"Wahhhh....tampan sekali, dia adalah pangeran yang membantuku saat itu" batinku memikirkan tentang pria tersebut dan tidak bisa berkedip melihatnya dari jarak yang sangat dekat seperti saat ini.
Wajahnya sangat tampan ketika di lihat dari dekat, aku sungguh tersenyum lebar menatap wajah tampannya itu, dan rasanya tidak ingin menjauh darinya aku ingin terus memandangi wajah tampannya tersebut tetapi dengan cepat pria itu mendorong tubuhku hingga aku segera bangkit lebih dulu dan mulai merapihkan pakaianku yang kotor dengan secepatnya.
"Aahhh... terimakasih sudah menolongku, maaf aku membuatmu harus terjatuh, maafkan aku" ucapku sambil terus membungkuk kepada pria tersebut.
Namun disaat aku membungkuk meminta maaf dan mengucapkan terimakasih kepadanya pria itu sudah langsung pergi meninggalkan aku begitu saja hanya punggungnya yang terlihat berjalan semakin menjauh dariku saat itu dan aku tidak bisa melakukan apapun lagi.
Dia benar-benar terlihat cukup aneh dan tidak mengeluarkan sepatah katapun saat berhadapan denganku sebelumnya, itu membuat aku membelalakkan mataku dengan heran padanya.
"Eehhh...kenapa dia pergi begitu saja? Apa yang salah dengannya atau apakah pria itu marah dan kesal padaku karena aku sudah membuatnya terjatuh seperti tadi, ya...mungkin saja dia marah, ahhh..itu memang cukup memalukan untuk di ingat" gerutuku sambil menggaruk belakang kepalaku perlahan.
"Dasar orang aneh, kenapa belakang ini aku harus bertemu banyak jenis orang yang merepotkan dan sangat aneh" gerutu pria tersebut sambil langsung pergi meninggalkan Zhan Tao saat itu tanpa basa basi sedikitpun.
Aku pun segera mengambil sepeda milik Xinxin yang untungnya sepeda itu cukup tahan banting dan kuat tidak ada kerusakan patah pada sepedanya hanya sedikit lecet saja, aku pun bisa merasa lega karena tidak perlu mengganti rugi dengan jumlah besar pada Xinxin saat itu, namun yang tidak aku sadari adalah, tanganku yang ternyata berdarah di bagian sikutku saat itu, karena aku terlalu panik memikirkan sepeda milik Xinxin aku sampai tidak sadar bahwa sikut tanganku terluka.
Sampai tiba-tiba saja aku bertemu dengan Jingmi dan dia lah yang memberitahu aku tentang sikutku yang terluka saat itu.
"Zhan Tao apa yang terjadi denganmu, kenapa sikutmu terluka seperti itu, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Jingmi yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana, sebab aku sudah melihat dia yang tiba-tiba berdiri di sampingku saat itu.
"Eehh ..Jingmi kau selalu muncul tiba-tiba apa kamu manusia?" Balasku kepadanya sambil segera mendorong sepeda milik Xinxin.
Tetapi Jingmi langsung mengambil sepeda itu dari tanganku dan dia mendesak aku untuk menjawab ucapan darinya lagi.
"Sudah sini biar aku yang bawakan sepedanya, kau mau kemana dan kenapa tidak menjawab pertanyaan dariku barusan?" Tanya Jingmi sambil terus memperhatikan aku dengan lekat, membuat aku sedikit tidak nyaman mendapatkan tatapan seperti itu.
"Aaa ..ahhh...itu tadi sebenarnya aku mau ke kampus tapi malah jatuh dari sepeda karena aku lupa kalau sepeda milik salah satu temanku ini tidak memiliki rem yang kuat, alhasil jadilah begini, tapi aku baik-baik saja kok, sepedanya juga tidak rusak parah jadi kamu tidak perlu mencemaskannya" balasku kepada Jingmi menjelaskan semua kejadian barusan yang aku alami.
"Aishh....tidak papa bagaimana, apa kamu masih tidak sadar lihat itu sikutmu berdarah begitu, masih saja kau bilang baik-baik saja, sudah ayo ikut aku...sekarang aku yang akan mengobati lukamu itu" balas Jingmi sambil langsung membawaku ke samping gedung kampus, dia juga memarkirkan sepedanya dengan cepat lalu mengeluarkan sesuatu dari ranselnya yang ternyata itu obat merah dan tisyu, tidak tahu darimana dia bisa membawa peralatan medis yang cukup lengkap seperti itu di dalam tasnya.
"Ehh...Jingmi kenapa di dalam tasmu bisa ada semua ini, apa kau selalu mempersiapkannya?" Tanyaku padanya saking merasa heran,
"Sebelumnya aku tidak pernah me.bawa barang-barang seperti ini, namun karena saat itu aku terjatuh aku lebih suka untuk membawanya kemanapun aku pergi untuk berjaga-jaga jika sesuatu terjadi, maka aku tidak perlu kesulitan mencari benda seperti ini jika aku terluka" balas Jingmi sbil tersebut dan mulai membersihkan luka di sikutku dengan air.
Rasanya memang sangat perih dan aku terus meringis kesakitan saat itu, Jingmi juga meniupi lukaku, dia terlihat sangat baik memperlakukan aku saat itu.
"Sssttt....." Ringis ku merasa sangat perih,
"Huuuu....huuuuhh.... bagaimana apa masih terasa sakit, aku akan menutupinya dengan plester kau tidak perlu cemas dengan begitu tidak akan ada debu yang bisa masuk" balas Jingmi sambil mulai menempelkan plester di sikutku.
Aku hanya tersenyum membalas ucapannya, dia sangat memperhatikan aku dengan sangat baik, bahkan mengobati luka di sikutku lebih baik di bandingkan apa yang aku lakukan kepadanya ketika mengobati luka di tubuhnya kala itu.
"Jingmi terimakasih banyak kamu sudah mengantarku dan membantu aku untuk mengobati luka tapi aku harus segera pergi sekarang, kelas bahasa pasti sudah di mulai aku tidak bisa terus disini" ucapku kepadanya.
Aku pun segera bangkit berdiri dan berniat untuk pergi dari sana namun tiba-tiba saja Jingmi ikut berdiri dan dia menahan tanganku yang hendak pergi saat itu, tentu aku langsung menghentikan langkah kakiku dan langsung menoleh kembali ke arahnya dengan wajah kebingungan dan kedua alis yang aku naikkan bersama.
"Ada apa? Kau mau membicarakan apa lagi denganku?" Tanyaku kepadanya,
"Apa tadi kau bilang jurusan bahasa ya?" Tanya Jingmi padaku dan langsung saja aku anggukan dengan cepat memang aku mengatakan itu sebelumnya.
Tiba-tiba saja Jingmi tersenyum lebar dan dia langsung menggandeng tanganku sambil menarik aku hingga masuk ke dalam gedung kampus saat itu juga.
"Ee...ee..ehh ..Jingmi apa yang kau lakukan, lepaskan tanganku kau mau membawaku kemana hey...." Ucapku berusaha melepaskan diri darinya.
Tanpa aku tahu bahwa ternyata Jingmi juga mengambil jurusan yang sama denganku bahkan dia adalah ketua kelas yang ada di dalam gruf mahasiswa baru pada jurusanku saat ini, aku baru menyadari semua itu ketika kami sampai di depan kelas bahasa dan Jingmi malah ikut masuk denganku ke dalam sana.
"Jingmi apa yang kau lakukan kenapa kau juga masuk kemari? Tanyaku kepadanya dengan mengerutkan kedua alisku merasa sangat heran,
"Tentu saja ini adalah kelasku" balas Jingmi membuat aku langsung membelalakkan mata dengan sangat lebar.
Aku sangat kaget ketika mendengar pengakuan tersebut dari Jingmi karena aku pikir dia adalah senior di kampus ini, namun rupanya dia juga mahasiswa baru seperti aku, bahkan malah duduk di kelas dan jurusan yang sama denganku, itu sangat mengejutkan diriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments