Benar perkiraan Nada, jika Farhan tidak akan bisa menghadiri undangan makan malam dari Alfan.
Baru saja Nada menelpon suaminya, dan Farhan mengatakan mungkin malam ini ia akan pulang larut karena akan ikut berkumpul bersama keluarga Kania untuk merayakan kepulangan kekasihnya itu. Farhan juga meminta istrinya untuk tetap menghadiri undangan Alfan meski tanpa dirinya.
Di balkon kamar, Nada berdiri sambil menatap hamparan langit yang nampak mendung. Seperti hatinya yang saat ini terasa suram.
Namun, ingatlah, di balik awan yang hitam selalu ada matahari. Langit kelabu hanyalah awan yang lewat. Meskipun mendung, langit biru akan tetap ada. Awan hitam tidak selalu diam di tempat. Semua akan segera berlalu. Begitulah keyakinan Nada, ia yakin suatu hari nanti kesuraman yang dirasakan hari ini akan segera berlalu tergantikan dengan keindahan. Karena tidak ada awan gelap yang bisa selamanya mencegah matahari bersinar.
Melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya waktu menunjukkan sudah hampir mendekati magrib, Nada pun berbalik lalu melangkah memasuki kamar.
Beberapa saat kemudian usai melaksanakan shalat magrib, Nada membuka lemari dan menatap satu persatu deretan pakaiannya. Seperti yang dikatakan Farhan jika ia tetap harus menghadiri undangan Alfan maka sekarang ia akan bersiap-siap untuk pergi.
Setelah mengambil sebuah gamis berwarna biru Dongker beserta hijabnya, Nada lantas bergegas mengganti pakaiannya.
.
.
.
Di kediaman keluarga Kania, suasana begitu haru. Tak hanya keluarga Kania yang merasa bahagia atas kepulangan Kania dengan membawa gelar sarjana kedokteran. Farhan pun tak kalah bahagianya, setelah tiga tahun terpisah dengan sang kekasih malam ini rasanya ia tak ingin berpisah lagi.
"Kamu makin cantik aja tinggal di luar Negeri," puji Farhan yang membuat kekasihnya itu merona malu.
"Kamu juga makin tampan, Mas, badan Kamu juga kelihatannya lebih berisi ya?" Kania memperhatikan tubuh Farhan yang memang tampak berisi dari sebelum ia tinggal ke luar negeri.
Farhan hanya tersenyum tipis. Berat badannya memang bertambah dan ia tahu penyebabnya adalah karena masakan Nada yang sudah menjadi candu baginya, terlebih selama satu bulan ini perutnya selalu termanjakan dengan setiap makanan yang dihidangkan istrinya itu. Ia memang irit bicara dengan Nada, namun ia tidak bisa menolak makanan apapun yang Nada buatkan untuknya.
.
.
.
Sementara itu Nada pun telah sampai di restoran Alfan.
Key yang memang sudah menunggu langsung berlari menghampiri begitu melihat Nada telah datang. Senyum lebar terukir di wajah imutnya melihat penampilan Nada malam ini yang sangat terlihat cantik, ia seperti melihat sosok almarhumah bundanya pada diri Nada.
Gadis kecil itu menarik tangan Nada dengan begitu bersemangat masuk kedalam restoran tanpa menanyakan kehadiran Farhan yang tak terlihat olehnya. Malah bagus menurut Key jika om nya itu tidak datang, jadi ia bisa lebih leluasa bersama Nada.
"Loh kok kamu sendirian, Farhan nya mana?" Tanya Alfan.
"Mas Farhan meminta maaf karena tidak bisa datang, Mas Farhan lagi ada lembur malam ini." Jawab Nada berbohong, padahal Farhan sama sekali tidak memintanya untuk berbohong. Namun, tidak mungkin juga ia mengatakan jika suaminya sedang bersama wanita lain.
Alfan mengangguk pelan tanda mengerti, kemudian ia mengajak putrinya dan juga istri dari adik sepupunya itu menuju sebuah ruangan khusus yang sudah ia persiapkan atas permintaan putrinya.
Tanpa Alfan dan Nada lihat, Key tersenyum puas karena tanpa Farhan malam ini hingga beberapa jam ke depan Nada adalah miliknya.
Bila orang asing yang melihat pasti akan mengira jika Nada dan Alfan adalah pasangan suami istri dan Key adalah putri mereka. Terlebih Key menggenggam masing-masing tangan keduanya bagaikan ayah dan bundanya.
.....
Malam semakin larut, Nada pun berpamitan pulang. Meski beberapa saat lalu ia tertawa atas tingkah konyol Key yang begitu lucu, namun tetap saja hatinya merasa gundah memikirkan suaminya yang saat ini pasti sedang berbahagia bersama kekasihnya.
Alfan dan Key mengantarkan Nada sampai ke pelataran restoran. Alfan mengusap pundak putrinya yang nampak tak rela jika Nada pulang.
Sampai motor Nada telah melaju meninggalkan pelataran restoran, Key masih terus menatapnya dengan sendu.
"Yah, Tante Nada cantik ya kayak Bunda, sama solehah nya lagi." Ucap Key dengan lirih.
Alfan pun merendahkan tubuhnya sejajar dengan putrinya, "Key kangen sama Bunda? Ya udah, besok sepulang sekolah kita sama-sama ziarah ke makam Bunda ya."
Key mengangguk, "Coba aja Tante Nada belum jadi Istrinya Om Farhan..."
Alfan langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir Key sambil menggeleng pelan. "Gak boleh ngomong gitu, Key. Selama ini kan Tante Nada juga menyayangi Key sama seperti Bunda." Alfan tersenyum samar, tidak sekali Key mengatakan ingin menjadikan Nada sebagai bundanya. Namun, sayangnya almarhum papanya Farhan sudah lebih dulu meminta Farhan menikahi Nada. Seandainya saja tidak ada amanah yang diberikan kepada Farhan, mungkin ia sudah mewujudkan keinginan Key yang ingin menjadikan Nada sebagai bundanya.
Di sisi lain Farhan pun berpamitan pulang pada Kania. Senyum tak lepas menghiasi wajah Farhan hingga masuk kedalam mobilnya, beberapa saat lalu ia sudah berbicara dengan keluarga Kania jika mereka akan menikah dalam waktu dekat dan keluarga Kania menyetujuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Amora
tersapu oleh angin berlalu 🤭
2024-04-02
1
revinurinsani
agak oon aja engga mau pisah sama lelaki yang emng ga suka sama nada...duh nada masih aja dipertahanin
2023-11-12
3
yani suko
kok om ?
2023-09-14
1