Keesokan harinya Nara masih telentang di atas kasur empuknya mengingat kejadian kemarin mulai dari rumah sakit sampai di rumah nya bersama dengan Rey. Sungguh masih terasa seperti mimpi bagi Nara bisa melakukan first kiss nya bersama orang yang mungkin bisa di bilang sangat sulit untuk di gapai, tapi entah kenapa rasanya itu sangat mudah untuk Nara.
Ia meraba bibirnya yang di akhiri dengan senyuman, mengingat karena dirinya masih harus bekerja Nara pun segera beranjak dan masuk ke kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya dan memakai baju ia duduk di depan cermin untuk memoles sedikit wajahnya hanya makeup ala kadarnya yang Nara gunakan hingga terlihat cantik natural.
Tanpa melihat ponsel Nara langsung pergi meninggalkan rumah, dengan menggunakan sebuah bus akhirnya ia sampai di perusahaan. Nara segera mengganti baju seragam dan mulai bekerja seperti biasanya. Di tengah pekerjaannya seseorang memanggil Nara dan membawanya pergi ke tempat yang memang jarang di kunjungi karyawan lain.
"Bu Anggi kenapa membawa ku kesini?" Tanya Nara yang penasaran.
"Ada hubungan apa kamu dengan Rey?" Tanya Anggi yang langsung pada intinya.
"Aku sama pak Rey? Kita hanya sebatas atasan sama bawahan."
"Ck, gak usah bohong kamu! Kamu pikir aku anak kecil yang bisa kamu bohongi?!"
"Yaudah sih kalau ibu gak percaya, pekerjaaan ku masih banyak, permisi!"
Tidak terima dengan sikap Nara yang seolah menyepelekannya, Anggi menarik lengan Nara dengan cukup kencang hingga membuat gadis itu meringis.
"Asal kamu tau ya, Rey sudah punya Gaby yang jauh segalanya di banding kamu!"
"Itu sama sekali gak ada hubungannya sama aku." Sahut Nara yang kemudian pergi meninggalkan Anggi.
Setelah Nara kembali bekerja, ia di panggil oleh Dewi yang selaku atasannya. "Apa lagi ini?" Batin Nara yang kini telah di kumpulkan bersama dengan yang lainnya.
"Kalian tau kenapa saya mengumpulkan kalian semua disini?" Tanya Dewi dengan serius.
Semua menggelengkan kepalanya, karena benar mereka tidak mengetahui apa tujuan Dewi mengumpulkan semuanya. Dewi pun menjelaskan semuanya jika malam nanti akan di adakan gala dinner di aula perusahaan dan semua office girl/boy di haruskan untuk bekerja lembur sampai acara selesai nanti.
"Gila, baru sembuh udah harus lembur? Tapi gak papa sih jika harus bersama dengan Rey." Batin Nara tersenyum kecil.
"Inara!" Panggil Dewi.
"Ya?"
"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?"
"Tak apa."
"Ohh ya, khusus untuk kamu karena beberapa hari kemarin gak masuk hari ini saya tambah pekerjaan mu, bersihkan toilet karyawan pria."
"Loh mana bisa gitu? Aku kemarin gak masuk juga karena sakit, di tambah apa maksudnya aku harus membersihkan toilet pria? Itu sangat tidak masuk akal." Protes Nara karena tidak terima dengan perintah dari Dewi.
"Berani membantah apa kau sudah tidak ingin bekerja?!" Bentak Dewi.
"Apa kau ingin menjebak ku?" Tanya Nara yang entah bagaimana ia bisa berpikir seperti itu.
"Berani sekali kau ingin memfitnah ku!" Bentak Dewi kembali.
Nara menarik sudut bibirnya, ternyata benar tujuan Dewi yaitu ingin menjebak Nara agar dia di keluarkan dari perusahaan. Memang tidak sedikit yang tidak menyukai Nara karena di pandangan mereka Nara merupakan orang spesial bagi Rey.
Padahal selama bekerja Nara tidak pernah berduaan dengan dengan Rey hanya saja ia tidak pernah di marahi Rey ketika melakukan salah lain hal nya dengan yang lain selalu kena semprot ketika melakukan kesalahan walau itu hal kecil.
Di tempat lain, Gaby tengah sibuk memilih gaun untuk acara gala dinner dengan suami dan keluarga besarnya nanti. Bukan hanya seorang diri ia di temani nyonya Megan yang tak lain adalah mertuanya beberapa butik ternama mereka kunjungi namun tidak ada yang cocok sama sekali akhirnya Megan menghubungi desainer khusus untuk menjahit gaun yang akan di kenakan menantunya.
"Bagaimana dengan promil kamu?" Tanya Megan yang lagi-lagi menanyakan hal sensitif pada Gaby.
"Belum ada hasil apapun,"
"Mungkin memang belum saat nya, kamu yang sabar aja."
Gaby mengangguk menyahuti ucapan mama mertuanya itu.
**
Kling!
Notifikasi pesan masuk di ponsel Nara, di waktu istirahatnya ia menerima sebuah pesan yang tak lain adalah dari Rey. "Ke kedai sebrang sekarang." Begitulah isi dari pesan yang di kirim oleh Rey. Nara beranjak dari duduknya dan pamit pada Windy untuk pergi terlebih dulu.
Ya, Windy adalah satu-satunya teman yang Nara miliki di tempat kerjanya. Ohh tidak bukan hanya Windy tetapi juga ada Denis teman pria nya.
Sesampainya di kedai, Nara mencari sosok pria yang telah mengirim nya pesan. Sampai tatapannya terhenti pada meja yang berada di pojok sebelah kanan, dengan mengenakan masker Rey duduk seorang diri disana. Nara pun segera menghampiri pria itu dan duduk di depannya.
"Handsome." Ucap Nara mengedipkan sebelah matanya.
Pria itu terkekeh di buatnya, rasanya seperti kembali ke beberapa tahun yang lalu disaat ia masih berpacaran dengan Gaby. Namun beda nya Gaby tidak seberani dan sekuat Nara yang bisa melewati pahitnya hidup seorang diri.
"Kangen ya ngajak aku ketemu disini?" Ucap Nara kembali.
"Tidak, kau terlalu percaya diri mengatakan hal itu." Sahut Rey.
Nara langsung mengerucutkan bibir dan menopang dagunya hingga terlihat keimutannya. "Aku hanya bercanda, gak usah memasang wajah yang seperti itu." Ucap Rey mengacak rambut Nara dengan gemas.
"Kenapa kamu masuk kerja tanpa bilang pada ku terlebih dulu?"
"Karena jika terlalu lama aku gak masuk mungkin kau akan memotong gaji ku dan aku kelaparan lagi."
"Itu gak akan pernah terjadi, utamakan kesehatan mu."
"Dan kau tau? Kau telah membuat ku cemas dengan keadaan mu kemarin yang seperti itu."
"Uuhhh co cweet..." Ucap Nara dengan suara manja layaknya anak kecil.
Pertemuan mereka pun di akhiri dengan makan siang bersama. Di satu sisi Rey tersenyum bahagia bersama dengan Nara namun di sisi lain, Gaby yang datang secara diam-diam ke perusahaan untuk mencari sosok suaminya itu di ruangan nya. Tapi sayang Gaby tidak bisa menemukan keberadaan Rey disana.
Sekretaris serta asisten pribadi suaminya pun ia tanyai tapi tidak ada yang tahu dimana Rey saat ini. Sampai ia bertemu dengan Anggi dan mereka pun berbincang berdua di ruangan Anggi.
"Sore nanti kamu pulang lah lebih awal." Ucap Rey.
"Tidak, Bu Dewi menyuruhku untuk bekerja lembur sampai acara gala dinner nanti selesai."
"Siapa yang lebih penting? Aku atau Dewi?"
"Tapi Rey, jika aku tidak menurutinya aku bisa di pecat."
"Yang berhak memecat kamu cuma aku!"
"Terserah kau saja Marvin."
"Kau bilang apa?"
"Hehe.. bolehkan aku panggil kamu Marvin?"
"Sesukamu." Sahut Rey yang tersenyum dengan tulus.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments