Rama langsung mendorong gadis yang berjongkok di depannya dan melihat ke arah pintu yang terbuka. Dia memasukan 'miliknya' saat Nita menyalakan lampu kamar. Ibu tirinya itu berjalan kearahnya dengan wajah murka.
"Keluar dari kamar! Beraninya kamu melakukan hal buruk di kamar kami?" Tas Hermes kesayangan Nita, dilayangkan pada Rama dan terus memukuli tubuh kekar yang mencoba melindungi diri.
Nita menggertakkan gigi geram pada gadis yang bagian atasnya hanya pakai pakaian inti. "Kau gadis cantik, pergilah! Kenapa masih diam saja? pakai pakaianmu yang benar!"
Tampak gadis itu langsung memakai gaun mini, lalu lari terbirit-birit. Dia melipat tangan di depan dada dan condong ke tubuh Rama. "Kamu pakai pakaianmu, usir semua teman-temanmu. Atau aku perlu menelpon papamu atau polisi? Kau sudah mengganggu ketenanganku, anak nakal!"
"Ini rumahku," gumam Rama sambil menaikan resleting celana secara asal. Dia mendekati sang ibu tiri dan melirik gadis itu dari bawah ke atas. "Atau kau, bisa menggantikan gadis itu? " Rama menyeringai dengan nakal.
Nita mengayunkan telunjuk ke arah pintu. "KELUAR."
"Santai saja, ini baru permulaan, Baby." Rama mengedipkan mata genit dan mengecup pipi kanan Nita, sampai membuat Nita melongo dan menarik banyak tisu untuk menghapus pipi sambil menahan rasa jijiknya.
Rama berhenti digaris pintu dan melihat ke belakang pada ibu tiri yang kini berwajah pucat pasi. Dia yakin wanita itu tak akan tahan dan pasti akan keluar dari rumah ini. Ini baru permulaan!
Rama kembali ke lantai bawah dan meminta temannya bubar. Namun, Shelina yang baru bersama nya di kamar, tengah kebingungan sendiri bersama dua temannya dan dua teman lali-laki yang juga sahabat Rama.
"Ular Sanca itu hilang! Kami sudah mencarinya ke semua sudut, tetapi tetap tidak ketemu," ucap Budi dengan panik.
"Kamu tadi taruh mana?" tanya Agus pada teman-teman perempuannya.
"Aku tidak tahu." Ririn menggigit bibir bawah. "Itu milik temenku dan harus dibalikin. Gimana ini, Ram?"
"Sudahlah kalian pulang dulu! Biar pelayan yang cari besok." Rama mengantar para sahabatnya ke pintu. Hatinya senang bukan main, karena teriakan Nita yang sangat lepas dan penuh amarah.
⚓
Sambil menunggu makan siang, Nita membuka majalah NASA memeriksa model-model yang baru debut di perusahaannya. Dia puas pada tim produksi yang memiliki ide-ide yang out of the box, hingga perusahannya kini bertambah maju. Saham ayahnya kini hanya 30 persen dan itu menjadi saham kedua terbesar di NASA.
Nita mengulurkan jemari ke dalam toples kaca dan menarik keripik kentang. Dia menggigit keripik, menikmati kerenyahan dan rasa gurihnya. Ini hari Minggu jadi dia libur untuk diet.
Nita menyandarkan tangan di sandaran sofa, matanya mulai terasa berat. Dia terus terantuk dan mencoba membuka mata , tetapi susah. Tangannya terkulai ke celah antara bantalan kursi dan bagian belakang sofa dan makin ternyenyak. Sampai dia merasakan sesuatu licin, dingin yang merayap ke tangannya dan begitu menggelikan.
Matanya terbuka karena pergerakan dan dia melihat ke kanan. Jarinya sontak tertarik dan refleks Nita lompat menjauh. Dia terjatuh karena ular bewarna kuning terayun dan mengenai perutnya.
Rama berlari karena mendengar teriakan yang mengejutkan. Dia bingung karena mendadak Nita yang baru bangkit dari lantai, langsung loncat ke dalam pelukannya. Rama mengikuti arahan yang membuat wanita itu ketakutan sampai wajah itu terbenam kuat di dadanya.
Jantung Rama berdebar. Rema*san jari mungil di lengan begitu kuat. Entahx dia merasa bagai menjadi kesatria sampai sempat tak sadar bahwa orang didepannya adalah orang yang paling dibencinya, sedunia.
"Tolong! itu ulah teman kamu!" Nita bergidik ngeri. Tubuhnya diliputi gelombang dingin ketakutan. Bahkan kakinya sampai naik ke punggung kaki Rama, tetapi pria itu hanya diam saja dan tangan kekar itu masih melingkar di pinggangnya.
"Jangan diam saja! Cepat! Bawa ular itu keluar!" Isak Nita merinding luar biasa dan tak sadar memeluk anak tirinya.
"Tunggu, sebentar, " suara Rama tiba-tiba lembut. "Bagaimana aku bisa menyingkirkan itu jika kamu menghalangiku?"
Nita mendongak dan benar apa yang dikatakan Rama. Dia melepas tubuh kekar itu. Kemudian menjauh dengan ragu dari Rama.
Pria itu berjalan ke arah sofa dan mulai membuka semua bantal. Penjaga keamanan datang terlambat, tetapi mereka berusaha membantu Rama.
Nita tidak mau pergi begitu saja. Dia tak bisa mempercayai Rama, mungkin saja ular itu disimpan Rama untuk dijadikan senjata dalam melawannya. Penjaga itu memasukan ular ke ember besar, lalu membawa pergi.
Rama kembali ke ruang tengah setelah cuci tangan, tetapi ibu tirinya sudah tidak ada. Saat Rama naik ke atas, pintu kamar milik Nita sedikit terbuka. Rama mendorong pelan dan tanpa sadar mendapati kulit polos gadis itu di bagian punggung hingga tampak b.r.a putih. Seolah menyadari Nita berbalik badan saat Rama sudah bersembunyi. Pria itu makin berdebar dengan apa yang baru dilihatnya.
Saat Rama bermain game, Nita datang dengan membawa nampan berisi camilan. Dia melirik dengan alis berkerut karena gadis itu memberinya jus jeruk dan camilan. Tanpa berkata apa-apa, wanita itu langsung pergi dan Rama dibuat bingung sendiri, takut bila makanan itu mengandung racun.
Sorenya, Rama menyegarkan diri ke halaman belakang dan hatinya bagai terlempar ke ruang angkasa saat terpesona melihat Nita yang sedang menyirami bunga-bunga Mawar. Dia baru menyadari, taman rumah kini sangat sangat lebat dengan warna-warni aneka bunga. Jika dilihat bibir gadis itu juga semerah kelopak mawar. Cantik.
Hati Rama berdenyut kencang saat Nita memergokinya, lalu gadis itu menghentikan aktifitas. Menit berikutnya, Nita kembali berjongkok untuk mengambil gunting dan sibuk sendiri memotongi daun yang menguning.
"Hei." Rama menggaruk tengkuk. Dia bingung karena dengan sendirinya sudah berdiri di belakang Nita dengan jarak setengah meter. Gadis itu berbalik badan, matahari menyinari rambut pirang itu yang membuat Nita semakin mempesona bagi Rama.
"Rama?" Nita meremas bajunya dengan gelisah karena jarak mereka terlalu dekat. Kenapa dia di sini ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments