Hanya Seorang Petarung

Subuh hari, Dragon baru saja pulang. Naira yang tidak sengaja berpapasan denganya merasa terkejut dengan kondisi Dragon.

"Tuan, apa yang terjadi dengan anda? Kenapa wajah anda memar seperti itu?" selidik wanita itu sambil melihat wajah lebam lelaki yang baru saja pulang.

Lelaki itu tidak menjawab. Dirinya hanya tersenyum dan tak menggubris pertanyaan Naira sambil masuk ke kamarnya.

"Tuan muda, anda sudah pulang?"

Lelaki itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya kemudian dirinya duduk diatas ranjang sambil membuka bajunya. Kini terpampang tubuh atletis dengan perut datar dan sixpack dihadapan Naira. Mata Naira seketika membulat menatap pesona lelaki muda yang ada dihadapannya, sekejap dirinya merasa kagum akan kegagahan lelaki itu, Naira menelan salivanya sesaat, namun dirinya sadar dia bukan siapa-siapa, lagi pula dia baru saja bertemu dengan lelaki itu. Sementara yang diperhatikan tidak memperdulikan sama sekali, dirinya merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Badannya terasa sangat remuk, karena dirinya baru saja selesai bertarung.

Sang bibi yang telah mengetahui kondisi Dragon, langsung bergegas ke dapur mengambil obat, air hangat dan handuk kecil untuk membersihkan luka yang terdapat di tubuh lelaki muda itu.

"Apa ini sakit?" tanya ART itu sambil mengusapkan handuk kecil yang telah direndam dengan air hangat ke wajah Dragon.

Lelaki itu hanya menjawab dengan ringisan yang tersirat diwajahnya. Dia memegang kepalanya kemudian menidurkan dirinya.

Sang ART yang masih didekatnya dengan lihai membersihkan luka pada wajah dan tubuh lelaki itu, sesekali lelaki itu meringis merasakan kesakitan. Namun, Naira tak berani bertanya padanya. Hanya mampu menatapnya dengan wajah sedih di depan pintu kamar lelaki itu.

Sementara itu Dave yang terbangun, melihat ibunya tidak berada disisinya segera turun dari ranjangnya menyusuri tiap ruangan mencoba mencari keberadaan sang ibu.

Saat dirinya menemukan sang ibu berada di depan pintu kamar Dragon, diapun menghampiri sang ibu.

"Bu, aku pikir ibu menghilang ternyata ibu ada di sini," tutur anak kecil itu pada ibunya.

"Kau terjaga nak?" sapanya pada sang putra.

Anak itu menganggukkan kepala kemudian mendekat kepada ibunya dan menatap ke arah Dragon yang sedang terbaring lemah tak berdaya.

Seketika anak kecil itu langsung menghampirinya.

"Kakak, apa yang terjadi padamu?"

Naira yang terkejut melihat sang anak langsung menghamburkan diri pada Dragon, langsung menghampiri anaknya dan memeganginya.

"Jangan ganggu dia. Kak Dragon sedang beristirahat," jelasnya sambil memegangi tangan sang anak.

"Tapi, kakak terluka bu," bantah sang anak yang merasa penasaran dengan keadaan Dragon.

Sang ibu langsung meletakkan tangannya dibibir kemudian memberi kode agar sang anak mengikutinya. Anak itupun mengekori sang ibu dan mereka kembali kekamarnya.

Sesampainya di kamar, Dave yang merasa penasaran langsung mencecarkan pertanyaan pada sang ibu.

"Ibu, kak Dragon kenapa? Mengapa tubuhnya penuh luka? Apa yang terjadi padanya?"

Sang ibu hanya menjawab dengan gelengan kepala merasa tidak tahu harus menjelaskan apa pada anaknya.

Tiba-tiba sang ART datang menghampiri mereka ke kamar.

"Maafkan jika kalian harus melihat kejadian yang barusan ya," ujar ART itu menghampiri mereka.

Naira dan Dave menatap ke arah ART itu bersamaan dengan tatapan penuh tanda tanya. Sang ART yang memahami air muka mereka seger menjelaskan yang telah terjadi pada Dragon.

"Tuan muda memang sudah terbiasa dengan luka-luka itu, nanti juga dia akan baik-baik saja," jelas ART yang dipanggil bibi oleh Dragon.

"Maaf bi, sebenarnya mengapa Dragon bisa terluka separah itu?" tanya Naira merasa penasaran dan sedikit takut.

"Itu belum seberapa nyonya. Dulu, aku pernah mendapati tuan muda pulang dalam keadaan sekarat dan nyaris tiada," tutur wanita paruh baya itu sambil menahan tangisnya.

"Apa? Ada apa dengannya bi? Apa dia memiliki musuh?"

Bibi menghela nafas kasar kemudian mengeluarkannya.

"Itu sudah biasa bagi seorang petarung seperti tuan muda."

"Petarung?" Naira mengulangi kata itu, seakan merasa bingung.

"Iya nyonya. Tuan muda adalah seorang yang bekerja sebagai petarung, dengan bertarung dia akan memiliki uang untuk memenuhi kebutuhannya," ujar wanita itu lagi.

"Benarkah? Apa dia telah lama melakukan pekerjaan itu?"

"Iya nyonya semenjak dia remaja, dirinya pernah dibully oleh anak-anak seusianya dan sering mendapatkan pelecehan karena dia merupakan anak pindahan. Sampai suatu hari, dirinya terluka parah karena dibully oleh teman-temannya. Dia mengalami kerusakan pada mata sebelah kirinya. Memang mata itu masih terlihat utuh tapi mata sebelah kirinya itu tidak bisa melihat dengan jelas akibat pukulan yang kuat dimatanya," jelas wanita itu mengingat masa kecil Dragon yang tragis.

"Lantas, apakah tidak ditindak lanjuti?" tanya Naira ingin tahu.

"Tidak nyonya, ayah tuan muda Dragon yaitu mendiang tuan Alfonso adalah seorang ketua gengster. Beliau tidak pernah mengajarkan tentang kebajikan pada anak muda itu. Beliau hanya mengajarkan untuk membalaskan setiap kesakitan dengan balas dendam yang jauh lebih mengerikan," tukas wanita itu sambil menyeka air matanya.

"Bibi, bolehkah aku tahu siapa sebenarnya Dragon?"

Wanita muda itu merasa bingung dan penasaran. Siapa sebenarnya orang yang telah menolong dirinya dan anak-anaknya?

"Tuan muda Dragon itu sebenarnya adalah ketua gengster, dirinya juga seorang petarung. Seperti yang anda lihat tadi, dia akan selalu pulang dini hari dan akan mendapatkan lebam diwajah dan sekujur tubuhnya."

Naira mengernyitkan dahinya merasa takut dan ngeri membayangkan apa yang harus dialami Dave.

"Apa dia tidak memiliki pekerjaan lain selain menyakiti dirinya sendiri?" tanya Naira sambil menatap ART itu.

"Tidak nyonya, hanya itu yang bisa dilakukan tuan muda. Saya pernah menyuruhnya untuk berhenti tapi anak muda itu terlalu keras kepala dan tidak mau beralih dengan pekerjaan lainnya." Wanita paruh baya itu segera bangkit dari tempat duduknya.

"Baiklah nyonya, aku rasa sudah cukup penjelasan yang kuberikan padamu. Aku akan membereskan ini semua dulu," tukasnya sambil memperlihatkan bekas perban luka Dragon.

"Baik bi. Terimakasih telah memberikan penjelasan tentang Dragon."

Sang bibi hanya mengangguk pelan kemudian pergi ke dapur untuk membersihkan semua.

Naira masih heran dengan pekerjaan Dragon, mengapa lelaki muda itu memilih pekerjaan berbahaya seperti itu? Padahal kalau dia mau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi pasti bisa. Mengapa harus ikut ke dalam lingkaran hitam itu?

"Ibu, gengster itu apa?" tanya Dave yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan sang ibu dengan ART itu.

Naira terperanjat dengan pertanyaan sang anak.

"Ah, sudahlah nak kau tidak perlu menanyakan hal itu lagi. Ayo tidur ini masih jam tiga pagi," bujuknya pada sang putra yang masih terjaga.

Dave mengikuti ucapan sang ibu, dirinya tak mempertanyakan lagi keadaan Dragon ataupun kata-kata gengster itu. Anak lelaki kecil itu merebahkan tubuhnya dengan berjuta pertanyaan yang masih tersimpan dibenaknya. Dirinya memejamkan mata untuk segera tidur sementara Naira mengusap kepala sang anak agar segera tidur. Tak berapa lama kemudian Nairapun ikut tertidur disisi sang putra.

Tiba-tiba saja Naira mendengar suara erangan kesakitan dari kamar Dragon. Wanita itu menegerjapkan matanya untuk mengumpulkan nyawanya. Dia memastikan kembali benarkah itu suara Dragon atau hanya sebuah mimpi?

Terdengar lagi erangan kesakitan itu dengan sangat keras. Naira segera beranjak dari ranjangnya kemudian menghampiri kamar Dragon. Dia mengetuk pintu kamar itu dengan pelan agar tidak mengganggu Dragon yang sedang terlelap. Tidak ada jawaban, merasa penasaran takut terjadi sesuatu pada lelaki itu dirinya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu.

Benar saja, pintu kamar Dragon tidak dikunci. Naira mencoba mendekat ke arah lelaki itu, dirinya melihat lelaki itu mengigau.

"Hentikan, jangan sakiti aku. Lepaskan aku dan biarkan aku pergi!" teriak lelaki itu dalam mimpinya.

Naira mencoba membangunkannya. "Tuan ... tuan muda bangunlah," bujuk wanita itu.

Lelaki itu tidak menyahut dan melanjutkan tidurnya. Naira yang merasa penasaran, mencoba mendekatinya dan mengusap dahi Dragon yang berkucuran keringat.

Dia merasakan dahi lelaki itu panas sekali, sepertinya dia demam. Dapat dilihat dari guncangan yang hebat dari tubuhnya. Dragon menggigil kedinginan menahan demam yang melanda tubuhnya.

Naira yang mengetahui keadaan Dragon segera mengambilkan selimut yang lebih tebal lagi untuk menutupi tubuh Dragon yang telah ditutupi selimut.

Tetapi lelaki itu masih meracau tak jelas. Sepertinya mimpi buruk itu masih menghantui pikirannya. Naira mengusap kepala pemuda itu sambil berbisik ditelinga lelaki muda itu.

"Tenanglah, tidak ada yang akan menyakitimu. Aku disini tidak akan meninggalkanmu." Refleks saja ucapan itu terlontar dari bibir Naira.

Entah apa yang mendorongnya untuk mengucapkan kalimat itu. Mungkin Naira hanya ingin menenangkan lelaki itu.

Sejenak Dragon, tenang dan terlihat dirinya mulai merasa nyaman karena nafasnya mulai teratur tidak seperti tadi. Naira yang melihat pria tampan itu mulai tenang bergegas untuk kembali kekamarnya. Namun, lelaki menggenggam tangannya dengan erat. Naira mencoba untuk melepaskan genggaman tangan lelaki itu, tetapi genggamannya cukup kuat dan membuat Naira kuwalahan untuk melepaskan tangannya dari genggangan lelaki itu.

Akhirnya Naira memutuskan untuk tidur dilantai. Dirinya duduk dilantai dingin itu tanpa beralaskan sehelai kain. Sedangkan matanya mulai mengantuk. Dalam keadaan seperti itu Naira masih membiarkan tangannya digenggam oleh lelaki muda itu. Dirinya memejamkan mata dan tidur disisi tepian ranjang Dragon.

***

Pagi hari, Dragon terjaga dari tidurnya dan mendapati Naira sedang menggenggam tangannya dan masih terlelap dalam tidurnya.

Dragon memperhatikan wajah lembut penuh kasih itu terlihat lelah karena menjaganya semalaman.

"Kasian kau ini. Gara-gara aku kau harus tidur disini. Maafkan aku telah membuat tidurmu menjadi terganggu," bisik lelaki itu sambil mengusap pelan kepala Naira.

Entah wanita muda itu mendengar atau tidak, yang pasti wanita itu terlihat lelah dan masih terlelap. Dragon yang merasa kasihan padanya langsung turun dari ranjangnya dan menggendong tubuh Naira ke dalam pangkuannya lalu merebahkan wanita muda itu ke atas ranjangnya kemudian menyelimutinya, karena udara pagi itu sangat dingin Dragon tidak tega untuk membiarkan wanita itu tidur tanpa selimut.

Dragon segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Lelaki itu menyalakan shower dikamar mandinya dan membasahi tubuh kekarnya dengan air hangat untuk melepaskan kepenatan dan kesakitannya. Dirinya memejamkan mata merasakan aliran air yang mengalir kepalanya hingga ke sekujur tubuhnya. Terasa meringankan beban yang terdapat dalam dirinya. Meskipun hanya sementara paling tidak dia dapat merilekskan otot-ototnya yang lelah akibat bertarung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!