Jatuh cinta? Perasaan itu seperti apa? Apakah seperti kau membiarkan seseorang membaca isi hatimu yang selama ini berusaha mati-matian untuk selalu kau tutupi?
Apakah sama seperti kau membiarkan kelemahan hatimu tersentuh rasa?
Apakah sama seperti kau membiarkan dirimu jatuh ke dasar tak bertepi bernama perasaan?
Entahlah...
Mohammed memandang kearah jendela pesawat yang saat ini sedang terbang menuju Bandara Udara Internasional Heathrow, London. Suasana hatinya masih belum tenang mengingat Hind tak juga memberikan jawaban. Sementara di akun Hexagram-nya banyak yang memberikan komentar-komentar yang tidak jelas. Dan ia sedang tidak ingin menanggapi hal-hal tersebut. Ia justru sibuk melihat akun milik Hind yang memposting beberapa foto dan lukisan tentang alam. Gadis itu benar-benar berbakat! Kira-kira profesinya apa ya? Apakah Hind seorang seniman? Tapi jika ia melihat jas putih yang dikenakan dan stetoskop pada satu-satunya foto Hind ia nampak seperti seorang dokter. Jika benar seorang dokter pasti gadis itu akan nyambung jika berkomunikasi dengan kakak perempuannya, Kireina. Membayangkan gadis itu menjadi bagian dari keluarganya saja sudah membuatnya seperti orang gila. Bagaimana ia bisa mengetahui lebih jauh tentang Hind, jika pintu depan hatinya saja tidak dibuka dan memberinya kesempatan untuk menyelaminya.
"Tumben tidak bersemangat untuk memposting sesuatu di Hexagram-mu?" Tanya Juma yang ada dihadapannya yang tampak sibuk dengan koran yang dibacanya.
"Aku sedang malas Paman," Jawab Mohammed pendek sambil meletakkan smartphone miliknya di atas meja di depannya.
"Seorang ekstrovert dan narsis sepertimu bisa merasa malas juga?" Juma takjub mendengar jawaban dan keponakannya yang berbeda usia lima tahun lebih muda darinya. Ia pun bertepuk tangan akan hal itu. "Ada apa gerangan yang menyebabkan lelaki paling tampan dan the most wanted *di kalangan wanita seluruh dunia ini mendadak malas, karena sungguh tidak biasanya hal ini terjadi?"
"Memang tergambar jelas di wajahku ya Paman?" Mohammed menunjuk kearah dirinya sendiri dengan jari telunjuk tangan kanannya.
"Aku itu mengenalmu tidak setahun dua tahun M, jadi jika ada sesuatu yang berubah darimu aku sudah pasti tahu. Akhir-akhir ini mood swing-mu cukup parah lho, sehari bisa bahagia setengah mati esoknya tiba-tiba murung, seperti orang yang sedang jatuh cinta saja," Juma menyeruput kopi yang baru saja dihidangkan oleh seorang pramugari. "Atau jangan-jangan kau benar-benar..."
"Paman, lihatlah, langitnya indah kan," Mohammed segera mengalihkan pembicaraan Juma sambil menunjuk keluar jendela pesawat. Ia belum siap untuk berbagi cerita. Berbeda jika Hind sudah merespon perasaannya, ia dengan senang hati berbagi dengan paman sekaligus sahabatnya itu bahwa ia jatuh cinta dengan gadis yang selama ini hanya menjadi khayalan puisinya semata. Tubuhnya yang mungil, kulitnya yang putih langsat, wajahnya yang bulat oval dengan pipi kemerahan alami, hidungnya yang mancung, matanya yang berwarna hitam senada dengan rambutnya yang tebal sehitam kelam sedikit bergelombang sepanjang punggung, bibirnya yang tersenyum membuat orang yang melihatnya merasa cukup dan bahagia. Makhluk bergender perempuan ciptaan-Mu itu sungguh cantik dan sempurna. Sungguh keajaiban ia bisa menemukan sosoknya setelah sekian lama ia mencari.
Dengan setengah terpaksa ia memposting perjalanannya ke London di Hexagram-nya, seolah hal tersebut adalah hal yang wajib ia lakukan, tapi setidaknya hal tersebut bisa menjadi kode kepada Hind bahwa ia masih tetap menunggu jawaban darinya.
Wahai Tuhanku, aku sangat bersyukur atas apa yang kau karuniakan kepadaku sampai dengan saat ini. Hanya satu yang selama ini selalu kutunggu, yaitu belahan jiwaku bahkan aku rela menukarnya dengan memutuskan pertunanganku dengan sepupuku dulu hanya demi mendapatkan apa yang selama ini aku cari dan aku merasa Hind lah jawabanku selama ini. Kumohon wahai Dzat Yang Maha Kuasa, kumohon bukakanlah hati seorang Hind Karenina untukku. Jika ia dulu pernah terluka, biarkanlah aku yang menjadi obatnya...
Tak terasa tujuh jam tiga puluh menit telah terlampaui dan akhirnya pesawat pribadi milik keluarga Raja Dubai mendarat di Bandara Heathrow. Para penjemput pun sudah berbondong-bondong menunggu untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan kedaerah Newmarket. Suasana saat itu masih terasa musim semi, bunga-bunga berwarna pink menghiasi disisi dan kanan jalan. Namun tak seindah wajah Hind yang dihiasi pipi kemerah-merahan alami, batin Mohammed. Ah, ia rasa dirinya sudah mulai gila...
Bak gayung bersambut, Mohammed yang berniat menghapus Direct Message-nya yang begitu banyak terkejut mendapati ada akun Hind. Ia tidak bermimpi kan? Tidak bermimpikan? Mengapa ia merasa ada sekumpulan kupu-kupu yang menggelitik perutnya saat ini?
Dengan penuh kehati-hatian dan sedikit gemetar ia membuka pesan tersebut. Ini pertama kalinya ia merasakan emosi yang cukup menguras ketika ia berurusan dengan perempuan. Tak lama bibir tipisnya membentuk kurva melengkung ke atas. Yang Maha Kuasa telah mengabulkan permohonannya!
***
Entah mengapa Hind ingin sekali membuka akun media sosialnya. Apa jangan-jangan ia berharap pesan terakhir yang dikirimkannya kepada lelaki bernama M itu dibalas oleh lelaki tersebut? Hahaha, ia menertawakan dirinya sendiri. Sejak kapan ia dengan mudahnya merespon orang dari dunia maya? Bukankah banyak dari mereka adalah penipu? Atau orang-orang yang melarikan diri dari dunia nyatanya? Ya sudahlah, kalaupun tak berbalas ia akan kembali lagi beraktifitas seperti sedia kala seolah tak pernah terjadi apa-apa. Namun mengapa hati kecilnya berkata bahwa ia tak rela dan ingin mengenal lelaki tersebut lebih jauh? Ada apa dengan dirinya?
Namaku Mohammed, Mohammed bin Rashid, panggil saja aku dengan inisialku M, karena begitu banyak nama tersebut ditempatku tinggal. Bolehkah aku memanggil namamu Hind?
Segurat senyuman terukir dibibir Hind. Hatinya mendadak dipenuhi rasa membuncah ketika membaca pesan balasan dari M. Sungguh luar biasa pengaruh lelaki ini bisa membuatnya bereaksi seperti saat ini setelah sekian lama ia merasa beku. Namun senyumannya mendadak pudar ketika ingatan masa lalunya berkelebat dibenaknya. Bayang-bayang kegagalan dan patah hati menyeruak membuat dirinya lemas dan meletakkan smartphone-nya kembali dimeja ruang tamunya. Ia mendadak takut ketika ada bagian hatinya yang selama ini berusaha ia jaga perlahan terbuka. Dadanya sesak seolah sedang terjadi pertentangan batin didalamnya. Apakah ia boleh kembali membuka hatinya? Apakah ia sudah siap terluka jika ternyata M sama saja dengan Reza?
"Mbak Hind, tidak semua laki-laki sama dengan Mas Reza Mbak," Hind mengingat ucapan Nada beberapa waktu yang lalu. "Kau tidak salah Mbak jika Mas Reza memutuskan hubungan kalian. Justru Yang Maha Kuasa tahu bahwa lelaki itu bukan yang terbaik untukmu. Aku yakin sebentar lagi lelaki terbaik untukmu itu akan datang kepadamu dengan gentle-nya sehingga bagaimanapun kau berusaha lari menjauh darinya, kau pasti akan tetap kembali padanya.
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika bayangan Mohammed yang muncul dibenaknya. Ditepuk-tepuk kedua pipinya memberikan pompa semangat dan tekad bahwa hidup harus terus berjalan. Lupakan masa lalu! Setidaknya ia telah belajar dari kesalahannya dan sudah saatnya ia berhenti melarikan diri serta harus menghadapi kenyataan yang dihadapannya. Ia sudah terlanjur memberikan lelaki itu kesempatan untuk mengintip relung hatinya. Biarlah Yang Maha Kuasa membimbing langkahnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments