci, balikin temen gue!"

"Eh?" lelaki dengan headband di kepala itu tersenyum miring, dengan sengaja ia semakin mencekik leher gadis di dekapannya. "Gue kira Navaro bakal nyembunyiin lo setelah tau gue suka sama lo."

"Le–pas!" Tear terbatuk, tangannya memukul udara merasakan cekikikan dileher nya semakin erat.

Kedua tangan Atlanna terkepal kuat, netra nya menatap nyalang tubuh Tear yang melemas. Ia menoleh ke samping, rahang tegas Navaro mengetat, cilok yang seharusnya untuk nya langsung hancur begitu saja saat melihat Tear terbatuk-batuk ditangan musuh.

"Sial," geram Navaro. "MAJUIN, YANG MUNDUR BAKAL GUE BACOK BESOK!"

Suara nyaring senjata tajam yang saling beradu bertanda dimulai nya pertarungan. Panas nya sinar matahari siang tak menyurutkan kobaran api permusuhan di antara mereka.

Devano mendelik, sebuah sabuk gir melayang hampir mengenai perut nya. "Anjing lo, kalau kena muka gue gimana anying!" teriak nya kesal.

"Bacot!"

"Dih!" Devano maju, tangan nya dengan kuat menghantam pipi musuh nya hingga tumbang. "Mampus juga kan lo akhirnya."

Anak-anak Ravloska memaksa maju, menyerang tanpa henti untuk memundurkan pasukan Jartien. Namun keadaan tak berlangsung lama saat pasukan musuh mendapat bala bantuan.

"Sialan," gumam Radja, tangannya mulai gemetar melihat Atlanna dikerubungi tiga orang. "Navaro mana Navaro?!"

"Ck, MUNDURIN!" teriak Navaro, netra nya memandang sinis lelaki dengan headband hitam di kepala. "Banci, segitu takut nya lo sama Ravloska sampai panggil Ganta?"

Arka tertawa, ia menghindari pukulan Navaro sembari terus maju. "Gue udah kasih penawaran sama lo, kasih Atlanna ke gue dan Jartien nggak bakalan ganggu Ravloska lagi."

"Mimpi!" Navaro menendang perut Arka dengan keras.

"JAGAIN ATLANNA!" teriak Navaro sebelum mengangkat tubuh Tear yang ada di dekapannya menjauh dari keras nya tempat tawuran.

Jartien mulai nekat, banyaknya bala bantuan yang datang membuat mereka mendobrak paksa gerbang utama SMA Trisatya dengan parang dengan makian kasar sepanjang jalan. Wajah sangar yang dipenuhi amarah dengan senjata tajam ditangan mereka membuat ratusan siswa-siswi menjerit ketakutan dan berlari naik ke lantai dua dengan panik.

Sedangkan Atlanna, gadis itu mencengkram kuat besi panjang ditangannya. Ia menggeram kasar, sial, ia berhadapan langsung dengan ketua Jartien yang rumor nya adalah mengidap kelainan masokis.

Arka mendekat, tangannya hendak menangkap pergerakan Atlanna namun gadis itu lebih dulu melayangkan bogeman nya hingga membuat tubuh Arka mundur beberapa langkah.

"Aahh." Arka mendesah lirih, lelaki itu tersenyum puas menatap wajah ketakutan Atlanna. "Perlakuan lo selalu bikin gue ngerasa nikmat, ayo jadi partner gue, Atlanna."

"Gila," desis Atlanna, ia bergedik ngeri melihat Arka yang kini menatap minat ke arahnya. "Lo cowok paling brengsek yang ada di dunia!"

Kedua sudut bibir Arka terangkat, nafsunya semakin naik mendengar makian dari bibir Atlanna. "Shh, lo bisa bikin gue gila!"

Whusss!!

Tubuh Atlanna mundur beberapa langkah saat sebuah katana panjang hampir membelah tubuh nya menjadi dua. Nafas gadis itu terdengar memburu, detak jantung nya mulai tak beraturan, kedua netranya menatap sekitar dan semakin pucat melihat Ravloska terkepung oleh musuh.

"ATLANNA!!" pekik Radja, lelaki itu masih sempat mengawasinya meski sedang kewalahan.

Atlanna mendesis kecil melihat Arka mendekat, ia baru sadar jika lengannya terluka saat lelaki itu terkekeh geli sambil menjilat darah yang membasahi ujung katana nya.

"Darah lo manis," ujar Arka dengan senyum yang tak kunjung pudar, dua tahun ia mengincar Atlanna, dan telah dua tahun pula ia tak berminat dengan gadis selain Atlanna, alasannya cukup mudah. Hanya Atlanna yang menolak pesona nya dengan kekerasan.

"Udah dua tahun, tapi gue tetep pengen lo." Lelaki itu hendak kembali menyerang Atlanna namun teriakan dari salah satu anggota nya membuat Arka mengurungkan niat.

"POLISI BOS!" Arka menghela nafas kasar sambil mengusap wajahnya kesal, ia kembali menegakkan tubuh menghadap pasukannya. "MUNDURIN!"

Pandangan Atlanna menggelap melihat pasukan Jartien mulai bergerak mundur hingga ia bisa melihat keadaan anggota Ravloska dengan jelas. Kedua tangannya terkepal, gigi-gigi nya bergemelutuk marah, Jartien berhasil melukai salah satu anggota Ravloska.

"ATLANNA!" teriak Raka. Tubuh Atlanna mematung, netra nya memandang lurus ke depan dimana besi panjang berkarat yang barusan ia genggam telah menancap pada bahu Arka yang kini tertawa kecil menatapnya.

"Gue janji, kita bakalan mati bareng suatu saat nanti," bisik Arka, lelaki itu tersenyum sebelum ikut membaur di dalam anggota Jartien yang berlari ke dalam permukiman warga.

"Naik, mau mati lo pada di penjara?!" seru Raka, wajah cowok itu merah padam melihat para adik kelas yang sibuk ketakutan melihat mobil polisi yang mendekat. "ATLANNA NAIK!"

Melihat Atlanna yang masih diam mematung menatap kepergian Arka, Devano memilih mendekat dan menarik lengan gadis itu menuju bis hasil rampasan murid kelas sebelas. Suara tembakan senjata api dilayangkan ke udara membuat beberapa anggota Ravloska yang belum sempat menaiki bis memilih kembali masuk ke dalam sekolah dan kabur melalui gerbang belakang.

"Woy, jalanin bis nya!" teriak salah satu adik kelas, tangan nya sibuk menutup pintu bis karena polisi semakin mendekat.

Melihat bis tak kunjung bergerak, Radja yang merasa geram pun berdiri dan berlari menuju tempat sopir. Sebuah golok tajam yang dihiasi darah tipis ia todong kan membuat sang sopir pucat pasi.

"Jalan!" tekan Radja.

Bis mulai bergerak membuat Atlanna menghela nafas berat dan membuang pandangannya ke jendela. Kedua netra nya mengedar, lagi dan lagi ia dibuat terdiam setelah melihat siluet Raskal di lantai dua sedang menatapnya dengan pandangan sulit di artikan.

"Navaro nggak ikut?" Devano menggeleng, ia melirik Atlanna sekilas. "Jagain Tear."

Radja berdecak, ia menyimpan goloknya ke dalam tas gitar sebelum bergabung dengan kembarannya. "Nyusahin aja bisanya tuh cewek, andai aja dia nggak ikut ke medan tawuran, menang kali kita." Tatapan Radja beralih pada Atlanna yang masih diam. "Gue bangga sama lo, Na. Lo berhasil ngelukain Arka."

Bangga?

Atlanna memejamkan mata nya erat, permasalahan yang rumit baru akan dimulai sekarang.

Terpopuler

Comments

VyLy✨

VyLy✨

spesies lain coo😭😭

2023-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!