Kerinduan yang Menyiksa

Jika sampai aku menangis, itu karena lelah dari tekanan pekerjaan dan hanya bisa melampiaskannya dengan air mata. Tapi mengapa sekarang aku menangis karena rindu akan seseorang?

"Perjalanan bisnis kita ke New York kali ini aku minta kepada M dan timnya untuk menyelesaikannya," Perintah Maktoum dalam rapat internal manajemen yang dilakukan secara tertutup. Posisinya sebagai Putra Mahkota Dubai membuatnya menjadi kaki tangan Ayahnya sebagai persiapan penggantinya kelak jika beliau meninggal.

"Apa?!" Mohammed yang kurang tertarik dalam penyelesaian masalah yang terjadi pada bisnis keluarga besarnya di New York terkejut ketika Maktoum memberikan instruksi kepadanya. Sungguh tak biasanya urusan bisnis disana ia yang harus menyelesaikannya.

"Kenapa? Apakah kau berkeberatan?" Tanya Maktoum dengan sedikit intimidasi.

"Tidak," Jawab Mohammed menghela napas. Kunjungan terakhirnya saja ke London memberikan pekerjaan rumah tersendiri. Hanya karena euforia mendapatkan cinta dari seorang Hind Karenina ia terlalu banyak memposting foto dan aktifitasnya di Hexagram sehingga membuat keamanannya sedikit terganggu.

"Aku hanya meminta kepadamu, selama kau menyelesaikan urusanmu disana jangan sekalipun kau menyentuh Hexagram-mu. Karena yang sering terjadi keselamatanmu nyaris menjadi taruhan," Nada suara tegas Maktoum mempertegas asumsi yang bergelayut dikepalanya.

"Termasuk *D*irect Message?" Tanya Mohammed untuk meyakinkan dirinya.

"Iya, termasuk Direct Message, karena aku ingin kau berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah bisnis disana. Kalaupun kau ingin memposting sesuatu disana pastikan saat itu kau sudah tidak berada di lokasi tersebut. Kau paham kan M?" Maktoum mengerti bahwa adiknya itu hanya mengandalkan media sosial Hexagram untuk berkomunikasi dengan kekasihnya. Namun ia pun harus tegas demi keselamatan sang adik.

Mohammed hanya bisa mengangguk pasrah dan berharap instruksi kakak lelakinya itu tidak mengganggu hubungannya dengan Hind. Sehari tak berkomunikasi saja ada perasaan yang mengganjal dan gundah gulana apalagi lebih dari sehari? Dengan perhitungannya, masalah yang dihadapi perusahaan cabang New York paling cepat seminggu dapat ia selesaikan. Dirinya mendadak lemas membayangkan seminggu tanpa memberi kabar apapun kepada Hind namun tak ditunjukkannya dihadapan para anggota keluarga besarnya, khususnya Maktoum. Ia berdoa semoga Hind dapat mengerti dan hubungan mereka baik-baik saja.

***

"Ah payah, sudah hampir seminggu ini M tidak memposting apapun," Jiwa fangirling-nya Nada mengulik Hind yang sepertinya sedang menyibukan diri tenggelam dalam pekerjaannya sebagai Pelaksana Harian Kepala Bagian Internis karena atasannya itu sedang ada acara pertemuan antar dokter di seluruh dunia di Jerman. "Kau tak khawatir dengan kabar M Mbak?"

"Kenapakah memangnya?" Hind masih fokus dengan laporan yang ada dihadapannya. "Mungkin dia sedang sibuk."

"Sekarang aku tanya padamu Mbak, apakah selama hampir seminggu ini ia memberikan kabar dimana posisinya sekarang? Kau kan kekasihnya," Nada berusaha mengorek keterangan dari Hind tentang M. Bagaimanapun ia ingin mengetahui kelanjutan hubungan mereka berdua. Ia sudah membayangkan betapa cocoknya mereka berdua jika bersanding di pelaminan. Namun sepertinya belum ada tanda-tanda menuju kearah tersebut. Ia dapat memakluminya jika Hind lebih berhati-hati dalam urusan hati meskipun untuk lelaki sekelas M.

"Kekasihnya bukan berarti aku harus mengikuti dan menanyakan posisinya setiap kali dirinya menghilang kan? Dia pun punya privasi yang mungkin harus ia jaga,” Jawab Hind dengan tenang. Bohong! sebenarnya dalam hatinya tidak ada ketenangan sama sekali. Baru kali ini ia merasakan kehampaan ketika Mohammed hampir seminggu ini belum memberikan kabar. Ia mengingat-ingat apakah ia pernah merasakan kehilangan seperti ini? Padahal lelaki ini masih maya baginya. Ia akan percaya bahwa lelaki itu nyata jika sudah bertemu langsung dengannya. Namun mengapa hatinya seolah mengkhianatinya?

Sehari, Hind tak bergeming.

Hari Kedua, Hind pun masih tak bergeming.

Hari Ketiga, Hind merasakan dorongan yang menyesakkan dadanya namun berusaha ia tahan.

Hari Keempat, Mata Hind mulai memanas namun demi keprofesionalan profesinya sebagai dokter ia berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Hari Kelima, Hind yang sudah tak dapat menahan semuanya menangis sejadi-jadinya tanpa suara di dalam toilet rumah sakit. Mengapa menahan rasa dan rindunya kepada lelaki tersebut membuatnya lemah seperti ini? Ini bukan dirinya yang biasa, seberat dan sesakit apapun kondisi yang sedang ia hadapi, tak pernah ia menangis karena rindu seseorang. Ia mengakuinya sekarang, bahwa ia merindukan seorang lelaki yang bernama Mohammed bin Rashid.

***

"Akhirnya selesai juga," Mohammed menjatuhkan dirinya ke sofa krem yang ada di salah satu hotel dengan fasilitas luxury sekelas bintang lima. Jika sehari lagi masalah di perusahaan cabang New York belum selesai, dapat dipastikan ia akan menggila. "Tak kusangka butuh energi ekstra supaya bisa selesai sehari lebih cepat."

Ia pun segera mengaktifkan akun Hexagram-nya dan menerima banyak komen mencari-cari dimana dirinya. Saat ini ia tak butuh siapapun selain Hind, ia rindu gadisnya, ia rindu senyuman yang dimiliki olehnya, senyuman yang jika diibaratkan makanan bisa memenuhi perutnya selama bertahun-tahun. Katakanlah ia gila, katakanlah ia terlalu berlebihan, katakanlah logikanya tidak bermain dengan benar. Tapi ia menikmati rasanya jatuh cinta dengan gadis seunik dan sespesial Hind.

Mengingat wajahnya saja tak pelak melukiskan senyum merekah di bibir tipisnya. Ia pun mengambil foto selfie dengan latar belakang ruangan hotel yang ditinggalinya sekarang dan mengucapkan "Good Morning from NYC!" Kemudian mempostingnya di Hexagram. Kelima jarinya mengetuk-ngetuk meja yang ada di hadapannya. Nampak sekali ia menunggu jawaban dari Hind berupa '*l**ike*' atas  apa yang dipostingnya sebagai kode bahwa Hind siap ber-*D*irect Message atau memposting sesuatu untuk dikirimkan padanya.

Hey Mohammed, apakah kau lupa perbedaan jam antara Jakarta dengan New York sekarang? Apakah kau akan membuat Hind kekurangan tidur seperti biasanya karena mengikuti perbedaan jam diantara kalian?

Mohammed tidak lupa, ia mengerti bahwa Hind kekurangan tidur, ia mengerti bahwa gadisnya itu lelah, tapi entah sejak kapan ia menjadi sedikit lebih egois dibandingkan sebelumnya. Ia ingin atensi Hind hanya untuknya.

Lima menit kemudian hal yang ditunggu-tunggu Mohammed akhirnya datang. Sebuah 'like' dan satu kalimat masuk ke Direct Message-nya yang tentunya dari gadis pujaannya.

"Aku ngantuk, disini masih tengah malam, sampai jumpa besok pagi waktu Indonesia..."

Kerinduan yang sempat tertahan kini membuncah, baik Mohammed dan Hind merasakan kelegaan yang sama. Terutama air mata Hind yang selalu menemaninya sebagai pengantar tidur selama lima hari ini karena menahan kerinduan. Kini dirinya dapat bernapas lega bahwa Mohammed baik-baik saja. Satu berita itu tak pelak membuat Hind tersenyum dalam tidur.

Mohammed pun dengan penuh semangat berdiri dari sofanya dan menarik paman serta anggota tim lainnya untuk berjalan-jalan menikmati suasana pagi di New York dan tentunya setelah beban yang menghimpit dadanya menahan gejolak percikan api cinta dan kerinduan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata indah puisi yang selama ini digelutinya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!