3 | Tangan lo cantik

Sejak tadi, Atlanna hanya mampu mencengkram kuat garpu ditangan nya melihat Navaro ditempeli oleh manusia centil dari IPA Lima. Tear, sosok berantakan yang menjadi ketua OSIS itu telah menjadi musuh nya. Selain suka ikut campur, Tear juga suka mendekati Navaro secara terang-terangan.

"Jadi pacar gue apa susah nya, sih? lo nyari yang modelan gimana? bisa panjat pinang? cantik? badan seksi atau mahir ciu–"

"Lo bisa diem?" Navaro memberikan Tear tatapan tajam sebelum gadis itu mengatakan hal-hal yang lebih frontal lainnya. "Gue suka cewek yang gak banyak bacot."

"Sa ae lo daki tuyul." Tear terkekeh sambil mencolek dagu Navaro dengan tengil. "Pacaran, yuk?"

"Gak!"

"Daripada lo ngejar si bos nggak dapet-dapet mending sama gue udah pasti bahagia, Ar."

"Ogah, soalnya lo jelek, burik, banyak bertingkah sama suka nyakitin hati cewek!"

Radja tertawa ngakak ditempat nya, beberapa kali ia menggebrak meja dengan garpu ditangan nya dengan brutal. "Ngakak banget gue sialan, emang bener kalau netizen lebih tau mana yang ganteng, mana yang burik."

Hidung Devano kembang kempis menahan kesal. "Lo kayaknya pengen banget gue halalin biar tau rasa."

"Itu mah mau nya elo!" seloroh seluruh teman-temannya.

"Lagian, percaya diri itu bagus tapi sadar diri itu harus." Raka, cowok yang memiliki wajah hampir kembar dengan Radja itu ikut terkekeh. "Tear mana mau sama modelan elu yang ketemu cewek langsung luemes."

"Lo dukung temen nggak, sih?" Devano berceletuk kesal membuat Raka dan Radja menatap nya lempeng.

"Enggak."

"BAJINGAN!" teriak Devano emosi.

Atlanna mengepalkan kedua tangan nya mendengar mereka tertawa lepas karena memperebutkan Tear. Kedua telinga nya terasa panas, ditambah lagi saat Navaro terlihat tidak keberatan dengan kehadiran gadis itu.

Suara sebuah kursi yang berdecit saat bergesekan dengan lantai kantin membuat tawa mereka mereda hingga memusatkan asistensi ke arah seorang gadis yang berdiri dengan kaku. Navaro, lelaki itu dengan cepat meraih tangan Atlanna yang hendak pergi meninggalkan kantin.

"Mau kemana? habisin dulu makanan lo!" titah nya dingin.

Atlanna menyentak pelan tangan Navaro. "Kenyang, gue ada urusan," ujarnya datar, kedua mata tajam nya menyorot tak suka ke arah Tear yang tersenyum memandangnya.

"Gue nggak ngizinin lo pergi. Makan, Atlanna!" kekeh Navaro mengeratkan cekalannya pada tangan kanan Atlanna.

"Gue–" suara Atlanna hanya tersangkut di tenggorokan saat merasakan sebuah tangan besar yang melingkar di bahu nya, gadis itu menoleh kaku hingga mendapati sosok Raskal yang beradu tatapan tajam dengan Navaro.

"Dia udah bilang kenyang kenapa masih lo paksa?"

Navaro berdiri membuat Radja dan Raka ikut berdiri, dua lelaki itu memasang badan di belakang ketua nya, takut jika sewaktu-waktu ketua nya lepas kendali dan menghabisi anak orang di area sekolah.

"Lo nggak tau apa-apa." Navaro menunjuk dada Raskal dengan kasar. "Nggak usah ikut campur, apapun yang gue lakuin ke Atlanna itu demi kebaikan dia."

Raskal menepis tangan Navaro dengan kasar, lelaki itu berdecih sinis. "Dengan cara ngepaksa dia? kalau gitu cara lo rendahan."

Keadaan kantin yang semula ricuh menjadi hening, beberapa pasang mata terlihat menatap ke arah Atlanna aneh, beberapa pasang lain nampak ikut termakan omongan Raskal dan mulai mencibir tentang Navaro.

Kedua sudut bibir Raskal terangkat, tangan besar nya bergerak menarik tubuh Atlanna yang mematung ke dalam dekapannya sebelum menepis tangan Navaro yang masih ada di lengan gadis itu.

"Mulai sekarang gue yang tanggungjawab atas Atlanna. "

Kedua tangan Navaro terkepal, rahang nya yang tegas, mengetat. Lelaki itu terlihat marah, kedua mata nya menatap nyalang ke arah Atlanna yang hanya diam saat tangan Raskal memeluk pundak nya.

Sial!

Semua orang memekik histeris melihat tubuh Raskal yang mundur beberapa langkah ke belakang. Navaro benar-benar melayangkan pukulannya, tepat pada rahang bawah Raskal hingga membuat sudut bibir lelaki itu mengeluarkan darah.

"Lo pikir siapa bisa ngomong gitu ke gue?" suara Navaro terdengar tak bersahabat lalu meludah tepat di dekat tubuh Raskal, lelaki itu menoleh ke arah Atlanna yang masih diam mematung.

"Kita duel dan buat kesepakatan, siapa yang menang berhak ngajuin satu permintaan."

Kedua sudut bibir Navaro terangkat. "Gue terima," ujarnya tenang.

Atlanna mengepalkan kedua tangan nya di kedua sisi rok abu-abu nya. Wajah gadis itu memerah, tangan nya dengan bebas menarik lengan Raskal pergi menjauhi area kantin dengan perasaan gusar.

Duel? yang benar saja. Navaro pernah hampir membunuh anak orang jika saja waktu itu Tear tidak berbuat onar saat tawuran berada.

"Nggak mau bilang terimakasih?"

Langkah Atlanna terhenti, ia menoleh dengan pandangan yang sulit di artikan. "Lo sadar siapa yang lo tantang?"

Raskal mengangguk tenang, tangan kanan nya terangkat kemudian menghapus darah pada sudut bibir nya tanpa raut wajah kesakitan. "Terus kenapa? khawatir?"

"Mimpi!" sinis Atlanna membuat Raskal tertawa renyah sambil mengacak pelan rambut panjang Atlanna.

"Lo lucu," ungkap Raskal.

"Gak jelas."

"Emang, yang jelas kan cuma cinta gue ke elo," jawab Raskal ngawur.

Kedua alis Atlanna menukik tajam terlihat tak suka. Dimana rumor yang mengatakan bahwa mantan ketua basket SMA Trisatya terkenal dingin dan bermulut pedas?

Tubuh Atlanna berbalik hendak kembali menuju kelas, namun suara Raskal yang mengintrupsi membuat nya terdiam dengan tubuh yang menegang.

"Tangan lo cantik, kenapa lo sakitin?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!