Menikah dengan laki-laki yang dicintai adalah impian setiap wanita, apalagi hidup bahagia menjalani sebuah rumah tangga yang harmonis penuh cinta dan kasih sayang.
Namun, semua kalimat itu terlampau jauh dari apa yang dijalani oleh Nada dalam menjalani rumah tangganya bersama Farhan hingga tak terasa waktu satu bulan telah terlewati.
Tidak ada yang berubah pada Farhan, meski tidur diatas ranjang yang sama tetapi hingga saat ini Farhan masih mempertahankan diri untuk tidak menyentuh Nada yang jelas telah dihalalkan untuknya. Sikapnya pun begitu dingin kepada Nada, mengajak istirnya itu berbicara jika hanya ada yang penting saja. Selebihnya Nada lah yang selalu mengajak suaminya berbicara dan hanya dijawab dengan kalimat singkat seperti 'iya' dan 'tidak'.
"Nada, besok Kania akan pulang dari luar Negeri," ucap Farhan tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponselnya.
Nada yang sedang menyajikan makanan kedalam piring suaminya itu tersenyum tipis, namun hatinya terasa tersentil. "Mas, kita makan dulu, nanti baru kita bicara." Ujarnya.
Farhan mengangguk pelan, ia meletakkan ponselnya lalu meraih piring yang telah terisi dengan makanan ke hadapannya. Ia menikmati suapan demi suapan yang masuk kedalam mulutnya, jika boleh jujur ia akan merindukan masakan Nada nantinya setelah mereka berpisah dan menikah dengan Kania.
Di sisi kirinya, Nada pun memulai makan dalam diam. Tidak seperti biasanya yang sesekali akan mengajak Farhan berbicara dalam hal apapun untuk menarik perhatian suaminya. Namun, hari ini itu tidak ia lakukan, hati dan pikirannya seakan tidak sejalan. Fokusnya terus tertuju pada Kania, kekasih suaminya itu akan kembali, dan itu artinya perannya sebagai istri Farhan juga akan berakhir.
"Mas, sepertinya aku berubah pikiran." Ujar Nada, sesaat setelah meneguk air putih sebanyak tiga kali. Pagi ini ia hanya makan sedikit karena tiba-tiba saja kehilangan selera makannya.
"Berubah pikiran, apa maksudnya?" Tanya Farhan.
"Mas, aku tidak mau kita berpisah. Biarkan aku tetap menjadi Istri Mas Farhan, sama seperti Kania."
"Maksudmu, kau menerima dipoligami?"
Nada mengangguk.
"Tidak Nada, aku tidak bisa melakukan itu. Kania pasti tidak akan mau jadi Istri kedua dan aku juga tidak mau jika Kania sampai membatalkan rencana pernikahan kami, hanya karena kamu."
Nada terdiam sejenak...
"Baiklah, kalau itu masalahnya maka jangan katakan apapun pada Kania. Sejak kecil kita berdua dibesarkan bersama, kita adalah Kakak dan Adik jadi biarlah Kania berpikir bahwa aku adalah Adiknya Mas Farhan." Ujar Nada, meski hatinya benar-benar pilu, namun ia tetap berusaha terlihat tegar.
"Tapi itu tidak mungkin, Nada. Bagaimana aku bisa membagi waktuku, sementara Kania tidak akan tahu jika kau adalah Istriku juga. Jangan membuat Aku berada diposisi yang sulit."
"Aku tidak akan meminta Mas Farhan untuk adil dalam membagi waktu, meskipun dalam berpoligami berlaku adil adalah yang utama. Lagipula, apakah selama satu bulan ini kita menjalankan kewajiban kita sebagai Suami Istri? Tidak, Mas. Bukankah sejak awal Mas Farhan sudah berlaku tidak adil padaku."
Farhan menghela nafas berat, ini memang salahnya yang sudah membawa Nada kedalam hubungan pernikahan ini, namun ia sudah menawarkan perpisahan tetapi Nada sendiri yang tidak ingin berpisah.
"Baiklah jika itu mau mu, tapi jangan pernah salahkan aku jika kau merasa tersakiti atas ketidakadilan yang akan kau dapatkan. Kau juga yang harus menjelaskan pada Mama karena kau yang tidak ingin berpisah. Dan satu lagi, setelah aku dan Kania menikah kami akan tinggal disini dan kau harus pindah ke rumah Mama. Kita hanya akan bertemu jika aku dan Kania berkunjung ke rumah Mama, dan kita akan saling menyapa sebagai saudara dihadapan Kania, paham!"
"Iya, Mas." Jawab Nada seraya mengangguk pelan. Jika ditanya bagaimana perasaannya, tentu saja sakit. Namun, ia sendiri yang sudah memutuskan untuk bertahan.
Biarlah orang-orang menganggap dirinya bodoh dengan bertahan disisi Farhan yang sudah jelas membangun tembok pembatas dihari pernikahan mereka. Baginya, apa yang dilakukannya ini adalah bentuk baktinya sebagai istri serta ketulusan cintanya kepada sang suami.
Sejenak hening mengambil alih. Baik Farhan maupun Nada tak ada lagi yang bersuara, keduanya larut dalam pikiran masing-masing.
Hingga, Nada kembali membuka suara.
"Mas, Ini sudah hampir jam tujuh. Kita harus berangkat kerja." Nada bergegas merapikan bekas makannya dan sang suami tak lupa ia menyiapkan bekal untuk suaminya.
Di pelataran rumah, Nada mencium punggung tangan suaminya dengan takzim, sementara Farhan hanya bergeming tanpa membalas sekedar mengusap pucuk kepala istrinya saja.
Nada tersenyum getir. Sekali saja ia berharap Farhan mengecup keningnya seperti yang dilakukan pasangan suami istri pada umumnya, namun sayangnya itu hanya ada dalam angannya.
"Hati-hati dijalan, Mas." Ucap Nada seraya memberikan bekal suaminya.
"Kamu juga," balas Farhan acuh. Setelah masuk kedalam mobil ia segera melajukan mobilnya menuju sebuah perusahaan dimana dirinya menjabat sebagai manager.
Setelah mobil Farhan tak terlihat lagi, Nada pun melajukan motornya menuju sebuah sekolah dasar tempatnya mengajar selama sudah lebih dari lima tahun.
.
.
.
Hari beranjak siang, jam pelajaran pun telah usai. Di ambang pintu kelas, Nada berdiri mengabsen satu-persatu anak-anak didiknya keluar kelas hingga sampai ke murid terkahir yang memang sengaja selalu berdiri di barisan paling belakang.
"Tante Nada, Key numpang lagi ya?" ujar bocah perempuan yang berusia sembilan tahun itu sambil mengedipkan matanya.
"Siap cantik." Nada mencubit dengan gemas hidung bocah perempuan itu. Keysha Atalia namanya, anak dari kakak sepupu Farhan. Ibunya telah meninggal dunia tiga tahun lalu dikarenakan mengalami kecelakaan sepulang mengantar Key ke sekolah. Dan semenjak ibunya Key tidak ada, Nada lah yang selalu mengantar anak murid sekaligus keponakannya itu pulang sekolah.
"Tante, tapi kali ini anterin Key ke restoran aja ya, Key mau temenin Ayah kerja sampai pulang."
Nada mengangguk dengan antusias, kemudian ia menggenggam tangan Key menuju parkiran.
Sepanjang jalan, Key selalu memperhatikan Nada melalui kaca spion. Nada yang menyadari itu tersenyum pada Key yang dibonceng nya.
"Kenapa Key lihatin Tante terus?"
"Gak apa-apa, Key kangen aja sama Bunda. Tante Nada persis banget kayak Bunda, udah cantik Solehah lagi."
Nada hanya menanggapi dengan senyuman, bukan sekali Key mengatakan hal ini padanya. Setelah lima belas berkendara motor Nada telah terparkir di pelataran restoran.
"Ayah," teriak Key begitu turun dari motor.
Laki-laki yang diteriaki ayah itu mengalihkan perhatiannya pada asal suara yang sangat familiar di telinganya, ia tersenyum melihat putrinya melambaikan tangan.
Alfan namanya, kakak sepupu Farhan yang lebih tua dua tahun dari Farhan. Seorang duda beranak satu yang menjadi idola para pelayan wanita di restorannya. Alfan berpamitan pada lawan bicaranya lalu mengayun langkah menghampiri putrinya yang menyambutnya dengan senyuman.
"Kok tumben mampir ke Restoran? Biasanya langsung dianterin pulang sama Tante Nada." Ujar Alfan, melirik Nada sekilas yang berdiri disampingnya putrinya.
"Key mau temenin Ayah kerja sambil jagain Ayah dari Tante Tante genit itu." Key menunjuk kearah beberapa pelayan restoran yang kebetulan lewat. Pernah sekali Key berkunjung ke restoran bersama neneknya, ia mendengar beberapa pelayan restoran itu membicarakan ayahnya yang tampan dan ingin menggantikan istrinya yang telah meninggal. Dan Key tidak mau bundanya digantikan dengan perempuan yang sangat jauh berbeda dari sosok bundanya yang memiliki pemahaman agama yang tinggi.
"Ada-ada aja Kamu, Key." Alfan mengacak rambut putrinya dengan gemas.
"Yah, Key lapar nih makan yuk, ajak Tante Nada juga sekalian."
"Em, Key maaf ya Tante gak bisa sekarang, lain kali saja ya." Ujar Nada.
Key nampak kecewa. "Ya udah deh, tapi lain kali kita makan bareng ya Tante?"
"In Sha Allah, nanti Tante ajak Om Farhan juga sekalian."
Key hanya mengangguk pelan.
Nada pun berpamitan kepada ayah dan anak itu.
Dibawah teriknya matahari, Nada melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tujuannya bukanlah pulang ke rumah melainkan akan pergi ke rumah mama mertuanya.
Seperti yang dikatakan Farhan, ia yang tidak ingin berpisah maka ia juga yang akan menjelaskan kepada mama mertuanya itu tentang suaminya yang akan menikahi lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Jetva
Nada = mc id**t sedunia...
2024-07-13
0
Maulida Hayati
Tidak mengerti cara berpikir Nada. Kenapa mau bertahan dengan org yg tidak mencintainya.
2024-06-28
4
Fitrian Delli
dasar bodoh goblok lo, kayak enggak ada lelaki lain
2024-06-24
0