Suasana club' malam itu cukuplah ramai, ada yang menikmati minumannya ada yang berjoget ria ada juga beberapa dari mereka yang sedang melayani para tamu yang haus akan sesuatu yang menggairahkan. Salah satunya adalah Nara yang di paksa untuk melayani seorang pria yang sudah berumur.
Nara duduk di salah satu sofa dengan minuman yang telah di siapkan di atas meja nya. Tentu saja pria hidung belang yang duduk di sampingnya itu tidak mau diam namun Nara selalu menepis setiap pergerakkan tangan pria yang ingin menyentuhnya itu.
"Dasar gadis ja.lang tidak tau malu! Aku disini sudah membayar mu dengan harga yang cukup mahal! Jika kau tidak ingin melayani ku akan ku laporkan pada bos mu!" Ucap pria tua itu pada Nara.
"Tch, bilang saja pada nya karena aku tidak pernah takut sedikitpun!" Sahut Nara yang langsung beranjak dan ingin meninggalkan tempat itu.
Namun lengannya berhasil di tahan oleh pria baj!ngan itu dan menarik Nara hingga gadis itu terduduk dan bersandar pada sofa. Dengan paksa pria itu memberikan minuman pada Nara yang telah di campuri oleh obat. Dalam sekejap obat dalam minuman yang telah di telan Nara langsung bereaksi walau hanya sedikit ia menelannya.
Rasa panas yang menjalar di setiap tubuhnya tidak bisa ia tahan serta perasaan yang tidak menentu membuat Nara tidak bisa mengendalikan diri nya. Pria itu menggendong Nara untuk masuk ke salah satu kamar dan menidurkan gadis itu di atas ranjang. Melihat Nara yang menggeliat seperti ulat membuat birahi si pria itu semakin bergejolak.
Nara mencengkeram sprei untuk menahan semuanya sebisa mungkin. Terlintas bayangan Rey dalam pikirannya saat ini, walau bukan Rey ia berharap seseorang bisa menolongnya saat ini.
"Enghhh~" lenguh Nara ketika jemari pria itu mulai menyentuh wajah Nara.
"Marvin ku mohon tolonglah aku." Batin Nara sambil merintih.
Braaakk!!
Pintu yang semula tertutup rapat dan terkunci kini terbuka lebar setelah Rey mendobraknya dalam sekali tendangan. Pria yang berada di atas Nara pun langsung menoleh ke belakang, terlihat amarah dari raut wajahnya karena Rey telah berani menganggu malam indahnya.
Beberapa bawahan Darwin menahan pria itu yang ingin memukul Rey. "Apa-apaan kalian ini?! Saya sudah membayar nya dengan uang yang cukup besar beraninya kalian memperlakukan saya seperti ini!" Bentak pria tua itu pada semua yang berada disana.
Rey membuka jas nya dan menutupi tubuh Nara karena bajunya telah berhasil di robek oleh pria mesum itu. "Marvin... Panas." Gumam Nara namun masih terdengar oleh pria yang kini telah menggendongnya.
"Maafkan saya tuan, saya tidak tau jika gadis itu adalah..." Belum sempat Darwin menyelesaikan bicara nya Rey telah menyela ucapan pria itu.
"Berani sekali lagi kau menemuinya ku pastikan hidup mu hancur!" Ucap Rey dengan tatapan tajam dan nada bicara yang begitu dingin.
Beberapa orang yang berada disana pun memberikan akses jalan untuk Rey. Siapa yang tidak tahu dengan jati diri Rey seorang Presdir sekaligus pewaris tunggal keluarga Algara. "Sial, beraninya dia mempermainkan ku." Ucap Darwin yang menyalahkan ayah Nara.
**
"Darimana kamu semalam?" Tanya Gaby yang menyambut kedatangan Rey di pagi hari.
"Ada urusan yang harus aku selesaikan." Sahut Rey yang langsung masuk kedalam kamar untuk membersihkan dirinya dan mengganti baju.
Di dalam kamar setelah membersihkan dirinya Rey memasukan beberapa baju kedalam koper. Gaby yang melihat itu langsung menghampiri suaminya dan menanyakan kemana dia akan pergi. Rey hanya mengatakan kalau ia akan pergi selama beberapa hari untuk urusan pekerjaan.
"Kau akan meninggalkan aku disini sendiri?" Tanya Gaby.
"Hanya 1 Minggu, jika kamu merasa kesepian tinggal lah untuk sementara di rumah mama." Sahut Rey dengan sedikit dingin dan cuek. Ia melangkahkan kakinya dengan menarik koper menuju pintu.
"Tunggu Rey..." Panggil Gaby.
Rey menghentikan langkahnya dan kembali berbalik. Gaby yang memang tipikal wanita manja langsung memeluk Rey seolah ia tidak rela di tinggal pergi oleh suaminya itu.
"Nanti aku telfon setelah sampai." Ucap Rey mengecup pucuk kepala istrinya.
"Tapi kamu baru pulang, apa tidak bisa tinggal lebih lama di rumah?"
"Semuanya mendesak, gak ada waktu lagi." Sahut Rey meyakinkan istrinya.
Gaby pun mengantarkan suaminya sampai ke depan rumah, ia melambaikan tangannya di saat Rey mulai melajukan mobilnya.
"Astaga.. apa dia lupa dengan hari ini?" Ucap Gaby yang teringat jika hari ini adalah hari ulangtahun Antonio.
Di hari sebelumnya bahkan mereka telah mempersiapkan untuk surprise party ulangtahun papa nya namun bisa-bisanya Rey pergi begitu saja seolah ia lupa akan semuanya. Gaby pun memutuskan pergi ke sebuah mall untuk membeli kado papa mertuanya, dengan kebetulan di mall tersebut Gaby melihat Desta yang sedang berada di sebuah toko tempat Rey belanja.
Gadis itu menghampiri Desta dan menyapanya sampai pria itu sedikit kaget di buatnya. "Loh.. nyonya bos." Ucap Desta sambil celingak-celinguk melihat sisi samping kiri dan kanan Gaby.
"Kamu nyari siapa?" Tanya Gaby.
"Tidak."
"Ngapain disini?"
"Ohh ini, Rey menyuruhku membelikan sebuah barang."
"Perhiasan maksud kamu?"
"B-bukan, ini aku beli untuk istri ku." Sahut Desta yang sedikit gelagapan.
"Jadi Rey belum berangkat? Dimana dia?"
"Sudah, dia udah berangkat duluan karena aku masih ada urusan lainnya jadi kita berangkat terpisah." Jelas Desta.
Gaby hanya mengangguk percaya dengan apa yang di katakan asisten pribadi suaminya itu. Ia kembali melanjutkan tujuan utamanya sebelum pergi ke rumah utama.
Sesampainya Gaby di rumah utama dia yang hanya datang seorang diri langsung mendapatka pertanyaan dari Megan. "Rey mana? Kenapa kamu datang sendiri?" Tanya Megan yang menyambut menantunya itu dengan lembut.
"Rey pergi ke luar kota selama 1 Minggu, dia bilang ada pekerjaan yang harus di selesaikan nya."
"Ahh begitu, ya sudah untuk sementara waktu kamu tinggal lah disini sampai suami kamu pulang." Ucap Megan.
Malam hari pun tiba, surprise party yang di buat oleh Megan dan Gaby pun sukses membuat Antonio terharu. Namun ketika ia tidak melihat sosok putranya lagi-lagi mendapatkan pertanyaan yang sama yang di ajukan oleh Megan sebelumnya.
"Pergi ke luar kota untuk masalah pekerjaan?" Tanya Antonio.
"Benar pa, Rey bilang seperti itu." Sahut Gaby.
"Papa akan mencoba mengubungi nya, bisa-bisanya dia melupakan ulangtahun papa nya sendiri anak macam apa dia ini?" Gerutu Antonio.
Pria itu pun mengambil ponsel nya untuk menghubungi Rey dengan sebuah panggilan video. Tidak butuh menunggu waktu lama Rey langsung menerima panggilan tersebut, terlihat dirinya yang sedang istirahat di dalam sebuah kamar hotel dengan laptop yang menyala menunjukkan pekerjaannya hal itu pun berhasil membuat Antonio percaya dengan putra nya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments