"Mas, kok pulang lebih awal? saya sangat senang karena ini." Nita memandang suaminya dengan lembut. Semoga aktingnya tak diketahui oleh Rama.
"Iya aku merindukan kamu, istriku. Sulit sekali berada jauh darimu." Sergey lalu mengelus pipi sang putra yang tegang. "Kamu akan memiliki adik, Nak."
"Apa?" Rahang Rama seolah jatuh dan masing mematung saat tangan papah yang bertato lalu mengelus perut Nita. Mata Rama bahkan tak mau mempercayai pada perut yang masih agak rata itu. Memang si tampak bo*kong itu jauh menonjol, mungkin pertanda hamil.
"Adik?" Rama mengulangi dan menatap Nita yang tersenyum. Kini wajah cantik itu memucat. Sudah jelas mereka menikah, jadi memang aku mengharapkan apa ?
Rama berjalan seperti zombie di belakang papah yang merangkul pinggang Nita. Dia memasuki lift, dan terus mengamati gerak gerik papah yang tampak sangat menyayangi Nita. Walau tampak secara fisik mereka dekat, tetapi seperti ada yang janggal. Dari sisi pengamatan Rama, biasanya seorang perempuan menempelkan anggota tubuh ke sang suami. Namun, Rama mendapati mata Nita berkedut saat Sergey merangkul bahu Nita.
Setelah keluar dari lift, Sergey langsung melepas pegangan dari bahu Nita dan bergeser menjauh. Nita dan Sergey berjalan ke kamar dalam senyap. Sergey selesai mandi, Nita membuka mata di kamar yang redup. Nita menahan nafas dan lagi .... Sergey pergi ke kamar di samping, yang masih berada di dalam kamar. Nita berbalik badan dan memeluk guling, Lalu mendengar suara Sergey.
"Jaga jarakmu dengan putraku .... "
Nita terdiam dan mencoba mencerna kalimat Sergey. Dia tidak mengerti kenapa Sergey mengatakan itu. Dia berbalik badan dan melihat pintu kamar lain yang sudah tertutup.
Jaga jarak apa, mengapa kau tak mengatakan dengan detail? Aku penasaran mengapa kau tak mengijinkan aku memasuki kamar itu, ada rahasia apa di sana?
Di kamar sebelah, Sergey mencoba memejamkan mata.Dia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Bayang-bayang tatapan putranya pada Nita, membuat dadanya bergetar.
Rama bisa saja mengacaukan rencana yang telah kususun sejak lama. Namun, ada baiknya Rama harus mengenal dunia kejam ini.
Siapa yang memperk0sa Nita?CCTV tidak menangkap sosok pria berhodie seperti apa yang pak tua itu katakan, yang sempat melihat sosok itu menjauh dari toko kue.
Rama tidak bisa tidur karena sangat berkeinginan mengobrol dengan Nita malam ini. Bahkan dia mengurungkan rencana untuk mengganggu Nita karena kepulangan ayahnya. Dia turun ke bawah dan mencari kopi di dapur. Tampak sosok yang menarik hatinya. Walau dalam balutan celana panjang dan cardigan, Rama sudah tahu bentuk tubuh itu.
"Ya Tuhan! lama-lama aku bisa gila!" gerutu Nita sambil menekan tombol mesin kopi, lalu menunggu kopi keluar dari mesin kopi. "Sampai kapan tidurku kacau. Rumah ini seperti neraka!"
Nita sangat pusing hingga dia berbalik dan rasanya ingin berteriak. Dingin langsung menjalar di sekujur tubuhnya, sesosok pria muda tinggi semampai dengan satu tangan berkacak pinggang tengah menatapnya. "Rama .... sejak kapan kamu di situ .... "
"Barusan. Kenapa?" tanya Rama dengan santai. Dia berjalan mendekat dan menikmati aroma kopi yang begitu pekat tengah mengucur ke dalam cangkir mini dengan suara indah. "Emmmm baunya enak. Bisa Anda berbagi?"
Wanita itu jelas bermasalah, jam dua pagi meminum kopi! Dia mengatakan rumah Ini seperti neraka, dia sendiri sepertinya sudah tak betah disini. Beda sekali dari kenyataan yang ditampilkan sehari-hari. (Rama)
Rama semoga tidak mendengar uacapaku. Jika dia mendengarkan kata-kataku, pasti Rama sudah membuat masalah. Tetapi ini dia, cuek-cuek aja. (Nita)
"Ya, sepertinya berbagi itu bagus." Nita tersenyum dengan tulus. Sesungguhnya dia muak, ingin keluar dari rumah ini. Orang-orang pasti tidak akan tahu, bila sebenarnya dia tidak bisa tidur sebelum jarum jam menunjukkan pukul 4 pagi.
Bagaimana aku bisa tidur saat kondisi papah terus membayangi malamku? Aku takut terpejam karena takut kondisi papa bertambah parah.
"Anda tidak mau duduk denganku, sebentar saja? Sepertinya papa tidak akan marah. Jika anda minum kopi di kamar, mungkin aromanya mengganggu papa, karena papa tidak suka bau kopi. Anda tahu it, kan?"
"Hahaha." Nita tertawa kikuk, dia bahkan baru tahu ini. "Tentu saja aku tahu."
Nita melengos lebih dulu sambil menyesap kopinya. Dia sudah tidak tahan di dekat Rama, yang semakin menambah beban pikirannya. Namun, dia tak boleh membuat Rama curiga, jadi dia menyetujui kemauan Rama.
Film action Bruce Willis menemani dua orang yang terus membisu. Aroma kopi menyadarkan mereka bahwa mereka masih berdua di ruangan ini. Duduk mereka pun saling berjauhan. Lampu juga berasal dari TV besar di ruangan itu.
Sergey yang baru memasukan pis*tol ke dalam mantel, mengernyitkan kening karena cahaya dari ruangan yang dilewatinya. Dia mengintip dan matanya membelalak. Walau mereka duduk beda sofa, ini sangat membuat pikirannya tak tenang. Jadi, siluet gundukan tadi yang tertutup selimut itu kemungkinan bantal dan bukan istrinya.
Kamu cukup mencurigakan, ternyata kamu ada niat membohongiku, putri Devano? Kamu tidak tahu sedang berurusan dengan siapa rupanya. Haruskah aku memberimu pelajaran agar kau mengerti, di sini aku tuannya. (Sergey)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments