Mari Berteman

Pagi itu Naira bersiap untuk pergi ke sekolah, karena dirinya harus mengajar seperti yang dijanjikan Dragon padanya. Tak lupa dirinya mengajak kedua buah hatinya untuk pergi bersamanya.

"Dave apa kau baik-baik saja nak?" Naira memperhatikan wajah Dave masih saja murung seperti saat anak itu baru saja kembali bersama Dragon tadi malam.

"Iya bu, aku baik-baik saja," jawab Dave sekenanya. Dirinya menyibukkan diri merapikan pakaian sang adik karena pagi ini mereka harus pergi menemani sang ibu sekaligus akan bersekolah kembali.

"Dave, nanti kau akan bertemu banyak teman ditempat ibu bekerja dan aku yakin sekali kau dan Rayan akan merasa senang disana karena banyak anak-anak seusia kalian," bujuk Dragon pada anak-anak Naira.

"Hm," Dave mengangguk paham.

"Kakak, apa disana nanti aku akan punya banyak teman yang mau bermain denganku?" celoteh Rayan. Sikecil ini benar-benar bersemangat karena akan bertemu dengan teman-teman barunya.

"Tentu sayang. Kau dan kakakmu Dave akan memiliki banyak teman disana,"

"Yeay ... ibu aku tidak akan sendirian lagi. Mulai sekarang aku tidak akan kesepian lagi seperti di rumah," si kecil Rayan melompat-lompat kegirangan.

Naira mengusap pelan kepala Rayan dan tersenyum melihat tingkah polanya anak itu.

"Bagaimana nyonya? Kau sudah siap?" Dragon memastikan Naira dan anak-anaknya telah mempersiapkan diri mereka.

"Ya tuan muda. Kami siap," jawab Naira sambil memberikan penghormatan pada Dragon.

Pemuda itu segera mengajak ibu dan anak-anak itu bersamanya kemudian mereka berangkat ke rumah singgah yang dijanjikan Dragon.

***

Ketika dirumah singgah, mereka diperkenalkan dengan pengurus rumah singgah itu, bu Asri. Wanita berumur empat puluh tahun itulah yang mengurus kebutuhan anak-anak disana. Dia juga yang memberikan kasih sayang terhadap anak-anak jalanan yang dengan memberi naungan tempat tinggal kepada anak-anak jalanan. Naira cukup tersentuh dengan ketulusan hati Dragon pada anak-anak itu.

"Bu Asri, apakah semua kebutuhan anak-anak masih cukup atau ada yang harus ditambah?" tanya pemuda itu sambil memperhatikan kebutuhan anak-anak yang harus ditambah.

"Sudah cukup nak Dragon, kemarin Hendrik sudah membeli keperluan anak-anak," pungkas wanita paruh baya itu padanya.

"Baiklah, Dave! Rayan! kemarilah," panggil Dragon pada kedua bocah yang masih termangu didekat pekarangan rumah singgah.

Dave dan Rayan segera menghampirinya. "Bu Asri, ini anak-anak nyonya Naira. Mereka akan belajar dan bermain bersama anak-anak disini. Kuharap anak-anak bisa berteman dengan mereka,"

"Baik nak, ayo Dave, Rayan kalian bisa bergabung dengan teman-teman kalian disana," tukas bu Asri pada kedua anak itu. "Arya, bawa mereka bersamamu dan perkenalkan dengan teman-temanmu," Bu Asri memanggil satu anak disana untuk mengajak Dave dan Rayan bergabung dengan anak-anak.

"Nyonya Naira, tugas anda disini membantu bu Asri menjaga anak-anak. Disini mereka juga ada sekolah alam, mungkin anda bisa mengajar mereka seperti guru yang disana," tunjuk Dave pada seorang guru yang sedang asyik mengajar murid-muridnya di alam terbuka.

Berhubung karena mereka tinggal di rumah singgah, untuk belajar mereka akan memanfaatkan alam terbuka dan itu sangat menarik dibanding sekolah formal.pada umumnya.

"Terimakasih tuan muda, saya pasti akan mengajar dengan baik disini," ucap Naira sambil membungkukkan kepalanya.

Sementara itu, Dave mulai terlihat ceria setelah bergabung bersama teman-temannya Dave sepertinya bisa melupakan rasa sakit yang dirasakannya selama ini.

"Aku pergi dulu. Masih banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan jika kau butuh sesuatu hubungi saja aku," tukas Dragon pada Naira.

Wanita itu mengikuti perkataan Dragon kemudian melepasnya pergi hingga keluar pekarangan rumah singgah itu.

***

"Tuan, hari ini ada permintaan obat-obatan dan senjata di perbatasan," salah seorang anak buah Edgar baru saja memberikan kabar permintaan pesanan kliennya.

"Apa persediaan kita masih banyak, atau ada yang kurang?"

"Sejauh ini masih banyak tuan, aku rasa kita akan untung besar mengingat para klien yang begitu menyukai barang-barang dari kita,"jelas anak buahnya pada Edgar.

"Ya, tapi kita harus waspada karena Dragon dan Black Devil juga pesaing bisnis yang tidak bisa diremehkan. Kau lihat sendirikan Lee bagaimana Alvaro begitu mempercayainya," Edgar cukup merasa terancam dengan kehadiran Dragon, karena anak muda itu bisa saja melengserkan kerajaan yang telah dibangunnya dari berpuluh-puluh tahun lalu.

"Apa aku harus menyingkirkannya tuan, supaya kita bisa melancarkan misi kita?" imbuh Lee menawarkan diri pada pria plontos itu.

"Jangan terburu-buru Lee. Kau tidak boleh gegabah menghadapi Dragon, biarkan dia menikmati hidupnya dulu sampai bila tiba waktunya dia akan kulenyapkan seperti halnya ayah angkatnya itu," senyum smirk kini muncul diwajah lelaki paruh baya itu.

Baginya Dragon bukan sekedar pemuda biasa tapi juga rivalnya, karena jika anak muda itu bertindak semua kerja kerasnya akan runtuh begitu saja. Terlebih lagi saat ini dirinya sudah semakin tua, Edgar butuh sosok penganti untuk meneruskan usahanya.

"Oh ya tuan, sepertinya malam itu aku melihat seorang anak kecil bersama Dragon saat dia mengirimkan pesanan tuan Alvaro," Lee mengingat kembali saat dia menunggu Edgar dimobil secara tak sengaja dia melihat seorang anak kecil bersama Dragon.

"Anak kecil? Apa dia telah memiliki anak?" pikir Edgar dengan keheranan.

"Aku tidak tahu tuan, aku belum pernah melihat anak itu sebelumnya," tukas pemuda itu pada Edgar.

Anak kecil? Untuk apa Dragon bersama seorang anak kecil dimalam penuh badai dengan pekerjaan berbahaya seperti itu? Berita ini benar-benar membuat Edgar penasaran ingin mengetahui anak yang bersama rivalnya itu.

"Lee, kau cari tahu tentang anak itu dan apa hubungannya dengan Dragon. Mungkin saja setelah kita mendapatkan informasi tentang anak itu kita bisa memanfaatkan anak itu untuk menghancurkan si brengsek itu,"

"Iya tuan, aku akan segera menyelidikinya. Akan lebih menguntungkan lagi jika anak itu kita libatkan untuk memancing Dragon, lalu menghabisinya bukan?" usul Lee yang membuat senyum Edgar semakin melebar.

Dia benar-benar tertarik dengan anak kecil yang dimaksud oleh orang kepercayaannya itu. Pasti akan menyenangkan bukan bermain-main dengan anak tak berdosa dan membuatnya terjebak dalam lingkaran hitam seperti yang dilakukan sekelompok anggota geng seperti mereka.

"Apa kau bisa memberitahukan padaku bagaimana fisik anak itu?" selidik Edgar sambil menghirup cerutunya.

"Seingatku, anak itu kira-kira berumur sepuluh tahun dan memiliki tatapan yang cukup tajam dan sepertinya dia bukan orang kita tapi orang Asia," jelas lelaki itu padanya.

Edgar terkesiap ketika Lee menjelaskan anak kecil itua adalah keturunan orang Asia, dia teringat kembali akan anak dari sang guru yang telah dilenyapkannya. Apa mungkin anak itu yang dimaksud oleh Lee? Tapi bagaimana mungkin dia bisa sampai di kota? Padahal waktu dia mengusir anak itu beserta ibu dan adiknya mereka dalam keadaan tak berdaya. Mustahil jika mereka bisa sampai ke kota. Pasti mereka telah membusuk karena kelelahan. Sungguh ini menjadi tanda tanya besar bagi Edgar.

"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Lee yang memperhatikan Edgar yang terlihat sedikit khawatir.

"Ya aku baik-baik saja," ucap Edgar menyembunyikan ketakutannya.

Meskipun berusaha bersikap tenang tetap saja raut wajahnya yang menegang membuat siapapun dapat membaca kecemasan yang tersirat diwajahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!