Beberapa hari setelahnya, Nara tidak terlihat berkeliaran di perusahaan apa lagi menganggu Rey. Hari pertama pria itu menganggap mungkin Nara sibuk dengan pekerjaannya namun di hari kedua dan ketiga Rey tidak bisa berpikir seperti itu lagi.
Ia bergegas menuju tempat dimana seharusnya bara berada. Kebetulan sekali ia berpapasan dengan Dewi "Pak Rey, apa ada yang bisa di bantu?" Sapa Dewi. Tidak biasanya Rey datang langsung ke tempat itu jika memerlukan sesuatu pasti selalu melewati asistennya namun lain hal nya hari ini hingha jadi pembicaraan para karyawan lainnya.
"Dimana anak baru itu?"
"Apa yang di maksud bapak itu Nara?"
"Memangnya ada berapa yang baru bekerja disini?"
"Tidak ada, hanya gadis itu seorang."
"Nara sudah tiga hari ini gak masuk tanpa izin, terakhir dia meminta izin untuk pulang sedikit lebih awal dan sampai sekarang dia tidak masuk kerja. Apa saya perlu memecatnya?"
"Siapa kamu berani memecat karyawan saya?"
Dewi menunduk seraya meminta maaf pada Rey karena telah bicara seperti itu. Rey mencoba menghubungi Nara ketika sudah sampai di ruangan nya kembali namun tidak ada satupun panggilan yang di jawabnya. Beberapa pesan ia kirim masih tidak ada juga balasan bahkan pesan berupa ancaman pemecatan pun Rey kirimkan untuk memancing Nara tapi itu tidak berhasil.
"Kemana perginya kamu?" Gumam Rey yang memainkan kedua jarinya.
Sepintas Rey teringat dengan beberapa orang yang mengejar Nara malam itu, terlintas pikiran dalam benaknya jika Nara berhasil tertangkap dan kembali menjadi gadis bar. Tanpa menunggu lama lagi, Rey beranjak dari duduknya dan bergegas untuk mencari keberadaan Nara, tempat pertama yang di kunjungi nya adalah tempat tinggal Nara saat ini.
Tiga kali Rey mengetuk pintu masih tidak ada sahutan dari dalam akhirnya ia berniat untuk mendobrak pintu rumah itu namun kebetulan pintu nya tidak terkunci. Rey bergegas masuk ke dalam, terlihat beberapa sampah berserakan di atas meja serta rumah yang berantakan.
Ia memanggil Nara berulang kali namun masih tidak ada jawaban, hanya tersisa satu ruangan yang belum Rey datangi yaitu sebuah kamar. Ia pun segera masuk membuka pintu kamar Nara dan betapa terkejutnya Rey ketika melihat seorang gadis yang sedang meringkuk terlihat kesakitan.
"Astaga Nara!" Seru Rey yang langsung menghampiri Nara.
Gadis itu kini terkapar lemah dengan keringat dingin yang bercucuran di wajahnya. "Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa seperti ini?" Ucap Rey sedikit memarahi Nara. Namun karena tidak ada asupan yang cukup banyak Nara mampu untuk bicara menjelaskan apa yang terjadi dengannya. Ia hanya memegang perutnya sambil merintih.
Rey langsung menggendong Nara dan segera membawanya ke rumah sakit. Tidak perduli jika yang mengobatinya itu dokter pribadi keluarga nya yang terpenting saat ini nara harus baik-baik saja seperti biasanya.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Rey ketika dokter keluar dari ruangan.
"Siapa gadis itu?" Tanya balik dokter itu yang usianya tidak beda jauh dengan Rey.
"Jawab pertanyaan ku dan katakan kalau dia baik-baik saja."
"Kenapa kau begitu mencemaskan nya?"
"Theo!" Bentak Rey.
"Baiklah, beruntung kau membawanya tepat waktu, jika telat sedikit saja mungkin keadaannya akan sangat fatal, kurang dari 30 menit mungkin dia akan siuman."
Akhirnya Rey menghela nafasnya dengan lega. Lagi-lagi Theo menanyakan tentang siapa gadis yang di bawa Rey itu hingga membuat Rey tersadar akan rasa khawatirnya terhadap Nara yang begitu besar.
"Dia bukan istri mu kenapa kau secemas itu?"
"Dia... Dia hanya karyawan ku."
"Gak yakin jika hanya karyawan biasa."
Rey mengalihkan tatapannya menatap dua bola mata Theo dengan tajam, hal itu membuat Theo mengerti dengan isi kepala Rey saat ini. "Diam atau ku pecat kau dari keluarga Algara!" Ucap Rey dengan penuh penekanan dan keseriusan. Ia pun bergegas masuk untuk memastikan keadaan Nara saat ini.
Semetara dengan pria yang masih berdiri di luar terkadang ia tidak habis pikir dengan apa yang di lakukan Rey karena tindakannya kali ini sangat beresiko tinggi. Walau tidak ada hubungan dari keduanya tetapi itu lah yang saat ini di lihat oleh Theo. "Udah punya istri yang cantik dan juga baik masih saja ingin bermain api." Gumam. Theo yang kemudian meninggalkan ruangan perawatan Nara.
Benar yang di ucapkan oleh dokter itu, kurang dari 30 menit Nara telah siuman, orang yang pertama di lihatnya yaitu Rey yang senantiasa menjaga nya. "Bagaimana keadaan mu?" Tanya Rey dengan suara yang begitu lembut seolah ia sedang memperhatikan istirnya.
"Apa kau yang membawa ku kesini?" Tanya balik Nara.
"Jika bukan aku laku siapa? Apa kau sedang mencoba melakukan uji bunuh diri hah?"
"Semua ini juga gara-gara kamu tau gak? Karena waktu itu kamu gak ada di ruangan mu aku jadi kelaparan." Sahut Nara yang sedikit nyerocos.
"Kelaparan gara-gara aku kok bisa?"
"Haishh..." Nara mendengus kesal namun tetap manja seperti ia sedang bermanja pada pasangannya.
"Hari itu uang ku habis untuk membayar taksi karena takut terlambat dan aku berniat untuk meminjam uang pada mu tapi kau tidak berada di tempat akhirnya aku seperti ini." Jelas Nara.
"Dasar bodoh! Kau bisa menghubungi ku apa kau tidak pernah berpikiran kesana hah?"
"Aku tau tapi aku takut mengganggu mu." Nara mengecilkan suaranya di akhir kata.
"Sekarang makanlah yang banyak, jangan sampai kejadian ini terulang lagi.
"Aku mau pulang, tinggal disini pasti membutuhkan biaya yang cukup banyak."
"Kau tidak perlu mencemaskan itu, biar aku yang mengurusnya."
"Kamu gak akan memotong gaji ku kan?"
"Bawel!" Ucap Rey yang mengambil sebuah mangkuk berisi bubur.
Pria itu kemudian menyuruh Nara untuk membuka mulutnya, ia berniat untuk menyuapi Nara namun sempat gadis itu tolak dengan alasan ia tidak mau makan bubur. "Bubur rumah sakit gak enak, aku mau yang lain." Ucap Nara. Alih-alih menuruti kemauan gadis itu, Rey malah memaksa Nara untuk memakan makanan yang ada saat ini.
"Dasar bos pemaksa." Gumam Nara sambil mengunyah makanannya.
Di tengah sedang menyuapi Nara, ponsel Rey tiba-tiba berdering sebuah panggilan dari Gaby yang meminta izin untuk pergi bersama dengan teman-teman nya ke sebuah acara yang dimana dihadiri oleh para kaum sosialita kelas atas. Setelah mendapatkan izin Gaby memutuskan panggilannya begitu saja tanpa bertanya keberadaan Rey saat ini karena yang ia tahu di jam segini Rey masih sibuk dengan pekerjaannya. Selesai dengan obrolannya Rey kembali menghampiri Nara dan duduk di sampingnya.
"Apa itu istri mu?" Tanya Nara dengan tiba-tiba dan raut wajah yang serius.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
❥︎𝐦𝐢𝐧🐱{Hyura🐺}❀シ︎
Nara pelakor sih, tapi aku mendukungmu eonni😌
2023-04-10
0
❥𝐌𝐢𝐧𝐉𝐮𝐧𝐠 𝐓𝐮𝐩𝐚𝐢🐿~•
cieee mulai bucin 🙄
2023-04-05
1