"Ayo dong, ceritain apa aja yang terjadi tadi malem di antara kita."
"Cie kita, hahaha."
"Na, cerita dong. Emangnya sebrutal apa gue tadi malem sampai bikin kissmark segitu banyaknya di leher lo?"
"BERISIK!" Atlanna mengepalkan kedua tangan nya ke arah Raskal. Reflek, lelaki itu menghindar sambil menampilkan sebuah cengiran tak berdosa melihat kemarahan Atlanna.
"Galak banget, gue kan penasaran."
"Mau mati?" sinis Atlanna.
"Kalau mati bareng lo, gue mau."
Atlanna melotot garang. "Sinting!" pekiknya emosi.
Raskal tertawa terbahak-bahak. Hari ini gadis itu terlihat sangat lucu, kedua pipi nya terlihat memerah tipis dengan kedua mata yang terbiasa tajam berubah bulat saat melotot.
Saat ini mereka dalam perjalanan kembali ke rumah Atlanna atas perintah Sheila. Sejak tadi, Raskal dapat melihat raut wajah tak biasa dari gadis itu, seperti perasaan takut sekaligus panik yang berusaha ditutupi menggunakan raut wajah datar.
"Mau mampir beli cilok dulu nggak?"
"Murah." Kedua sudut bibir Raskal berkedut, lelaki itu menahan tawa. "Walaupun murah, itu jajan kesukaan lo, kan?"
Atlanna mengerutkan dahi. "Sotoy!"
"Kenyataan. Lo setiap habis tawuran kan beli cilok di dekat lapangan Banjul."
Hening, tiba-tiba suasana berubah canggung setelah Raskal mengatakan kata tawuran. Lampu jalan berubah hijau membuat Atlanna memalingkan wajah nya ke arah jendela.
Raskal berdehem, "Na?" panggilnya pelan.
Atlanna memandang nya sekilas. "Apa?"
"Kalau gue minta lo buat berhenti tawuran, lo... bisa?" tanya Raskal hati-hati.
"Nggak!" tolak tegas Atlanna. "Lo cuma orang baru, nggak berhak ikut campur urusan gue ataupun komentarin hidup gue."
"Oke." Atlanna menolehkan kepala nya ke samping kemudian mengerutkan dahi aneh mendengar jawaban misterius dari Raskal, raut wajah lelaki itu juga terlihat tenang membuat Atlanna menerka-nerka. "Apa maksud lo?"
Raskal terkekeh. "Gue bakalan ikut tawuran." Kedua mata nya menatap manik mata Atlanna yang kembali tajam. "Demi lo."
••••
Plak!!
Tubuh Atlanna terhuyung ke belakang saat merasakan sebuah tangan besar menyentuh pipi mulus nya dengan keras. Punggung gadis itu membentur pintu utama, tangan nya bergerak mencengkram gagang pintu dengan kuat.
Nafas nya terdengar tak beraturan. "Papa kenapa, sih!"
"Masih nanya kamu!" Mahendra menatap anak nya penuh kebencian. "Sejak kapan kamu berani membolos sekolah, hah?!"
Kedua tangan Atlanna terkepal kuat, kedua mata tajam nya terlihat menggelap karena amarah. "Kenapa kalau Atlanna bolos sekolah, memang nya penting buat Papa?" nada suara nya berubah tinggi. "Bukannya Papa cuma mau nilai aku sempurna, sejak kapan Papa peduli!"
"Atlanna!"
"APA, PA?!" teriak Atlanna.
"Atlanna capek, Papa pikir selama ini Atlanna nggak tertekan? sekolah dari pagi sampai sore, ikut les sana-sini, malem nya masih dipaksa belajar tanpa makan. Menurut Papa, Atlanna nggak capek? CAPEK!" bentak Atlanna. "Atlanna bukan boneka."
"Tutup mulut kamu!" Bahu ringkih Atlanna luruh ke bawah, bibirnya mulai mengeluarkan isak tangis kecil, pikirannya mulai berkecamuk tak beraturan.
"Sejak kematian Mama, Papa berubah. Papa sadar nggak kalau Papa udah bikin Atlanna hancur?"
Mahendra terdiam, ia menatap putri nya tanpa ekspresi. "Tidak usah berlebihan, itu terjadi hanya karena kamu lemah!"
"Lemah?" Atlanna mendongak dengan tatapan menyakitkan. "Kapan Papa sadar kalau itu berlebihan? nungguin Atlanna nyusul seperti Mama?"
Mahendra tersenyum aneh menatap putrinya, beberapa saat kemudian terdengar suara Atlanna yang memekik kesakitan yang menggema ke seluruh penjuru rumah.
"Ini yang kamu mau, hmm?"
Atlanna berteriak keras saat Mahendra membenturkan kepala nya ke dinding dengan kuat hingga darah segar mulai menetes deras, jatuh di atas lantai kamar mandi. Seakan belum puas, Mahendra menyiram seluruh tubuh Atlanna menggunakan air.
"S-sakit." Bibir pucat Atlanna bergumam lirih, suhu tubuh nya meningkat drastis. Perlu diingat jika gadis itu membenci rasa sakit saat tubuhnya bersentuhan dengan air atau dingin.
"Ucapkan sekali lagi, putriku." Atlanna memejamkan kedua mata nya saat merasakan rambut panjang nya di tarik dengan kuat. Ia bisa melihat dari sudut mata nya dimana Mahendra berjongkok sambil tersenyum menatapnya. Gila.
Brakk!!
Semua nya menjadi gelap, Mahendra mengunci pintu kamar mandi dari luar sebelum samar-samar suara tawa nya terdengar mengerikan.
"N-navaro," Atlanna menyandarkan kepala nya di atas closet dengan lemas. "T-tolong." Ia meringis, kepala nya terasa berat, pandangan nya semakin buram, tipis nya pasukan udara di dalam kamar mandi ruang tamu membuat paru-paru nya mulai panas.
Brakk!! Brakk!! Brakk!!
Atlanna hanya mampu menggerakkan kepala nya ke kanan dan ke kiri mendengar suara keributan di luar sana, cepat atau lambat ia yakin Navaro akan datang menyelamatkan nya.
Tenaga gadis itu benar-benar terkuras habis, samar-samar ia merasakan sebuah cairan berbau besi yang mengalir deras dari hidung nya.
Disisa kesadarannya yang semakin menipis, Atlanna bisa melihat seseorang berhasil mendobrak pintu kamar mandi nya sebelum penglihatan nya benar-benar berubah buram. "ATLANNA!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
VyLy✨
agak lain emang cowo satu ini😭😭
2023-04-19
1