Bab 19

Di pagi hari, Nara mendapatkan panggilan dari nomor yang tidak ia kenal, awalnya gadis itu mengabaikan panggilan tersebut namun setelah berulang kali nomor itu terus menghubungi nya Nara pun memutuskan untuk menerima panggilan itu.

Dalam hitungan menit ia berbincang dengan orang yang menghubunginya yang tak lain adalah Megan. Entah dari mana wanita itu mendapatkan nomor Nara yang pasti itu bukan hal yang sulit bagi Megan. Setelah mengakhiri panggilannya Nara kembali merias wajahnya agar terlihat sedikit lebih menarik dari biasanya.

Kali ini Nara tidak pergi ke tempat dimana biasanya ia memegang lap pel dan lap kaca. Dengan rasa percaya dirinya Nara melangkah melewati beberapa karyawan lainnya menuju ke ruangan Rey. Beberapa pasang mata terus menatap Nara yan masih tidak percaya bahwa itu adalah dia, begitu juga dengan Anggi yang begitu penasaran hal apa yang membuat Nara merubah penampilannya.

Secara diam-diam Anggi mengikuti Nara ke ruangan Rey, namun sayang ia tidak bisa menerobos masuk begitu saja hingga akhirnya Anggi memutuskan untuk menguping pembicaraan bara dan rey di dalam sana. Namun karena ruangan itu di pasang kedap suara jadi niat Anggi untuk menguping hanya sia-sia.

Tak lama, Nara kembali bersama dengan Rey ia membuka pintu hingga membuat Anggi hampir terjatuh karena wanita itu masih berdiri dan menempelkan telinganya telah di depan pintu.

"Kamu ngapain diam disitu?" Tanya Rey dengan nada bicara yang datar.

"Ah.. itu... Tadi aku ingin menemui mu tapi sepertinya kau sedang ada tamu." Sahut Anggi yang melirik Nara dengan sinis.

"Siapkan semua bahan untuk meeting hari ini dan cepatlah ke ruang meeting." Ucap Rey yang kemudian pergi dan di ikuti oleh Nara di belakangnya.

"Sepertinya ada yang aneh dengan gadis itu, kenapa dia bisa bersama Rey? Mana pakaiannya seperti itu lagu." Gumam Anggi.

Ia pun menuruti apa yang di katakan Rey tadi, Anggi pergi ke ruangannya dan mengambil beberapa berkas sebelum akhirnya ia masuk kedalam ruang meeting. Terlihat Nara yang berdiri tidak jauh dari posisi Rey tentu saja Anggi semakin di buat tanda tanya olehnya.

Meeting berlangsung seperti biasanya, disana Rey memberikan kesempatan untuk Nara menjelaskan pembahasan kali ini. Setelah belajar semalaman tanpa ragu Nara mulai mengeluarkan semua isi pemikiran nya yang langsung di sambut oleh tepukkan hangat dari semua yang ada disana.

Disaat itu juga Rey mengatakan bahwa mulai hari ini Nara telah di angkat menjadi asisten pribadinya yang akan mengurusi semua tentang nya. Sementara Desta hanya menjadi tangan kanan Rey.

Semua kembali ke pekerjaan nya masing-masing, merasa tidak terima dengan keputusan Rey, Anggi bergegas ke ruangan Rey untuk protes atas keputusannya. Di sana terlihat Nara yang berdiri di samping Rey sedang berdiskusi dengannya.

"Ada apa?" Tanpa melihat siapa yang datang Rey sudah mengetahui jika itu adalah Anggi.

"Aku ingin kita bicara berdua." Sahut Anggi yang duduk di depan Rey.

Pria itu memberikan isyarat pada Nara untuk meninggalkan mereka berdua sebentar, mengerti dengan situasi Nara pun bergegas keluar namun ia tidak pergi melainkan hanya menunggu di depan pintu.

"Apa-apaan kau ini? Bagaimana kau bisa mengangkat Nara menjadi asisten mu?!"

"Kau juga sudah tau kinerja nya seperti apa."

"Jika hanya presentase seperti itu semua orang juga bisa melakukannya, hanya dengan itu kami menjadikan dia asisten mu itu sangat tidak masuk akal!"

"Kecuali ada sesuatu diantara kamu dan dia." Sambung Anggi.

"Apa selama ini kau pernah melihat ku selingkuh hm?"

"Jangan jadi wanita bodoh, jika ingin melakukannya mungkin sudah dari dulu aku melakukan itu."

"Keluarlah jangan buang-buang waktu ku hanya untuk menanyakan hal yang tidak penting." Sambung Rey.

"Ck, yang benar saja kau mengusirku seperti itu." Gerutu Anggi yang kemudian melangkah keluar.

Di depan pintu, Nara tersenyum dan sedikit membungkuk menyapa Anggi namun bukan mendapatkan balasan yang sesuai, Anggi pergi begitu saja dengan raut wajah yang menunjukkan rasa tidak suka nya terhadap Nara. "Hayeuhh.. dia pikir cantik dengan wajah seperti itu?" Gumam Nara yang terus memperhatikan Anggi sampai tidak terlihat.

"Ekhem." Terdengar suara deheman dari belakang Nara, ia langsung menoleh ke belakang nya dan terlihat Rey yang berdiri tepat disana.

"Ehh pak suami.." Ucap Nara dengan cengengesan.

"Apa yang kau lihat sampai serius seperti itu?"

"Ohh itu... Bukan apa-apa." Sahut Nara menampakkan gigi rapi nya.

Rey kembali menarik tangan Nara dan mengajak nya kedalam, entah apa yang mereka lakukan biar itu menjadi urusan keduanya.

**

Sore hari sepulang kerja, Anggi mengajak Gaby untuk bertemu di tempat yang sudah biasa mereka kunjungi tanpa sepengetahuan Rey karena Anggi melarang Gaby untuk meminta izin pada suaminya. Setelah mereka bertemu, Anggi langsung menceritakan semua yang ia lihat dan ketahui mengenai Rey dan Nara.

"Jadi Nara gadis yang kamu maksud itu?" Tanya Gaby.

"Hm, kau mengenalnya?"

"Tentu, sudah beberapa kali aku bertemu dengan nya, dia gadis yang baik dan juga menyenangkan."

"Kalau gak salah dia salah satu office girl di kantor Rey kan?" Sambung Gaby.

"Itu benar, dan kau tau? Dia sekarang di angkat jadi asisten pribadi suami kamu."

"Ohh yaudah sih biarin aja bukankah itu lebih bagus? Lagian seperti nya pekerjaan itu lebih cocok untuknya daripada jadi office girl." Sahut Gaby dengan santai nya.

"Kau jangan terlalu polos Gaby bisa saja dia..."

"Udah lah kak, aku tau bagaimana sifat suami aku dan aku percaya dia sampai kapanpun." Gaby menyela ucapan Anggi dan menegaskan bahwa hanya dia yang paling mengerti suaminya.

Gaby tidak percaya dengan apa yang orang lain katakan meski itu kakak sepupunya sendiri sebelum ia membuktikan dengan mata kepalanya sendiri. Tentu saja sifat Gaby membuat Anggi merasa geram sendiri, ia menghela nafas nya dengan cukup kesal.

Tidak seperti biasanya Rey pulang lebih awal, namun ia tidak bisa menemukan sosok Gaby di dalam rumah. Rey bertanya pada asisten rumah tangga nya mengenai kemana istrinya pergi, tapi tidak ada yang tahu kemana Gaby pergi. Rey mencoba menghubungi Gaby namun tidak ada jawaban sama sekali, pesan yang di kirim pun tidak di balas nya.

Rasa cemas kini mulai menghampiri Rey, tidak seperti biasanya ia pergi tanpa meminta izin terlebih dulu. Biasanya kemana Gaby akan pergi selalu meminta izin kecuali ketika datang ke perusahaan. Rey kembali mengambil kunci mobilnya dan bergegas keluar untuk mencari istrinya.

Tempat yang pertama ia datangi adalah rumah utama karena kemungkinan besar Megan meminta Gaby untuk berkunjung ke rumahnya. Namun setelah sampai di rumah utama Rey tidak menemukan dia disana, alih-alih menanyakan apa yang terjadi pada Gaby, Megan malah menanyakan kabar Nara. Sungguh aneh bukan? Tentu hal itu juga membuat Rey mengerutkan sedikit alis nya.

"Untuk apa mama bertanya soal Nara? Bukankah belum lama ini kalian sudah bertemu?"

"Bukan apa-apa, lupakan lah."

"Apa kamu sudah mencari Gaby ke rumah orangtuanya?"

"Mama lupa jika orangtuanya tidak tinggal disini?"

"Ahh iya kau benar, mama sampai lupa akan hal itu."

"Ada masalah apa antara kamu dan dia sampai Gaby meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan mu?" Tanya Antonio yang datang menghampiri Rey.

"Kita gak ada masalah apa-apa, mungkin dia lagi jalan-jalan keluar, yaudah aku pamit dulu." Sahut Rey yang kembali keluar untuk mencari sosok istri nya.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!