Saat ini Raskal duduk di meja makan, kedua netra nya melirik was-was lelaki seumuran dengan nya yang nampak ceria, senyum merekah yang ia tampilkan selalu membuat jantung Raskal berdebar tak karuan. Namun, sekuat mungkin ia mencoba untuk tenang.
"Dimakan, ya, maaf tante cuma bisa masak ini, lagian kamu kesini nggak ngabarin dulu." Sheila mengomel kecil sambil meletakkan sup ayam di meja, tangan nya mengelus pucuk kepala nya seperti yang sedang dilakukan kepada Raskal.
Lelaki itu tersenyum senang, ia mengangguk. "Tante baik banget, aku punya hadiah buat tante kalau dipegang bisa bikin sirup stoberi."
"Nggak!" bukan Sheila, namun Raskal. Ia menolak dengan tegas. "Bunda gue nggak butuh hadiah begituan."
"Raskal," tegur Sheila.
Raskal mengusap wajah nya gusar. "Bunda jangan terlalu percaya sama Arka, itu bukan hadiah."
"Sejak kapan kamu berubah jadi tidak sopan begini? nggak boleh ngomong gitu!"
Arka tertawa tanpa suara, lelaki itu menatap Raskal mengejek sambil menikmati masakan Sheila dengan tenang. "Nggak masalah kok tante, wajar kalau Raskal curiga sama Arka."
"Nggak, itu nggak sopan. Kenapa harus nggak percaya sama kamu? Gerald sama Tifany juga baik banget sama tante."
"Bund," ujar Raskal melirih. Bagaimana menjelaskan kepada bunda nya jika hadiah yang dimaksud Arka itu benda tajam? sirup stroberi versi Arka tak akan jauh-jauh dari darah. Lelaki itu gila, psikopat dan mengidap gangguan mental masokis. Hidupnya hanya terobsesi dengan darah dan kepuasan dengan kekerasan.
Tangisan Aily dari kamar terdengar hingga dapur, Sheila berdiri kemudian tersenyum sungkan ke arah Arka. "Tante tinggal dulu, ya, sayang. Kamu nikmatin aja makanan nya, jangan perduliin Raskal."
Arka mengangkat kedua ibu jari nya. "Okay, tante cantik."
Keadaan menjadi hening setelah kepergian Sheila, hanya dentingan sendok dan garpu dari piring Arka yang membuat suasana semakin canggung. Raskal menahan nafas, ia mengusap wajah dengan gusar.
"Lo mau apa?"
Arka menggeleng, ia tersenyum misterius. "Nggak ada, cuma kangen sama tante Sheila."
"Gue nggak lagi bercanda, jangan macem-macem sama Bunda!" tegas Raskal, lagi-lagi Arka tertawa.
"Cuma satu macem, kenapa lo sensi setiap ketemu gue?"
"Karena lo gila!" sahut Raskal.
Arka mendorong piring nya ke depan, lelaki itu memiringkan kepala nya ke samping kemudian kembali tertawa, benar-benar mirip orang gila.
"Menurut lo, hal apa di dunia yang membuat bahagia?" tanya Arka.
"Kewarasan lo."
Arka tak memperdulikan kecaman sinis dari Raskal. "Kebebasan atau kematian?"
Raskal semakin resah. "Cepet ngomong sama gue, apa mau lo?"
"Mati sendirian atau mati bersama?"
Arka tersenyum aneh. "Mati sama Atlanna."
"Lo jangan gila!" pekik Raskal, seluruh wajah nya memerah dengan urat-urat yang semakin menonjol karena marah. "Kenapa harus Atlanna?!"
Arka menunduk, ia tersenyum tipis. "Karena gue suka sama dia. Barang yang sudah rusak dan tidak bisa diperbaiki harus disingkirkan agar tidak terlihat menyedihkan."
"Lo pikir gue bakal nyerahin Atlanna gitu aja setelah tau apa yang lo lakuin sama Nita?" rahang tegas Raskal, mengeras. Menandakan berapa tak suka nya ia dengan lelaki di depannya.
Kedua bahu Arka terangkat acuh, mimik wajah nya perlahan berubah. "Nita udah nggak perawan, ******, dia yang nawarin gue."
"Tapi lo bikin dia hamil bangsat!"
Arka terkekeh. "Kucing mahal juga nggak bakalan nolak kalau dikasih ikan walaupun murah, kan?"
"Brengsek!" geram Raskal.
Arka berdiri, ia tersenyum simpul. "Gue nggak bakalan perlakuin Atlanna seperti Nita, yang pasti, gue kesini cuma buat ngasih lo dua pilihan."
Tubuh Raskal menegang. "Bunda lo atau Atlanna?"
••••
Raskal memantulkan bola basket di atas lapangan dengan pandangan kosong. Bulir-bulir keringat mengalir, lalu jatuh saat pemiliknya menundukkan wajah dalam. Suasana hati nya benar-benar memburuk, pikiran nya berkecamuk.
Jauh dalam lubuk hati nya, ia pernah berjanji untuk tidak tertarik dengan Atlanna. Ia tak pernah benar-benar memiliki rasa suka kepada gadis itu. Atlanna sama seperti bunda nya dulu, dan Raskal hanya ingin membuat Atlanna keluar dari zona merah.
Seharusnya ia senang jika Arka menargetkan Atlanna sebagai mangsa nya. Tapi entah mengapa semakin lama, semua nya berubah rumit?
"Raskal!" tegur Rio, senior yang bertugas menjadi pengawas itu merasa geram karena melihat Raskal tak fokus.
"S-sorry," gumam Raskal, ia langsung bergerak mengoper bola ke teman nya dengan acak sehingga membuat arah lemparannya menjadi tak stabil.
Rio berdecak, ia membunyikan peluit yang menandakan bahwa latihan telah usai. Tangan nya bergerak mengambil botol air mineral dan menyerahkan nya kepada Raskal.
"Dari banyaknya pemain basket angkatan 42 cuma lo sama Airlangga yang gue pilih. Lo punya kesempatan terakhir di kelas 12, kenapa malah gini?"
Raskal menyiram wajah nya dengan air mineral hingga tersisa setelah, otaknya benar-benar terasa panas. "Sorry bang, tadi malem kurang tidur kebanyakan ngapal materi," kilah Raskal.
Rio mengangguk saja, pria itu lanjut memberikan evaluasi kepada angkatan 40 dan 41 yang menjadi adik kelas Raskal.
Tepukkan ringan yang mendarat di bahu nya membuat Raskal menoleh tipis ke arah Airlangga yang nampak serius, lelaki itu mengikuti arah yang ditunjuk oleh dagu sahabat nya.
"Kemarin baik-baik aja, kenapa balik ke setelan pabrik?" ujarnya menatap ke arah Atlanna yang duduk sendirian dibawah pohon mangga, ditemani satu buku hitam yang telah lama tak dilihat Raskal.
"Menurut lo gue brengsek atau nggak?"
Airlangga menatap Raskal curiga. "Lo buntingin dia?"
Raskal menghela nafas jengkel membuat Airlangga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya... maap, wajah lo penuh kasus kriminal soalnya."
"Nggak ada hubungan nya," sinis Raskal.
"Lo samperin gih."
"Buat apa?"
Airlangga berdecak. "Gini nih, kalau khitanan nya di sembelihin kambing hago, otak nya cuma sisa setengah. Lo minta maaf lah goblok," sahut Airlangga sewot.
"Gitu?"
"Iya anjing, lama-lama gue tonjok sakaratul maut juga lo!" Airlangga misuh-misuh tak jelas.
Sebelah alis Raskal terangkat. "Emang berani?"
"Ya–enggak." Ia nyengir. "Udah sana!"
Raskal mengangguk, belum sempat menghampiri Atlanna kedua nya dibuat terdiam melihat gadis itu telah pergi dari sana.
"TUH KAN!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Laveumine.
setengah*
typo
2023-04-29
0
VyLy✨
setujuuu, kli ini gw dukung arka❤️❤️
2023-04-29
0