Melawan Badai

Ternyata benar yang dikatakan polisi tadi kalau hari ini akan ada badai besar yang menerpa, tapi walau bagaimanapun juga Dragon harus menyesaikan tugasnya. Saat dijalan, sebuah pohon tumbang tepat di depan mobil yang dikendarai Dragon dan nyaris saja menimpa mobilnya. Dragon ngerem mendadak akibat keterkejutannya. Sementara Dave yang disampingnya hampir saja terbentur ke dashboard.

Untung saja Dragon dengan sigap memegangi tubuh anak itu sehingga kepalanya tak membentur dashboard.

Dragon menghentikan mobilnya, dirinya melihat ke seluruh sisi jalan mencari ada seseorang yang akan membantunya. Namun tak seorangpun yang berlalu lalang ditempat itu.

Sedikit harapan muncul saat seorang pengendara mobil menghampiri mereka.

"Tuan, anda mau kemana ditengah hujan badai seperti ini?" seorang pria paruh baya keluar dari mobil mengenakan mantel menemui Dragon.

"Aku akan menuju ke perbatasan tuan, tapi mobilku terjebak disini," jelas Dragon membuka kaca mobilnya.

"Sebaiknya putar balik saja tuan, karena jalan yang biasa digunakan terputus, tapi akan menambah waktu perjalananmu," jelas lelaki itu.

"Apa anda bisa menunjukkan arahnya padaku?"

"Kau putar balik saja mobil ini nanti ketika diujung jalan sana belok kiri dan kau akan mendapatkan jalan alternatif disana," tunjuk pria paruh baya itu ke ujung jalan yang arahnya berlawanan.

"Baiklah tuan, terimakasih atas bantuanmu," Dragon segera mengikuti petunjuk pria yang baru saja menolongnya.

Seperti yang dijelaskan pria itu, dirinya menuju ke arah yang berlawanan, cukup menyita waktu perjalanannya. Untung saja ada seorang laki-laki tua yang membantunya jika tidak, nyaris saja dia akan menunda perjalanannya hingga esok hari dan pastinya di pemesan barang akan marah besar.

Sementara itu, dirumah Naira panik mencari Dave yang menghilang semenjak pagi.

"Dimana kamu Dave? Mengapa kamu tiba-tiba menghilang nak?" Naira masih berjalan mondar-mandir sambil mengusap kedua telapak tangannya.

Sungguh, saat ini Naira sangat khawatir. Cuaca diluar sangat buruk, Dragon belum pulang dan Dave juga menghilang. Bagaimana jika terjadi sesuatu terhadap anaknya?

"Ibu aku lapar," Rayan baru saja terjaga dari tidurnya. Dirinya merasa sangat lapar oleh sebab itu dia mencari sang ibu.

Naira mengusap kepala Rayan, dirinya tidak fokus hari ini, karena sibuk memikirkan Dave. Sampai-sampai dia lupa ada satu anak yang juga butuh perhatiannya, Naira benar-benar lupa menyiapkan makanan untuk Rayan.

"Nak, sini biar bibi membantumu, kau mau makan apa?" bujuk bibi kepada Rayan.

"Maaf nak, ibu lupa menyiapkan makanan untukmu,"

"Naira, sebaiknya kamu ikut makan dengan anakmu. Aku belum melihatmu makan dari pagi tadi,"

"Iya bibi, aku akan makan nanti,"

***

Setelah menempuh waktu satu jam perjalanan ditengah hujan badai, Dragon menghentikan mobilnya di sebuah rumah mewah. Para pengawal yang berada dirumah itu langsung membukakan pintu untuk Dragon, mereka membungkukkan tubuh memberi hormat pada Dragon.

"Kakak, mengapa mereka membungkukkan tubuh mereka saat kakak datang?" Dave merasa kebingungan dengan sikap para pengawal rumah itu.

"Itu artinya salam penghormatan," jelas Dragon sambil tetap melajukan mobilnya dan ketika sampai di depan halaman rumah itu dia menghentikan mobilnya.

"Wah kakak hebat, kalau aku sudah besar nanti aku mau bekerja seperti kakak agar semua orang menghormatiku," ucap anak kecil itu antusias.

Dragon hanya tersenyum memperhatikan Dave.

"Kau tunggu disini, jangan kemana-mana dan jangan keluar dari mobil,"

Dave menganggukkan kepalanya memahami ucapan Dragon.

Lelaki itu melangkahkan kakinya ke rumah besar dan keluarlah seorang lelaki berkepala plontos dari dalam rumah itu. Dave yang berada di dalam mobil membelalakkan matanya memperhatikan orang itu.

Dia ... itu bukankah tuan Edgar? Mau apa lelaki itu disini? Monolog Dave dihatinya. Sekelabat bayangan kematian ayahnya terngiang dalam ingatannya. Dia masih ingat senyum smirk itu, suara berat yang tertawa lepas saat dirinya menggantungkan seorang guru yang sangat dihormati. Dave masih mengingat luka itu.

Seketika tangan anak kecil itu mengepal dengan sangat kuat membuat buku-buku tangannya memutih. Rahangnya mengeras menatap tajam pada pria paruh baya itu, amarahnya tersulut rasanya ingin sekali dia menghabisi orang itu saat ini juga, tapi dirinya begitu tak berdaya, tangannya masih terlalu kecil untuk mencekik batang leher pria itu.

Dave menyimpan dendamnya dalam-dalam, Dave memperhatikan pria itu tertawa bahagia bersama rekan-rekannya.

Kau akan menerima pembalasanku tuan Edgar, aku bersumpah akan kubuat kau membayar tiap air mata ibuku janji Dave dalam hatinya.

"Bagaimana Dragon? Apa pesananku telah kau bawa dengan selamat?" tanya seorang pria dari dalam rumah itu.

"Tentu tuan Alvaro, aku sudah membawakan pesananmu," Dragon menyunggingkan senyum penuh keyakinan.

"Bagus. Inilah yang aku sukai darimu, loyalitasmu. Aku tidak salah pilih memintamu untuk mengantar langsung dari bosmu," lelaki itu menepuk bahu Dragon dengan penuh rasa bangga.

Dragon memang selalu menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan tepat waktu. Itulah sebabnya dirinya terpilih menjadi ketua geng black devil. Gengster yang disegani oleh rivalnya karena terkenal dengan sikap bringas dan sadisnya. Bahkan pemerintahpun enggan menyentuh mereka.

"Masuklah, minumlah bersamaku," ajak Alvaro padanya.

"Maaf tuan, aku harus segera kembali sudah terlalu malam," tolak Dragon halus.

Dia ingat saat ini dirinya membawa seorang anak kecil dimobil dan dia tidak ingin seorangpun tahu agar Dave tidak dilibatkan dalam urusannya.

"Baiklah tuan Alvaro, tuan Edgar, karena tugasku telah selesai maka aku permisi untuk pulang," Dragon segera undur diri dari mereka.

"Baiklah, berhati-hatilah karena saat ini masih hujan badai," tukas Alvaro padanya.

Dragon mengangguk dan membungkukkan tubuhnya kemudian pergi dari hadapan mereka.

Saat diperjalanan, Dave tidak banyak bicara seperti saat tadi dan hal itu menjadi tanda tanya besar bagi Dave.

"Hei, mengapa kau tiba-tiba jadi pendiam seperti ini? Bukankah tadi kau selalu banyak bertanya seperti seekor burung?" goda Dragon pada anak kecil yang sedang terpaku di mobil itu.

Dave hanya diam tak bersuara. Dirinya hanya menundukkan kepalanya.

"Kau kenapa nak? Apa kau sakit?" Dragon memegang kening anak itu tapi tidak panas sama sekali.

Dave membalikkan tubuhnya tak mau menggubris pertanyaan Dragon.

Merasa aneh, Dragon membalikkan tubuh anak kecil itu dan memperhatikannya.

"Kenapa Dave? Apa yang terjadi?"

"Disana ada seorang pembunuh," ujar Dave getir.

"Apa maksudmu Dave?" Dragon mengernyitkan dahinya menatap intens pada Dave.

"Iya kak, tuan Edgar telah membunuh ayahku," jelas anak itu lagi.

Dragon mengingat kembali bagaimana dia menemukan Dave bersama ibu dan adiknya. Dia masih mengingat bagaimana Dave menceritakan kesedihannya waktu itu. Wajah lelaki itu menjadi merah menahan amarah.

"Jadi tua bangka itu yang telah membunuh ayahmu?"

Dave menganggukkan kepalanya sambil menangis mengingat kematian sang ayah.

"Aku akan membalaskannya untukmu Dave,"

"Tidak kak. Aku tidak mau kakak membalaskan kematian ayahku pada lelaki itu, tapi aku yang akan membalasnya. Kakak tinggal ajarkan aku bagaimana cara membunuh orang sepertinya," kilatan mata anak kecil itu penuh dengan dendam. Dirinya terbakar akan rasa sakit yang ditorehkan oleh Edgar.

Dragon hanya memperhatikan wajah Dave yang penuh kemarahan dirinya mengerti apa yang tengah dirasakan anak itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!