"Itu tadi yang kulihat foto dan videonya benar gadismu M?" Tanya Juma sambil berlari di treadmill dengan kecepatan sedang.
"Iya benar, kenapa memangnya Paman Juma? Dia lebih cantik ya dibandingkan pada saat dirinya melakukan selfie?" Jawab Mohammed santai sambil berlari di treadmill sebelah Juma. Baginya, olahraga adalah salah sarana dirinya menghilangkan hal-hal negatif yang seolah menekan dan menyiksa hidupnya yang penuh dengan tanggung jawab. Setelah setengah jam berlari, perasaan kesal karena belum juga mendapatkan waktu yang tepat untuk bertemu dengan Hind menguap tak berbekas meskipun tidak dapat dipungkiri senyumnya masih belum kembali sepenuhnya. "Anak itu tidak punya bakat selfie sama sekali sepertiku. Biasanya orang yang tidak pintar selfie aslinya jauh lebih cantik dan terbukti benar tebakanku."
Kumat deh narsisnya... batin Juma malas menanggapi ucapan Mohammed. Namun ia akui bahwa seleranya jauh diatas rata-rata emirati wanita pada umumnya jika menggunakan standar itu sebagai pasangan hidup untuknya. Gadis itu tanpa harus ber-make up tebal sudah cantik alami dan aura yang terpancar menunjukkan bahwa ia memang nyata orang yang berkepribadian baik dan tulus. Ia sudah banyak mengenal orang dan baru beberapa wanita yang memiliki aura yang cukup mirip dan gadis ini. Terutama Ayudisa, Ibu dari M. Entah bagian darimananya dari gadis itu yang mirip dengan ibunya tapi ia merasakan hal tersebut. Wajar saja jika ia berprofesi dokter karena bidang itu sangat cocok untuk pribadinya.
Ia jadi ingat bagaimana tegarnya Ayudisa menghadapi lingkungan keluarganya yang awalnya kurang bersahabat dengan dirinya setelah kakak lelakinya itu memilih untuk menceraikan istri pertamanya hasil perjodohan secara paksa demi tradisi dan menikahi dirinya serta mengakuinya sebagai satu-satunya istri sekaligus Putri Mahkota Dubai saat itu.
Ayudisa selalu tersenyum dan mengatakan bahwa ia hanya menjalankan takdir Yang Maha Kuasa berikan padanya dan percaya bahwa Tuhannya itu telah memilihkan takdir di dunia yang terbaik untuknya. Ia tak pernah sedikitpun mengeluh terhadap sindiran-sindiran dan hujatan dari para anggota bangsawan di keluarga tersebut. Justru dengan kesederhanaan, kelembutan, dan ketulusan didikan dari keluarganya yang ternyata masih memiliki darah bangsawan kerajaan di Indonesia, membuat satu per satu anggota keluarga besarnya bertekuk lutut berbalik menyayangi dan mendukungnya. Hingga dirinya menghasilkan keturunan yang luar biasa cemerlang demi kemajuan kota dan negaranya. Ia sendiri adalah salah satu orang yang mengagumi sosok Ayudisa yang bak oase di padang pasir memberikan kesegaran bagi penghuninya.
Meskipun tak memungkiri tradisi perjodohan tetap ada, namun Rashid dan Ayudisa tidak pernah memaksakan kehendaknya karena berkaca dari kisah cinta mereka. Maktoum dan Kireina menikah dengan hasil perjodohan dengan sesama anggota bangsawan di UEA. Namun perjodohan itu berhasil atas dasar cinta yang tumbuh diantara mereka dan pasangannya, berbeda dengan anak bungsu mereka yang tidak berhasil dalam perjodohannya. Ibarat buah tak jatuh dari pohonnya, kali ini putra bungsu mereka mengalami kisah cinta yang sedikitnya mirip dengan mereka. Ia tak bisa membayangkan ekspresi kedua orang tersebut jika tahu anak bungsunya mendapatkan garis takdir yang sama dalam percintaannya. Pertanyaannya adalah, apakah kali ini akan memiliki akhir yang sama dengan keduanya? Bersatu membentuk ikatan suci nan abadi, semoga saja, karena ia tahu untuk mendampingi anggota keluarga lelaki Emir Dubai sedangkan pihak wanitanya bukan bangsawan emirati tidaklah mudah dan butuh perjuangan serta pengorbanan seperti yang telah dilakukan oleh Ayudisa. Dan sosok wanita seperti Ayudisa sangatlah langka.
"Itu kau yang beruntung bisa mendapatkan cintanya atau dia yang beruntung mendapatkan cintamu?" Tanya lanjut Juma.
"Ummm, kurasa dua-duanya," Mohammed menunjukan cengiran tanpa dosa yang memperlihatkan deretan gigi rapi miliknya dan terus melanjutkan aktifitas olahraganya. Sambil berlari, ia menyempatkan diri untuk mengecek akun Hexagram milik Hind. Entah mengapa firasatnya mengatakan bahwa Hind memposting sesuatu di akun miliknya. Dan benar saja, Hind memposting foto matahari yang mulai tenggelam kembali keperaduannya dan bersanding mesra dengan Burj al Arab. Komposisi yang diambilnya sangat jelas dan lugas serta indah sehingga mencetak senyuman lebar dibibir Mohammed. Hind-Hind, kau itu ibarat embun pagi yang menghiasi tanah hatinya yang gersang. Dengan penuh semangat ia pun membagi video selfie nya sedang berolahraga dengan latar belakang sunset yang sama dengan yang diposting Hind.
***
Setelah puas berjalan-jalan di Kite Beach, hingga matahari terbenam dan menyisakan kegelapan yang hampir membuat dirinya dan Ermi tersasar serta hanya mendapatkan tertawaan oleh Fauzan karena kebodohan yang mereka lakukan, ia dan Ermi diajak makan malam di salah satu restoran yang ada di Dubai Mall. Sambil menunggu istri Fauzan datang, Ermi mengajak Hind melihat atraksi air dari Dubai Fountain yang diiringi oleh musik syahdu nan merdu bersanding mesra dengan menara Burj Khalifa, sebuah gedung pencakar langit dengan ketinggian 828 meter. Hind dengan sigap mengambil smartphone-nya dan tak mau ketinggalan mengabadikan momen tarian air yang dengan lincah meliuk-liuk bak penari profesional yang lihai memainkan gerakan-gerakan penuh keindahan dan harmoni sehingga membuat banyak orang yang menontonnya berdecak kagum. Ia beruntung mendapatkan posisi strategis untuk mendapatkan video dengan kualitas terbaik dari smartphone miliknya. Jika untuk hal seperti ini, jiwa seninya bergejolak hebat untuk memastikan bahwa apa yang dibidiknya sesuai dengan kualitas nyata. Namun tidak dengan gaya selfie nya yang bertolak belakang dengan setiap karya seni yang ia abadikan baik berupa foto, video ataupun lukisan diatas kanvas yang begitu totalitas, kualitas hasilnya sungguh menyedihkan karena ia tak terbiasa didepan kamera. Oleh sebab itulah akun Hexagram-nya lebih banyak berisi karya seninya dibandingkan dirinya sendiri. Jika diingat, sungguh aneh rasanya seorang dokter yang pikirannya selalu mengedepankan logika dan akademisnya berpadu dengan kegilaan dunia alam sadarnya yang begitu mencinta dan mendamba hal-hal berbau seni yang tercipta dari bayang-bayang kreasi otak kanannya.
"Bagaimana perjalananmu hari pertama di Dubai Hind?" Tanya Fauzan di meja makan yang telah dipesannya untuk makan malam.
"Menyenangkan," Hind menjawab penuh semangat. "Kau dan Ermi membuatku sibuk dengan menangkap banyak objek yang dapat kuabadikan dibalik lensa kamera milikku di Kite Beach dan Dubai Mall. Aku tak menyangka bahwa di Dubai suasananya seperti Singapura namun dengan rasa Timur Tengah. Baru hari pertama saja sudah membuatku jatuh cinta, bagaimana dengan sisa hari berikutnya karena Ermi berjanji untuk menemaniku menjelajahi tempat-tempat yang tak kalah menarik. Aku salut dengan pemerintahan Dubai yang begitu totalitas dalam menata kotanya sedemikian rupa."
Fauzan dan Ermi saling menatap dan tersenyum penuh arti.
"Maaf aku datang terlambat," Tampak wanita bertubuh tinggi besar tak kalah dari Fauzan datang dengan tergopoh-gopoh menghampiri meja makan tempat Hind, Ermi, Fauzan, Syifa, dan pengasuhnya berada. "Tadi dijalan macet sekali. Fauzan, apakah kau sudah pesan untuk makan malam?"
"Sudah, Vania, kenalkan, ini Hind sepupunya Ermi," Fauzan berdiri dan mengenalkan istrinya yang berasal dari Uzbekistan bernama Vania. "Hind, kenalkan, ini istriku Vania."
"Hind, dan terima kasih telah mentraktir aku dan Ermi makan malam," Hind pun ikut berdiri dan menyambut uluran tangan kanan Vania.
"Sama-sama, kami senang kedatangan anggota keluarga Ermi," Vania mempersilahkan duduk Hind. "Kudengar ini hari pertamamu di Dubai. Bagaimana? Betah tidak?"
"Umm, sejauh ini betah," Jawab Hind sedikit malu-malu.
"Berapa lama rencananya liburan di sini?"
"Seminggu," Pembicaraan Hind terjalin erat dengan keluarga ipar Ermi hingga ia lupa bahwa ada seseorang disana yang sedang cemas menunggu kabar darinya meskipun nanti lelaki tersebut akan mendapatkan info dari pengawal yang diutusnya. Baginya kabar yang langsung disampaikan oleh Hind kepadanya sangatlah berharga baginya. Tapi bukan salah Hind juga, karena meskipun tujuan awalnya ingin menjadikan kedatangan dirinya ke Dubai sebagai kado ulang tahun, ia juga butuh liburan setelah berkutat pada dunia permedisan yang tak kenal toleransi salah diagnosa karena sumpah jabatannya yang menjadi pertaruhan harga dirinya. Biarkan Hind sejenak bernapas untuk menghirup kebebasannya dengan menanggalkan jubah putihnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments