Bab 6

Pagi hari suasana di kantor sudah mulai ramai oleh aktivitas semua karyawan. Ohh tidak, hampir semua karena masih ada beberapa yang di luar sana termasuk Nara yang saat ini masih menunggu bus di sebuah halte.

"Tumben, kenapa lama sekali? Jika seperti ini aku bisa telat datang ke perusahaan." Ucapnya yang menatap jam tangan.

Nara pun akhirnya memutuskan untuk memberhentikan sebuah taksi dengan uang yang tersisa saat ini ia rela mengambil resiko demi cepat sampai ke perusahaan. Untuk menyesuaikan dengan uang yang ia punya saat ini akhirnya Nara memutuskan untuk berhenti di tengah jalan.

"Sial, aku kira dengan uang segitu bakal cukup untuk sampai ke kantor ternyata sisa nya masih harus berlari." Gerutu gadis itu yang kini sedang berlari melewati setiap gang.

Akhirnya Nara sampai ke perusahaan dengan nafas yang tersengal-sengal. Tanpa peduli ia masuk kedalam lift yang hanya boleh di gunakan oleh karyawan khusus tidak termasuk para cleaning service. Setelah sampai di ruangannya Nara segera mengganti bajunya dan siap untuk bekerja.

Tapi tidak semudah itu, karena keterlambatan nya yang cukup lama Nara harus mendengar ceramah dari pengawasnya. Malas membuat ulah gadis itu hanya menunduk dan berjanji untuk tidak mengulangi nya lagi namun bukan malah berhenti, orang itu malah membentak Nara habis-habisan.

Nara mencoba menahan amarahnya sebisa mungkin, kemudian ia pergi ke ruang meeting atas suruhan atasannya itu untuk menuangkan air mineral ke semua gelas yang sudah berada disana. Setelah mengetuk pintu Nara kemudian masuk dan membungkuk untuk memberi hormat pada orang yang berada di sana termasuk Rey yang memimpin meeting tersebut.

Satu per satu gelas yang kosong ia isi dengan penuh kehati-hatian sampai salah satu dari mereka sengaja menyenggol tangan Nara dan membuat air yang di tuangkan nya itu tumpah mengenai baju nya.

"Ck, gimana sih kamu?! Bisa kerja gak?!" Bentak seorang wanita yang membersihkan baju nya.

"Maaf Bu, tapi tadi ibu yang menyenggol tangan saya."

"Berani kamu memfitnah ku hah?!"

"Tapi saya tidak..."

"Diam!" Ucap Rey dengan begitu tegas.

Baru kali ini Nara melihat raut wajah Rey yang begitu serius dan menyeramkan tapi ia tetap memberanikan diri untuk menatap pria yang berdiri cukup jauh dari posisinya saat ini.

"Nara keluarlah dan kau Anggi!"

"Gak seharusnya kau membentak dia seperti itu, bahkan aku sendiri juga tau kalau kamu yang menyenggol tangan Nara!" Sambung Rey.

"Meeting kali ini cukup sampai disini!" Rey beranjak dari posisinya dan pergi meninggalkan ruangan itu yang di ikuti oleh asisten pribadinya.

Seketika kejadian itu menjadi perbincangan hangat para karyawan pasalnya baru kali ini Rey membentak Anggi yang tak lain adalah partner kerja nya selama ini atau bisa di bilang Anggi adalah salah satu teman dekat Rey. "Siapa gadis itu sebenarnya? Bisa-bisanya Rey membentak ku seperti itu di depan semua kepala divisi." Batin Anggi yang begitu penasaran dengan sosok Nara.

Tok tok. . .

"Masuk."

Anggi melangkahkan kaki nya masuk ke ruangan Rey. Di lihatnya seorang pria yang tengah sibuk dengan beberapa berkas di depannya. Tanpa permisi Anggi langsung duduk di depan Rey dengan kedua kaki yang menyilang ia menatap pria itu sejenak sebelum memulai pembicaraannya.

"Ada perlu apa?" Tanya Rey yang tanpa melihat pun dia sudah mengetahui jika itu adalah Anggi karena bisa di kenali dari wangi parfumnya.

"Setelah sekian lama, baru kali ini kamu berani membentak ku, apa kau kenal baik dengan gadis itu?" Tanya Anggi tanpa basa-basi.

"Tidak." Sahut pria itu singkat.

"Ingat Rey, kamu sudah memilki Gaby jangan kamu sakiti orang yang selama ini mencintai mu dengan tulus terlebih dia hanya seorang gadis biasa yang tak layak untuk mu."

Rey menutup berkasnya dengan cukup kencang hingga menimbulkan suara, ia menatap Anggi dengan sorot mata yang tajam yang mungkin sudah bisa di artinya jika ia tidak ingin urusannya di ikut campuri oleh orang lain.

"Keluar dari ruangan ku dan jangan pernah sok tau mengenai kehidupan ku!"

"Akan ku awasi kamu untuk Gaby!" Ucap Anggi yang kemudian keluar meninggalkan ruangan Rey.

Rey memijat pelipisnya bingung sendiri dengan apa yang telah ia lakukan, memang tidak seharusnya ia berbuat seperti tadi apalagi sampai memarahi Anggi di depan semua orang. Namun ia selalu refleks ketika melihat Nara tersudutkan. Perasaan macam apa ini? Rey sendiri bahkan sulit untuk menafsirkan nya.

Sementara di jam istirahat nya Nara terlihat sedang bersama dengan seorang pria yang merupakan teman kerjanya. "Kamu sabar ya? Sifat dia memang seperti itu jangan terlalu di ambil hati." Ucap Denis. Nara mengerutkan keningnya ia tidak mengerti dengan yang di maksud Denis itu siapa? Karena dalam satu hari ini sudah dua kali ia melakukan kesalahan. Ohh tidak, hanya satu karena yang satu jelas bukan kesalahannya.

"Siapa yang kau maksud?" Tanya Nara.

"Bu Dewi si kepala paling sok." Sahut Denis yang membicarakan atasannya.

"Ohh dia, biasa aja sih." Sahut Nara.

"Mau makan bareng? Di depan sana ada kedai yang terkenal masakannya enak kau mau coba?" Ajak Denis.

Nara mengangguk "ay...-ehh enggak deh, aku masih kenyang duluan ya masih ada kerjaan yang belum selesai." Sahut Nara ya g langsung beranjak meninggalkan Denis begitu saja.

Bukan karena perutnya yang masih kenyang melainkan karena Nara tahu uang nya kini sudah terkuras habis, mungkin masih ada beberapa lembar yang tersisa yang hanya bisa untuk membeli minum. Nara pergi menuju pantry untuk mengambil minum, mungkin dengan minum saja sudah bisa membuat perutnya kenyang.

Nara melanjutkan pekerjaannya meski itu masih di jam istirahat. "Apa aku bilang aja kali ya sama dia? Biar nanti gaji ku yang di potong." Gumam Nara di sela-sela pekerjaan nya. Ya, karena perutnya mulai sakit akhirnya gadis itu pergi menuju ruangan Rey untuk meminta bantuannya lagi.

Dua kali pintu di ketuk namun masih tidak ada sahutan akhirnya Nara menerobos masuk tanpa izin dari si pemilik ruangan. Tidak ada satu orang pun yang berada disana, gadis itu menghela nafas nya lemas harapan dia satu-satunya tidak berada di tempat.

"Oke baiklah Inara mungkin ini takdir mu untuk tidak makan sampai waktu nya gajian. Huaaaahhhh... Andai aku bisa menemukan mama."

"Tapi itu juga kalau di akui, kalau tidak mungkin aku emang di takdirkan untuk jadi gadis yang malang." Sambung Nara bergumam.

"Haishhh... Kenapa dengan lambung ku? Biasanya selalu baik-baik saja. Please ya lambung mohon kerjasamanya jangan rewel kayak gini." Ucap Nara yang memegang perutnya.

Nara pun kembali ke luar dan kembali ke tempat dimana seharusnya dia berada. Dengan wajah yang mulai pucat, Nara meminta izin untuk pulang lebih awal pada Dewi yang selaku atasannya. Setelah mendapatkan izin Nara pun langsung meninggalkan perusahaan dan kembali ke rumah dengan berjalan kaki.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!