Aku tersadar bahwa selama ini hidupku terlalu sibuk dengan sebuah dunia yang kubuat sendiri.
Hind masih terdiam membeku sejak foto menyapa dari M diposting di Hexagram-nya. Perlahan ia mulai mencernanya.
Sapaan tadi benar untukku?
Ah masa iya? Aku salah lihat mungkin?
Siapa tahu untuk para follower nya...
Tidak mungkinlah hal seperti itu terjadi!
Jangan besar kepala Hind, kemungkinan hal itu bisa terjadi 0,000 sekian sekian persen!
Tapi bagaimana jika sapaan itu benar untukmu?
Otak kanan dan otak kiri Hind saling bertautan mengirimkan pendapatnya masing-masing seolah tidak ada yang mau mengalah. Ia kembali mengambil ponsel yang sempat dilemparnya ke meja kerjanya karena shock dan kaget. Tangannya sedikit begetar membuka akun Hexagram-nya. Ia melihat ada satu Direct Message yang masuk, dari M!
Halo, **Assalamu'alaikum Hind Karenina, bolehkah aku mengenalmu? Mengenal hatimu yang menarik hatiku?**
Hind mengusap-usap matanya seolah tak percaya bahwa benar M yang mengirimkan Direct Message itu. Siapa tahu itu hanya scammer yang menyamar jadi lelaki itu. Berulang kali Hind memastikan bahwa bukan lelaki tersebut yang mengirimkan pesan, berulang kali pula ia disadarkan bahwa memang M lah yang mengirimkan pesan itu. Hind mendadak takut dan dengan terburu-buru keluar dari akun Hexagram-nya karena bingung tak tahu harus berbuat apa.
Ini pasti mimpi!
Ini pasti mimpi!
Ini pasti mimpi!
Bak mantera yang terucap berulang, Hind berkomat-kamit sambil berjalan menuju toilet rumah sakit yang tak jauh dari ruang kerjanya.
"Kau mau kemana Mbak Hind?" Tanya Nada ketika melihat Hind tampak terburu-buru keluar dari ruang kerjanya. "Pasien sudah banyak yang menunggu."
"Toilet!" Ujarnya sedikit berteriak.
Sesampainya di toilet, Hind segera memutar keran wastafel dan menadah air yang keluar untuk dibasuhkan ke wajah ovalnya untuk menyadarkan dirinya bahwa semua itu hanyalah khayalannya.
Ia menatap kaca yang tepat dihadapannya. Bayangan M yang sedang tersenyum menyapanya tadi kembali terbesit. Ia pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepuk kedua pipinya yang kemerahan alami untuk menyadarkan dirinya dari rasa shock dan takut.
"Fokus Hind, fokus! Ini saatnya kau harus menyalakan tombol 'ON' keprofesionalanmu sebagai dokter! Ingat, kau sudah disumpah untuk melayani dan membuat para pasienmu sembuh!"
"Yosh!" Setelah dirinya merasa tenang ia kembali ketempat kerjanya untuk melayani para pasiennya hari itu.
***
Mohammed tampak kesal melihat Direct Message yang ia kirim khusus untuk Hind hanya dibaca saja tanpa dibalas. Dan ini sudah hari ketiga sejak ia mengirimkan pesan itu pada sang gadis. Padahal ia telah nekad melawan protokol keluarganya untuk tidak boleh sembarangan membalas pesan di kolom komentar terlebih lagi berkomunikasi dengan Direct Message. Tapi Hind bukan orang sembarangan baginya. Ia merasa perempuan inilah yang selama ini ia bayangkan dalam membuat puisi-puisinya. Konyol mungkin dimata orang, tapi tidak untuknya.
"M, sudah ditentukan, kita berangkat ke London tanggal 10 April ini. Kau sudah menyiapkan semuanya kan?" Tanya Maktoum menyadarkan Mohammed dari dunianya sendiri. Nama panggilan M adalah idenya mengingat banyak lelaki dikeluarga besarnya yang bernama sama dengan sang adik. Dan sejak itu M adalah inisial populer dari Mohammed di media sosial dan keluarganya.
"Sejauh ini sudah, kondisi kuda-kuda yang akan digunakan untuk perlombaan juga telah dicek dan mereka semua dalam performa yang 100% baik." Jawab Mohammed dengan lancar. Ia bersyukur meskipun pikirannya bercabang, tapi untuk urusan konsentrasi mengenai pekerjaan ia adalah jagonya. Lagi-lagi ia harus memuji kedua orang tuanya yang telah mendidiknya dengan baik.
"Paman Juma, Abu Saeed dan Abu Ahmed, saya minta bantuannya dalam mendampingi M untuk mempersiapkan semuanya karena ayahku menargetkan kuda-kuda kita bisa menjuarai lebih dari tiga gelar di Royal Ascott tahun ini," Maktoum tampak puas dengan laporan dari Mohammed dan Timnya. Sebenarnya ada pertanyaan yang menggelitik relung hatinya ketika melihat sedikit perubahan sikap adiknya. Mungkin bagi orang di sekeliling Mohammed tidak ada yang memperhatikannya, namun ia adalah kakaknya yang paling dekat dengannya. Tapi mungkin waktunya belum tepat, atau sebenarnya ia menunggu Mohammed untuk mengutarakan isi hatinya sendiri dan dengan senang hati ia akan mendengarkannya.
"Baiklah, jika tidak ada yang perlu dibahas lagi kita tutup rapat hari ini, selamat siang." Maktoum menutup rapat dan meninggalkan Mohammed dan timnya di ruang rapat.
Sepeninggal Maktoum dan timnya, Mohammed ikut berdiri dan memutuskan menenangkan diri.
"Ayo kita pergi!" Ajak Mohammed.
"Kita mau kemana?" Tanya Juma.
"Keliling kota Dubai!" Jawab Mohammed sekenanya. Pikirannya sudah tidak dapat dikompromi lagi. Ia butuh suasana untuk menenangkan diri.
***
Hind terdiam membaca status postingan foto M yang menengadah ke atas langit seolah penuh pengharapan. Setelah cukup lama ia menghindar dari Hexagram, ia harus berdamai dengan hatinya yang terus mendesak untuk mengaktifkan akun media sosial-nya untuk mengetahui bagaimana kondisi M setelah sampai dengan saat ini ia belum juga membalas Direct Message dari M.
Aku menengadah langit penuh pengharapan dan optimisme
Berharap mendapatkan jawaban yang selama ini kunanti...
Hind merasa kali ini tak dapat melarikan diri karena ia tahu bahwa status berisi puisi itu sepertinya sengaja diposting untuknya. Ia memejamkan kedua matanya dan memutar waktu kebelakang untuk melakukan instropeksi atas apa yang telah ia alami selama 5 tahun ini.
Hari itu sekembali dirinya dari liburan bersama teman satu kampusnya dulu mengelilingi beberapa negara di Eropa Barat. Mendadak Reza, tunangannya enggan menemui dirinya untuk membahas kelanjutan rencana pernikahan mereka dengan alasan sibuk.
Setiap kali ia bertanya padanya selalu tidak pernah dibalas. Perubahan itu terjadi sebelum Hind pergi ke Eropa. Reza yang gemar bermain futsal cidera saat bermain sementara dirinya tidak dapat menemani dikarenakan jadwal prakteknya di rumah sakit yang tidak mengizinkannya mengunjungi sang tunangan.
Ia berusaha mengklarifikasi pada Rena, adik perempuan Reza mengapa lelaki itu berubah. Namun seolah tak ada apa-apa gadis itu mengatakan ia tak tahu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan Reza darinya meskipun ia tetap berusaha untuk berpositif thinking bahwa lelaki yang berprofesi sebagai staf ahli perminyakan disalah satu perusahaan minyak asing itu banyak melakukan perjalanan dinas ke daerah pengeboran untuk mensupport tim di lapangan dalam memproduksi minyak mentah sesuai titik yang telah ditentukan.
Puncaknya ketika akhirnya mereka mempunyai waktu untuk bertemu Hind dihadapkan dengan kenyataan bahwa hubungan khusus yang mereka miliki tidak pernah terjadi dan Reza mengatakan bahwa lebih baik mereka jalan sendiri-sendiri sekarang. Lantas apa artinya pertemuan antar keluarga yang telah mereka lakukan jika selama ini ia dianggap berhalusinasi memiliki hubungan spesial dengan lelaki itu?
Ia ingat bagaimana perjuangan Reza untuk membuka hatinya untuk lelaki itu. Ketika ia sudah membuka hatinya, lelaki itu dengan entengnya meninggalkannya. Sejak itu demi menyembuhkan hatinya, ia menyibukkan diri dengan pekerjaannya dan setelah disadari dunianya yang sebelumnya berwarna berubah menjadi monochrome, hanya ada hitam dan putih serta abu-abu.
Setelah sekian lama ia sudah tidak perduli dengan hatinya, tiba-tiba seorang lelaki menyeruak masuk tanpa izinnya. Apakah ia akan tetap memberikannya kesempatan? Lantas jika ia terluka lagi bagaimana? Siapakah yang bisa menyembuhkannya sementara untuk menyembuhkan luka yang lama saja ia sampai menjadi pribadi yang tidak perduli dan dingin.
"Ya Allah, hanya kepada-Mu lah aku memohon ampunan dan petunjuk mengenai urusan hatiku ini," Air matanya mengalir di pipinya tanpa ia minta. Berharap bahwa ia mendapatkan petunjuk untuk bisa menjawab pertanyaan dari M.
***
Duhai cintaku, apa yang harus kulakukan agar rasa cinta yang menggelora ini dapat tersampaikan?
Rasanya dunia ini tak cukup menampungnya hingga terasa sesak di dada
Maukah kau ikut bersamaku terbang ke luar angkasa?
Agar tak ada ruang lagi yang membuat kita sesak dan kau bisa menerima segenap perasaanku
Perasaanku yang seperti Bom Waktu
Siap meledak kapan saja jika tak dapat tersampaikan kepadamu
Hind membaca Hexagram Story berisi puisi yang baru diposting M. Tangisnya pecah, ia yang masih berusaha menahan perasaannya yang mendadak meluap tak terkontrol untuk selalu memikirkan M akhirnya menyerah kalah. Ia pun membalas direct message dari M.
Wa'alaikumsalam M, bolehkah aku tahu nama panjangmu sehingga aku bisa memanggilmu dengan nama yang setulus hati berisi doa dan harapan yang diberikan oleh kedua orang tuamu?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments