"Bukan nya hari ini kamu sudah mulai bekerja di rumah sakit, kenapa tidak bersiap-siap pergi?" Tanya Farhan sambil mengenakan dasi nya, ia melirik sekilas Kania yang duduk di tepi tempat tidur dengan terus menatap nya.
"Mas, andai saja bisa aku lepas semua mimpi ku yang ingin menjadi dokter, dengan tinggal di rumah mengurus segala kebutuhan mu agar Mas tidak membawa wanita lain masuk ke rumah ini tinggal bersama kita." Ucap Kania dengan lirih.
Farhan tersenyum hambar mendengar ucapan Kania. Ia berbalik lalu melangkah mendekati istrinya itu.
"Sebenarnya aku ingin menceraikan Nada tapi dia tidak mau, dan setelah kamu membuat aku kecewa aku pikir memang sebaiknya aku dan Nada tidak bercerai. Kamu silahkan nikmati hasil dari kerja keras mu selama tiga tahun di luar negeri dan tidak perlu mencemaskan aku karena Nada bisa mengurus segala keperluan ku tanpa aku perintah." Ujar Farhan.
Kania langsung menundukkan kepalanya. Andai saja ia bisa menjaga diri saat masih diluar negeri, ini semua tidak akan terjadi padanya. Kini ia harus menerima kenyataan bahwa dirinya bukan suatu istri Farhan.
"Aku mau berangkat ke kantor, dan kau bisa berangkat sendiri kan ke rumah sakit?"
Kania mengangguk.
"Oh ya, sepulang dari kantor aku akan langsung menjemput Nada." Ujar Farhan lagi.
Dan Kania lagi-lagi hanya bisa mengangguk.
.
.
.
Menjelang sore hari...
Usai merapikan semua berkas yang tercecer di atas meja kerjanya Farhan bergegas keluar dari ruangannya. Ia melangkah cepat keluar dari bangunan berlantai itu menuju parkiran, rasanya sudah tak sabar ingin segera sampai ke rumah mamanya.
Farhan sadar bahwa beberapa hari ini ia bukan hanya merindukan mamanya saja tetapi ternyata dirinya juga merindukan sosok Nada. Senyum manis Nada seakan terlintas di pelupuk matanya membuatnya tanpa sadar juga tersenyum.
Sesampainya di rumah mama sarah, senyum Farhan semakin mengembang kala melihat motor Nada di teras yang artinya istrinya itu sedang berada di rumah.
Beberapa kali Farhan menggosok-gosok kedua telapak tangan lalu menekan bel. Tak lama kemudian pada pun terbuka, Bi Ida sang asisten rumah tangga menyambut putra majikannya itu dengan tersenyum ramah.
"Ayo masuk, Den, Ibu lagi ada di kamarnya." Ujar BI Ida sambil membuka lebar-lebar daun pintu.
Farhan hanya mengangguk sambil tersenyum tipis bak seorang tamu, lalu dengan langkah pelan mengikuti langkah BI Ida masuk kedalam rumah.
"Oh ya, Bi, Nada ada kan di kamarnya?" Tanya Farhan.
Bi Ida menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Farhan.
"Loh, Den Farhan gak tahu ya kalau Si Eneng pergi?" Ujar BI Ida. Eneng adalah panggilan sayangnya kepada Nada karena ia juga turut merawat Nada sedari kecil.
Farhan mengerutkan keningnya mendengar ucapan BI Ida, bahkan kedua alis tebalnya hampir menyatu.
"Pergi, pergi kemana Bi?" Tanya Farhan, rasa cemas mulai melanda nya. Ia bertanya-tanya dalam hati kemana Nada pergi tanpa memberitahunya.
"Bibi sih juga kurang tahu, Den, tapi yang Bibi lihat kemarin itu Neng Nada bawa koper besar dan perginya diantar sama Den Alfan." Ujar BI Ida dengan jujur, ia memang tidak tahu Nada pergi kemana karena majikannya tidak mau memberitahu saat ia bertanya.
Perasaan Farhan semakin tak karuan mendengar penuturan Bi Ida, lantas bergegas ia berlari menaiki anak tangga menuju kamar mamanya.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Farhan langsung saja membuka pintu kamar mamanya kemudian masuk begitu saja.
Mama Sarah yang sedang duduk menghadap jendela tak terkejut dengan kedatangan Farhan yang tiba-tiba, karena ia sudah menduga Farhan pasti akan datang.
"Mama kira kamu lupa dengan rumah ini?" Ujar mama Sarah menyindir.
Namun, Farhan sama sekali tidak memperdulikan sindiran mamanya itu, yang ada dalam pikirannya sekarang hanyalah Nada yang katanya pergi bersama Alfan.
"Ma, BI Ida bilang Nada pergi, dia pergi kemana, Ma, kenapa tidak memberitahu aku?"
"Memangnya kamu siapa, sehingga Nada harus izin sama kamu kemana dia mau pergi?" Tukas mama Sarah dengan sinis.
"Aku suaminya, Ma, seharusnya dia memberitahu aku kalau mau pergi. Gak bisa seenaknya main pergi-pergi aja, apalagi perginya sama Alfan."
Mama Sarah tersenyum kecut mendengar ucapan Farhan, menurutnya putranya itu sudah tidak waras lagi. Bukankah dia sendiri yang ingin menceraikan Nada, lalu kenapa sekarang terlihat sewot setelah tahu Nada pergi dan itu bersama Alfan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
caca
nada sudah pergi jauh wkk 🤣
2024-05-27
1
guntur 1609
bodat kau. emang kau gak sadar. kau sendiri yg gak anggap nada iatrimu melinkan adiknu. setan
2024-04-05
1
guntur 1609
kepedean kau mampus kau. sdh tahu kau dikecewakan kania. baru ingat iatrimu
2024-04-05
0