Rencana Tak Terduga

"Halo Ermi..."

"Halo Hind sepupuku yang paling cantik sendiri," Kekehan Ermi terdengar sarkastik.

"Oh ayolah, kau kan tahu aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu,” Keluh Hind. "Bagaimana kabar Bombay? Sehat dan aman kan?"

"Sialan bahasamu itu," Kali ini giliran Ermi yang merasa tersindir halus dari ucapan sepupunya itu. Bisa dibilang mereka berdua ini family and friendly enemy, akur dengan cara mereka sendiri, saling berbalas bahasa sarkastik untuk menunjukkan kasih sayangnya satu sama lain.

"Tumben menelepon? Apakah ada sesuatu yang penting?"

"Iya, begini Hind,” Ermi mulai menjelaskan niatnya kepada Hind. "Aku sudah dua bulan ini pindah ke Dubai mengikuti pekerjaan suamiku yang harus membantu bisnis Pamannya disana. Nah, karena awal bulan November nanti suamiku harus mengurusi perpanjangan visa kerjanya di Dubai, sementara aku seorang diri disini. Bagaimana kalau kau berkunjung kesini diwaktu yang sama dengan suamiku mengurusi visanya ke India? Seminggu saja, aku akan menemanimu untuk meng-explore Kota Dubai deh, kau akan merasakan suasana Timur Tengah nan modern disini! Pokoknya seru dan kau tak akan menyesal jika datang kemari!"

Awal November? Ini kebetulan atau bagaimana ya? Kok ia merasa segala sesuatunya seperti mengarahkanku harus pergi kesana untuk memberikan surprise kepada M pada ulang tahunnya? Sejenak Hind merenung untuk mencari benang merahnya.

"Umm..., boleh deh, kebetulan tahun ini aku belum pergi kemana-mana," Hind masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil paspor dan kartu kreditnya. Ia membuka halaman website maskapai penerbangan khusus pendaratan di Dubai International Airport dari laptop-nya untuk kemudian memasukkan data-data yang dibutuhkan untuk membeli tiket pesawat Jakarta-Dubai dan sebaliknya. Tak lupa ia melakukan pendaftaran visa secara online selama ia tinggal di Dubai nanti. Rupanya maskapai tersebut memberikan keleluasaan pendaftaran visa tanpa harus pergi ke Kedutaan Besar UEA. Hal yang menurutnya cukup merepotkan mengingat kesibukan aktifitasnya sehari-hari di rumah sakit. Ia membayangkan Kepala Rumah Sakit bagian Internis akan merasa pening kepalanya besok pagi ketika dirinya menyodorkan surat izin cuti selama seminggu untuk bulan depan. Sebenarnya bukan dirinya merasa sangat dibutuhkan rumah sakit, namun dedikasinya untuk dunia kedokteran dan kegiatan relawannya telah mengangkat nama rumah sakit tempat ia bekerja menjadi salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia tanpa embel-embel milik perusahaan minyak negara. Betapa pusingnya beliau jika ditinggal oleh dirinya karena mau tak mau harus menggantikan posisinya untuk melayani pasien-pasiennya yang notabennya paling banyak dibandingkan dokter lain. Tapi ia juga punya dunia sendiri untuk diurusi. Maafkan aku Pak Kepala... batinnya.

Dan disinilah ia sekarang, didalam sebuah pesawat yang sebentar lagi akan membawanya menuju Kota Dubai, kota penuh keajaiban menurut yang ia baca. Ia meringis dalam hati, bagaimana perasaannya nanti jika bertemu langsung dengan M? Membayangkannya saja dadanya berdebar-debar cemas dan perutnya terasa mulas. Ia hanya bisa berdoa semoga ia baik-baik saja selama disana.

Aku berangkat ke Dubai sekarang. Semoga kita dapat bertemu disana.

Setelah mengirimkan Direct Message kepada Mohammed, tak lama pesawat yang ditumpangi Hind terbang meninggalkan landasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Dubai. Ini salah satu ide tergila yang pernah ia lakukan dalam hidupnya. Menghampiri kekasih sendiri untuk pertama kali di negeri orang. Seumur hidupnya menjalin hubungan dengan lelaki, baru kali ini ia melakukan hal senekad seperti sekarang walaupun dikamuflase sebagai liburan. Orangtuanya sempat terkejut dengan niatnya itu. Namun karena ada Ermi disisinya, mereka pun lega dan ikut mendoakan semoga apa yang menjadi niat baiknya dikabulkan Yang Maha Kuasa.

Pandangan Hind menerawang keluar jendela. Perlahan bangunan-bangunan tinggi yang dilihatnya mulai mengecil dan menghilang menyisakan butiran-butiran awan putih yang mendampingi seolah menyelimuti badan pesawat yang kokoh itu.

BRUSSHHHH!

Cairan kopi yang diminum Mohammed tersembur keluar dari mulutnya ketika membaca pesan dari Hind.

"Hei, apa yang kau lakukan M?!" Teriak Juma berdiri dan membersihkan kanduranya yang kotor terkena noda kopi akibat ulah Mohammed. "Kau ingin menjadi keponakan durhaka dengan menyemburkan kopimu kepada pamanmu ini?!"

Aku minta maaf Paman Juma," Mohammed pun berdiri dari duduknya panik, merasa bersalah atas tindakan kurang sopannya itu dan memanggil salah satu pengawalnya. "Saeed, aku minta tolong untuk membantu Paman Juma mengganti kanduranya! Ada hal yang harus segera aku lakukan!" Mohammed segera berlari keluar cafe dan mulai menekan dial nomor telepon yang harus segera ia hubungi.

"Halo, Salim!" Nada suara Mohammed terdengar agak meninggi karena panik. Bagaimana tidak, seingatnya Hind tidak pernah sekalipun bercerita padanya pernah pergi ke luar negeri sendirian seperti saat ini. Ia selalu bersama teman perempuannya yang lain. Meskipun Dubai kota berpenduduk maju dan open minded, ia yakin akan banyak mata lelaki yang melirik gadis itu karena kecantikan unik yang dimilikinya. Dan ia tidak menyukai hal itu.

"Iya Sheikh,"

"Ada seseorang yang harus kau awasi dan kau lindungi dari jauh. Namanya Hind Karenina, gadis itu sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju Dubai sekitar pukul 17.55 waktu Indonesia saat ini, pastikan ia menggunakan maskapai apa dan turun dibandara mana," Mohammed sempat melirik jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. "Estimasi kedatangannya tengah malam ini dan tetap awasi gadis itu sampai ditempat ia tinggal sementara di Dubai. Aku akan mengirimkan fotonya dan jika sudah kau pastikan dirinya selamat sampai tempat yang ia tuju, jangan lupa kau laporkan hasilnya kepadaku!"

"Baik Sheikh,"

Mohammed memutuskan hubungan komunikasi dengan salah satu pengawalnya. Perasaannya membuncah, senang sekaligus khawatir bercampur menjadi satu. Ia bingung harus berekspresi seperti apa nanti ketika bertemu gadis pujaannya itu. Tak ia sangka ucapan ngawurnya ingin mendapatkan kado ulang tahun berupa kekasihnya memberikan kejutan dengan datang ke Dubai untuk menemuinya akan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Oh tidak, wajahnya memerah panas dan senyuman lebar terukir di bibir tipisnya yang anehnya tak mau berhenti tergurat.

"Kau benar-benar keponakan kurang ajar M! Bisa-bisanya kau mengerjaiku seperti tadi!" Juma menghampiri Mohammed dan memukul bahu keponakannya itu. Tentunya setelah berganti baju dengan kanduranya yang baru. Sudah menjadi kebiasaan lelaki disana untuk selalu menyimpan stok kandura lebih dari satu mengingat warnanya yang putih dan cepat kotor. Namun pakaian itu merupakan pakaian kebanggaan bangsa mereka.

"Paman, Paman," Mohammed berbalik badan dan memeluk Juma erat dan tidak memperdulikan keluhan Juma. "Aku bahagia Paman, aku bahagia!"

Kenapa lagi dengan anak ini? Batin Juma. Selalu saja memberikan kejutan-kejutan yang tak terduga dengan perubahan ekspresi wajah yang menjadi lebih mudah ditebak dibandingkan sebelumnya. Apakah karena ia sedang jatuh cinta? Ia jadi penasaran ingin bertemu langsung dengan gadis yang telah membuat keponakannya ini buta akan cinta. Sehebat apa gadis itu hingga menembus relung hati seorang Mohammed yang notabennya tidak pernah jatuh cinta bahkan dulu pertunangannya pun bubar karena keponakannya itu tak juga memberikan hatinya kepada mantan tunangannya itu. Untung saja ia memiliki Ayah dan Ibu yang lebih open minded seperti kakak lelakinya, Rashid dan kakak iparnya, Ayudisa. Jika orang tuanya seperti orang tuanya yang keras dan kolot memegang teguh bahwa keluarga Emir Dubai harus menikahi sesama darah bangsawan Arab yang masih satu keturuan keluarga, mungkin tidak akan semudah ini Mohammed mendapatkan jalannya seperti sekarang. Mengingat perjuangan Rashid dan Ayudisa untuk bersatu saja sudah membuat hatinya sesak dan perih hingga orang tuanya mendapatkan teguran dari Yang Maha Kuasa karena hampir saja memisahkan kedua insan yang memang sudah digariskan oleh-Nya untuk bersatu dengan menikahkan Rashid kepada salah satu sepupunya sehingga seluruh Arab Gulf khususnya Dubai mendapatkan masalah bertubi-tubi baik internal berupa masalah keluarga maupun eksternal berupa konflik dengan negara lain. Untungnya orang tuanya sadar akan kesalahannya dan bisa memperbaikinya sehingga kedua insan itu bisa bersatu dalam ikatan pernikahan yang sah. Lihatlah Dubai yang sekarang, jauh lebih maju, ramai, modern, dan beragam serta terbuka dengan hal-hal positif terhadap bangsa yang berbeda dan dapat akur dengan negara-negara tetangga meskipun berbeda paham kenegaraan dan agama.

"Gadisku akan datang kemari Paman!" Lanjut Mohammed senang.

"Oh ya?" Juma sempat tidak percaya atas pendengarannya. Gadis itu akan datang ke Dubai? Luar biasa! Padahal ucapan itu hanya Mohammed lontarkan seenaknya hari ini dan tak lama lelaki itu mendapatkan kabar gembira itu. Sungguh keluarganya diberkati oleh Sang Pencipta...

Melihat Mohammed seperti melihat sosok Rashid muda. Ia berdoa semoga gadis yang telah membuatnya jatuh cinta itu seperti Ayudisa, Ibunya yang bisa dan kuat untuk melewati budaya dan peraturan ketat yang ada di negaranya. Semoga...

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!