City Of Devil

City Of Devil

Kedatangan Tuan Dermawan

Hidup dalam kesederhanaan dipedesaan terpencil membuat Dave harus bekerja keras membantu kehidupan keluarganya. Ayah Dave bernama Abghari merupakan seorang guru yang dengan gaji kecil ditempatnya bekerja. Pagi itu Abghari tengah bersiap-siap mengeluarkan sepeda ontelnya dari rumah.

"Bu, bapak berangkat dulu ya."

"Loh kok buru-buru sekali pak, sarapannya udah dimakan belum?" seorang wanita menghampirinya keluar dari rumah kecil itu.

"Udah buk, tadi bapak udah makan duluan. Maaf ya buk, bapak buru-buru. Perjalanan ke sekolah cukup jauh, jadi bapak harus cepat ke sana. Dave mana bu?" kepala lelaki itu kini menoleh ke arah pintu rumah mencari sosok anaknya.

"Dave! Kamu udah siap nak? Cepatlah bapakmu menunggu." Wanita itu memanggil anaknya dengan sedikit berteriak.

"Iya ibu, aku sudah siap," anak lelaki berambut ikal dengan baju kemeja putih dan celana panjang hitam itu bergegas keluar dari kamarnya.

"Kau sudah siap? Ayo kita berangkat," Lelaki itu mengusap kepala sang anak dengan rasa sayang.

Dave menganggukkan kepalanya sambil tersenyum penuh semangat.

"Naira aku dan Dave pergi dulu. Kau dan Ryan berhati-hatilah dirumah," titah lelaki itu sambil mencium kening istrinya kemudian dia mengusap anak lelaki berumur lima tahun yang berada disamping Naira.

"Iya pak. Hati-hati ya." Wanita itu mengulas senyum dibibirnya kemudian mencium punggung tangan suaminya.

Kedua orang itu kini menaiki sepeda ontelnya. Abghari melajukan sepeda ontelnya. Naira dan putranya Ryan menatap kepergian mereka hingga tubuh belakang kedua orang itu berlalu dari hadapannya.

Butuh waktu setengah jam untuk menuju ke sekolah. Oleh sebab itu, Abghari harus berangkat pagi-pagi sekali.

Sesampainya di sekolah Abghari menyapa para siswa yang telah menunggunya kemudian mengajar untuk mereka.

***

Seorang lelaki berkepala plontos dan bertubuh besar dengan baju jas hitam, tak lupa kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya datang ke desa. Lelaki itu dikawal oleh beberapa orang berjas hitam yang merupakan para bodyguardnya, keluar dari mobilnya.

Saat dia turun dari mobil itu, terlihat debu bertebaran dijalanan tempat mereka lalui tadi. Masih sama seperti biasa, desa itu masih gersang dan kumuh.

Para warga yang melihat kedatangannya langsung menghampirinya dan memberi hormat padanya.

"Selamat siang, apa kabar kalian semua? Aku ada hadiah untuk kalian," Pria itu menghisap cerutunya sambil menyapa ramah para warga. Kemudian lelaki plontos itu memberikan kode pada bodyguardnya untuk memberikan berbagai hadiah untuk masyarakat di desa itu. Para warga sangat senang dengan pemberiannya dan hal itu pulalah yang membuat mereka begitu senang dengan kehadirannya.

"Tuan Edgard, senang sekali melihat anda kembali ke desa ini," ujar seorang pemuka masyarakat desa sambil mendekati dan menyalami lelaki plontos itu.

Lelaki itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala pelan.

"Hei kau, cepat ambilkan bangku dan minuman untuk tuan Edgard!" ujar pemuka masayarakt itu pada seorang anggotanya.

Anggotanya langsung mengambilkan bangku dan meletakkannya dihadapan Edgard "silakan duduk tuan, anda pasti lelah," sambut lelaki itu dengan wajah penjilatnya.

"Tuan ini minumannya," sugu anggota pria itu lagi.

Edgard duduk dibangku yang telah disediakan.

"Hm, masih sama seperti dulu Coky. Tidak pernah berubah masih selalu menyambutku dengan baik," sindirnya menatap sipenjilat itu.

"Tentu saja tuan, kami banyak berhutang budi pada anda, karena anda telah banyak membantu pembangunan di desa ini," ujarnya dengan wajah menyeringai.

"Ya. Desa ini adalah tempat kelahiranku pastinya aku akan terus melakukan yang terbaik untuk desa ini," tukas lelaki plontos itu padanya sambil menatap sekeliling desa itu.

"Tuan, apakah gerangan yang membuat anda kesini?" tangkap Coky dengan maksud kedatangan pria itu.

"Kau pintar sekali. Ternyata kau pandai membaca maksudku ya?" Lelaki plontos itu menatap lekat pada pemuka desa itu.

"Aku hanya menduga tuan," jelasnya singkat.

"Baiklah, tanpa perlu basa basi. Aku ingin menyampaikan maksud kedatanganku ke sini. Aku ada proyek yang akan ku dirikan dan aku mau tanah desa ini dijual padaku," tegas pria itu.

"Anda mau membeli tanah desa ini? Itu sangat bagus sekali tuan. Silakan anda pilih tanah yang ingin anda pilih yang mana saja. Pasti warga tidak akan menolak jika anda yang membelinya," jelas lelaki itu padanya.

"Anak buahku telah memantau desa ini dalam beberapa hari belakangan ini dan katanya ada lokasi tanah yang sangat luas dan cocok untuk bisnisku."

"Tuan mau tanah yang mana?"

Pria itu menunjuk kearah kanan sisi jalan. Terlihat tanah yang cukup luas dan tidak terhuni, "aku menginginkan tanah itu. Apa kau tahu pemiliknya?" tanya lelaki itu padanya.

"Itu adalah tanah milik Abghari Rivanda. Dia adalah seorang guru di desa ini."

"Baiklah. Kau pertemukan aku dengannya."

"Sebentar lagi dia akan kembali dari sekolah. Saya akan memperkenalkanmu dengan istrinya."

Coky mengantarkan Edgard bertemu dengan Naira.

Naira sedikit enggan bertemu dengan pria itu karena dia tidak biasa bertemu dengan pria asing.

"Nyonya Naira, perkenalkan ini tuan Edgard," ujar Coky mengenalkan Edgard pada Naira.

Naira hanya menundukkan kepalanya memberikan salam penghormatan pada lelaki itu.

Pintu diketuk dari luar. Ternyata Abghari dan Dave telah pulang dari sekolah.

"Mas Abghari udah pulang?" Wanita itu mwnghampirinya kemudian berdiri dibelakang suaminya.

"Ada pak kepala desa. Ada keperluan apa pak?" sapa Abghari.

"Ini, ada tuan Edgard ingin bertemu dengan anda."

Lelaki itu memperkenalkan lelaki plontos itu pada Edgard dan mereka saling berjabat tangan.

"Baiklah tuan Edgard apa yang bisa ku bantu?" tanyanya sambil mempersilakan lelaki itu duduk.

"Begini, maksud kedatangan saya ke desa ini untuk membangun pabrik obat-obatan di desa ini. Saya melihat ada tanah bagus disekitar sini. Tanah yang ada disebrang sana bukankah itu tanah anda?"

"Iya benar itu tanah saya. Lebih tepatnya tanah keluarga."

"Hm, berapa anda akan menjual tanah itu pada saya?" Edgard mulai bernegosiasi.

"Maaf tuan, tanah itu tidak akan dijual karena tanah itu adalah telah dihibahkan oleh ayah saya untuk pemakaman warga."

Pria plontos itu terkekeh. "Ayolah tuan Abghair. Lebih baik tanah itu anda berikan pada saya dan saya akan bayar berapapun yang anda minta."

"Mohon maaf sekali tuan, saya benar-benar tidak bisa menjual tanah itu pada anda dan sampai kapanpun tanah itu tidak akan saya jual," tegasnya pada Edgard.

"Sombong sekali kau ini! Apa kau tidak tahu siapa aku? Hah!?" Tanya lelaki itu dengan nada sedikit tinggi. Egonya terusik oleh ucapan Abighair.

"Saya tahu. Tuan adalah orang berpengaruh di desa ini dan anda juga banyak berkontribusi untuk desa ini, tapi saya benar-benar minta maaf saya tidak bisa menjual tanah itu. Karena ayah saya sudah mewasiatkan untuk menghibahkan tanah itu untuk pemakaman warga." Abighair masih bersikap sopan pada lelaki itu.

Pria itu terdiam, dia melihat ada yang berbeda dari lelaki yang berada dihadapannya. Sepertinya guru itu tidak akan mudah diperdaya dengan uangnya.

"Aku sangat tidak suka dengan penolakan. Selama ini tidak ada seorangpun yang berani menolak kemauanku!! Aku akan datang beberapa hari lagi. Kuharap kau akan mempertimbangkannya kembali." Ujar lelaki itu dengan nada mengintimidasi. Dia dan para bodyguardnya pergi dari tempat itu.

"Tuan, tuan tunggu dulu. Biar saya yang bicara pada Abghair tentang tanah itu. Anda jangan tersinggung." bujuk Coky padanya.

"Tidak apa-apa kepala desa. Saya akan melakukan apapun untuk mendapatkan tanah itu!" Terlihat sorot matanya yang menajam penuh ancaman.

Coky  yang merasa tidak enak hati segera mengantarkan kepergian Edgard. Dia tidak ingin pria itu tersinggung kemudian tidak mau berkontribusi di desa mereka.

Coky segera kembali ke rumah Abghair untuk membujuknya.

"Pak guru, apa yang anda lakukan? Apa anda tidak tahu dengan siapa anda berhadapan tadi?" Coky kini berdiri di depan pintu rumah Abghair.

"Saya tahu dan saya sangat mengenal tuan Edgard. Dia adalah orang yang mempunyai bisnis terbesar di negara ini, tapi saya tidak mau terlibat dengan orang sepertinya!" Tegas Abghair.

"Apa maksud anda?" Coky sedikit bingung dengan pembicaraan orang ini.

"Tuan Edgard dan anak buahnya adalah seorang gengster yang sangat terkenal. Siapa yang tidak tahu tentang dirinya? Dan saya pabrik obat-obatan yang akan didirikannya itu seperti apa?" jelasnya pada kepala desa itu.

"Apa yang anda ketahui?"

"Dia ingin mendirikan pabrik obat-obatan terlarang ditempat ini, agar bisnisnya tidak tercium pihak kepolisian dia sengaja memilih desa ini sebagai tempat persembunyiannya.! Tentu saja saya tidak akan memberikan kesempatan padanya!"

Kepala desa itu tertegun dengan apa yang baru diucapkan pria itu padanya. Sepertinya Abghair lebih pintar darinya. Ternyata maksud dan tujuan Edgard telah diketahui oleh guru itu.

"Ah, baiklah tuan Abghair. Kita tidak perlu memperpanjang urusan ini. Saya undur diri dulu." Ujarnya mencoba menutupi rasa takutnya.

Jelas saja kepala desa itu takut, karena dia juga terlibat didalamnya. Dia tidak ingin reputasinya hancur dan kejahatannya diketahui oleh warga disana, karena dia adalah panutan di desa itu.

 

 

 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!