Professor Ling I Love You

Professor Ling I Love You

Zhan Tao

Zhan Tao seorang gadis ceria yang selalu penuh dengan energi dan semangat, dia tidak cukup pandai dan tidak terlalu bodoh, hanya saja sejak kecil dia selalu menjadi anak yang sedikit ceroboh dan selalu terburu-buru, hingga dia sering di juluki sebagai gadis pembawa sial oleh teman-teman dan keluarganya sendiri, bahkan satu tahun silam kematian ibunya di anggap di sebabkan oleh dirinya karena sang ibu tertabrak mobil ketika hendak membantu dirinya menyebrangi jalan, sang ayah sudah menikah lagi dengan wanita yang usianya lebih muda dari sang mendiang ibunya, wanita itu juga membawa seorang bocah laki-laki bernama Haocun, dia adalah anak laki-laki yang cukup nakal dan selalu saja tidak pernah akur dengan Zhan Tao, maka dari itu di hari kelulusannya saat ini, dia sudah memutuskan untuk pergi merantau ke pusat kota seorang diri, hanya dengan berbekalkan tekad dan keberanian yang kuat, dia ingin meninggalkan tempat asal dan kampung halamannya tersebut untuk meninggalkan luka yang membekas di dalam dirinya.

Saat ini dia bersikap untuk membereskan semua pakaiannya ke dalam koper dan sudah membeli tiket kereta bawah tanah menuju kota besar tempat dimana universitas Gueining berada, itu adalah universitas terbesar di kota tersebut juga universitas favorit di kota tersebut, dia mengambil jurusan bahasa karena mimpinya hanya ingin menjadi orang biasa yang bahagia, tidak ada mimpi yang benar-benar ingin dia capai karena dia sudah merasa cukup dengan hidupnya yang sekarang.

"Ayah...aku akan pergi sekarang, jika kau tidak bisa mengantarku, aku bisa pergi sendiri" ucap Zhan Tao kepada ayahnya yang tengah membaca sebuah koran di ruang tengah bersama dengan adik tiri dan ibu tirinya.

Ayahnya pun segera menaruh koran yang tengah dia baca dan segera bangkit menghampiri putrinya tersebut dengan cepat.

"Sayang ayo biar ayah antarkan kamu sampai ke depan stasiun" ucap sang ayah sambil segera mengambil jaket miliknya.

Ibu tirinya juga segera memberikan bekal makanan dan sejumlah uang yang sudah dia hitung hanya cukup untuk biaya sekolah juga hidupnya selama satu bulan pertama di kota tersebut.

"Aahh....sayangku Zhan Tao, ini ibu sudah siapkan uang untuk bekalmu disana, karena dulu ibu juga pernah tinggal disana jadi ibu memahami seberapa besar pengeluaran yang akan kamu keluarkan, semoga uang ini bisa kamu gunakan dengan benar ya, ibu akan selalu mengirimkan uang padamu dalam setiap bulan di tanggal yang sama" ucap sang ibu tiri yang selalu bersikap jeli terhadap pengeluaran dan semua yang di lakukan oleh Zhan Tao.

"Eumm....iya bibi aku akan mengirim pengeluaran disana, kau tidak perlu cemas" balas Zhan Tao sambil tersenyum seperti biasanya.

Mereka saling berpelukan dan segera saja Zhan Tao dan ayahnya pergi dari sana menuju stasiun kereta bawah tanah.

Sang ayah membukakan pintu mobil untuk Zhan Tao dan dia segera masuk ke dalam mobil itu dengan cepat, sampai tidak lama kemudian hingga sesampainya di stasiun kereta bawah tanah saat Zhan Tao hendak melangkahkan kakinya masuk ke dalam kereta, sang ayah menahan tangannya terlebih dahulu.

"Ada apa ayah?" Tanya Zhan Tao merasa kebingungan sendiri,

"Ini, ambil lah uang ini untuk bekalmu di kota nanti" ucap sang ayah sambil memberikan sebuah amplop berwarna coklat secara diam-diam kepada Zhan Tao saat itu.

Melihat hal tersebut tentu saja Zhan Tao mereka heran dengan apa yang ayahnya lakukan, padahal dia sendiri tahu bahwa bibinya sudah memberikan dia uang untuk bekal di kota dan semua biaya sekolahnya, sehingga Zhan Tao segera menolak pemberian dari ayahnya tersebut.

"Ayah apa yang kamu lakukan, kenapa kamu memberikan aku uang lagi, bukankah bibi sudah memberikan aku uang untuk biaya disana dan seluruh biaya sekolahku, kau tidak perlu memberikan aku uang lagi, uang dari bibi sudah dia hitung dan pasti akan cukup" ucapku menolak pemberian dari ayah saat itu.

"Zhan Tao, ayah tahu akhir-akhir ini kamu begitu kesulitan dengan biaya untuk dirimu sendiri, aku adalah ayahmu Zhan Tao, aku bekerja untuk menafkahi kamu, bibi dan adikmu Haocun, jika mereka menikmati harta ayah, kamu juga bisa menikmati dengan jumlah yang sama, ayah tidak ingin bersikap seakan ayah tidak adil denganmu, jadi tolong ambilah ini" ucap sang ayah yang tetap mendesak Zhan Tao untuk menerima uang itu darinya.

Bahkan sang ayah terus memasukkan amplop coklat itu ke dalam tas yang di bawa oleh Zhan Tao saat itu, sehingga Zhan Tao tidak bisa menolaknya lagi.

"Ayah apa kau yakin bibi tidak akan memarahiku karena sudah memberikan aku uang tambahan ini?" Ucap Zhan Tao merasa sedikit cemas,

"Dia tidak akan tahu jika kau tidak memberitahu dia, jadi kita berdua harus sama-sama tutup mulut, apa kau mengerti?" Ucap sang ayah sambil memperagakan mulutnya yang di kunci saat itu.

Zhan Tao pun langsung saja tersenyum dan ikut memperagakannya, hingga sang ayah segera menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam kereta bawah tanah secepatnya sebelum pintunya akan ditutup.

"Sudah.....sudah...ayo cepat kamu masuk sebelum pintunya tertutup, kau harus menjadi anak yang pandai dan belajarlah dengan giat disana ayah akan menantikanmu segera lulus dari sana" ucap sang ayah sambil menepuk kedua pundak Zhan Tao saat itu.

Zhan Tao segera mengangguk dan dia langsung masuk ke dalam kereta bawah tanah tersebut secepatnya, sambil melambaikan tangan kepada sang ayah sebagai bentuk perpisahan saat itu, dan dia terus saja berdiri di depan pintu tersebut hingga pintunya benar-benar tertutup dan dia mulai mengambil salah satu tempat untuk dia duduki.

"Fyuhhh....dasar ayah yang payah, kenapa dia malah mencemaskan putrinya akan kekurangan uang, aku memiliki banyak tabungan selama ini, dia saja yang tidak pernah tahu" ucap Zhan Tao sambil terlihat berkaca-kaca menahan kesedihan di dalam hatinya saat itu.

Dia benar-benar merasa sangat sedih dan pilu, dia tidak tahu harus menghadapi keadaan ini seperti apa, dari bertahun-tahun lamanya ini adalah pertama kalinya dia harus pergi ke tempat yang jauh dari kampung halaman dan memutuskan untuk pergi seorang diri ke tempat yang tidak dia kenali sebelumnya, di dalam kereta dia terlihat terus menangis terisak sendiri karena mengingat kebaikan dari ayahnya yang selalu saja memberikan dia uang secara diam-diam seperti itu.

"Hiks....hiks.... Kenapa hidupku sangat menyedihkan, aku harus terus bersemangat dan meraih mimpiku disana, menjadi mahasiswa bahasa yang lulus tepat waktu dan bisa mendapatkan keluarga baru disana nantinya.

Zhan Tao terus saja menghirup udara segar dan berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil segera menghapus air mata yang membasahi pipinya saat itu, dia sudah meyakinkan dirinya bahwa dia tidak boleh menjadi wanita lemah dan cengeng, meski semua ini nampak menyedihkan, karena dia harus mendaftar ulang ke universitas tersebut seorang diri.

Hingga sesampainya di kota tersebut Zhan Tao terlihat sangat senang dan gembira melihat suasana kota yang sangat indah dan ramai, banyaknya kendaraan dan suasana disana yang sangat berbeda di bandingkan di kampung halamannya, gerbang depan universitas Gueining yang sangat indah dengan terdapat dua patung macan di setiap samping tugu tersebut terlihat berdiri dengan kokoh.

Zhan Tao terlihat sangat kagum dan terpukau atas keindahan kota tersebut yang sangat luar biasa, dia merasakan suasana yang berbeda setelah bertahun-tahun hanya tinggal di pedesaan, dia tersenyum sangat lebar dan mulai merentangkan tangannya.

"Huaaaa.... universitas Gueining aku datang!" Teriak Zhan Tao sangat senang menyambutnya.

Disaat dia merentangkan kedua tangannya dan berteriak sangat kencang sambil menghadap ke depan gerbang besar universitas Gueining tersebut tiba-tiba saja dari samping ada seseorang yang menggunakan sepeda dengan cukup kencang dan menabraknya hingga dia jatuh tersungkur ke tanah dengan keras saat itu, sampai membuat tangannya tergores sedikit akibat menahan diri.

"Hey....awas!...." Teriak seorang wanita yang memakai sepeda dengan ngebut.

Zhan Tao melirik ke sumber suara tersebut dan dia melihat seseorang dengan sepeda yang mendekatinya sangat kencang saat itu.

"Aaakkkkk....brukk" suara mereka berdua yang langsung terjatuh ke tanah bersamaan.

Sepeda yang dikendarai oleh wanita itu terjatuh ke tanah dengan kedua ban nya yang memutar terus meski sang pemiliknya sudah jatuh tersungkur ke tanah dengan luka di lututnya yang cukup dalam saat itu.

Zhan Tao langsung saja berusaha bangkit berdiri dan mulai merapihkan pakaiannya lalu segera bergegas membantu wanita yang menabrak dia sebelumnya karena dia terlihat jatuh lebih kencang di bandingkan dirinya saat itu.

"Aaaa...a..aduhh...eehh...kau apa kau baik-baik saja, ayo aku bantu berdiri" ucap Zhan Tao sambil mengulurkan tangannya kepada wanita tersebut.

Dia segera memapah wanita itu ke samping dan membantunya agar duduk di kursi yang ada disana, selain itu Zhan Tao juga langsung mengambil plaster yang selalu dia bawa kemana-mana dan mulai mengobati luka di lutut wanita itu tanpa menghiraukan luka di tangannya sendiri.

"Ehh....diam dulu, jangan banyak bergerak aku akan mengobati lukamu sebentar" ucap Zhan Tao yang membuat wanita itu tersanjung dengan kebaikan yang di berikan oleh Zhan Tao.

Wanita itu berpikiran dia lah yang telah melakukan kesalahan karena mengayuh sepeda dengan sangat kencang tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya dengan benar sampai dia malah menabrak orang lain, namun kini justru malah dirinya sendiri yang di bantu dan di obati oleh orang yang dia tabrak, sehingga wanita tersebut langsung saja merasa tidak enak, dan segera menyuruh Zhan Tao untuk duduk di sampingnya hingga mereka saling berkenalan satu sama lain.

"Ehh...sudah...sudah.... terimakasih sudah mengobati lukaku, ayo duduk disini dan siapa namamu?" Ucap wanita itu kepada Zhan Tao.

"Oh.... perkenalkan namaku Zhan Tao aku dari pedesaan, dan aku datang kemari untuk mendaftar ulang sekaligus mahasiswa tahun ajaran baru" ucap Zhan Tao memperkenalkan dirinya.

Wanita itu terlihat berseri dan ceria dia juga langsung memperkenalkan dirinya kepada Zhan Tao meski Zhan Tao sendiri belum menanyakan tentang wanita tersebut.

"Wahh ...benarkah? Aku juga mahasiswa tahun ajaran baru disini, hanya saja aku sudah lebih dulu mendaftar ulang kemarin, bahkan aku sudah memiliki kamar, oh ya perkenalkan namaku Xinxin aku berasal dari kota sebelah tidak jauh dari sini " balas wanita tersebut.

Zhan Tao sangat senang mengetahui wanita itu satu angkatan dengannya, karena dengan begitu artinya dia bisa mulai mendapatkan teman baru, dan bisa memiliki satu kenalan di kota baru ini.

"Wahh....aku senang sekali, kalau begitu bisakah kita menjadi teman, aku sama sekali tidak memiliki siapapun yang aku kenal disini" ucap Zhan Tao yang lebih dulu mengajaknya berteman.

"Tentu saja, ayo kau aku antarkan ke tempat pendaftaran dan kau bisa satu kamar denganku nantinya, kita bisa menjadi sahabat baik" balas Xinxin yang sangat antusias membalasnya.

Zhan Tao pun segera mengangguk penuh semangat dan mereka berdua langsung pergi menuju tempat pendaftaran ulang, sampai Xinxin membantu Zhan Tao untuk melakukan daftar ulang dan membujuk penjaga asrama untuk mengijinkan Zhan Tao satu kamar degannya, sampai akhirnya mereka berhasil dan Xinxin segera membawa Zhan Tao ke kamar mereka, dimana asrama putri itu masih terlihat senggang sebab tidak banyak mahasiswa yang kembali ke asrama di awal tahun seperti ini, mereka banyak yang tinggal di luar atau masih asik dengan keluarganya setelah libur panjang sebelumnya.

Sehingga di asrama itu masih terlihat sangat sepi dan hanya ada beberapa orang saja yang terlihat lalu lalang di sekitar sana.

"Xinxin apa benar ini asrama putrinya, kenapa terlihat sangat sepi?" Tanya Zhan Tao yang merasa heran saat itu,

"Hey ..kenapa?....apa kau takut, ini hal biasa mereka masih belum kembali, baru akan kembali jika satu hari masuk sekolah, kau jangan takut kita kan berdua, aku saja kemari tinggal sendiri disini, tapi aku biasa saja" balas Xinxin kepada Zhan Tao.

"Aahhh...begitu ya...aku pikir ini terbengkalai semuanya sangat berantakan" balas Zhan Tao lagi yang tidak terbiasa dengan suasana asrama putri berantakan seperti itu.

Xinxin justru langsung saja menertawakan balasan dari Zhan Tao sebab ucapan yang di lontarkan oleh Zhan Tao membuat dia ingin tertawa sangat lebar karena pemandangan seperti itu sudah biasa dia lihat karena tidak ada yang membersihkan tempat tersebut, sebab kebanyakan mahasiswa memilih pulang dan lupa tidak membereskan dulu asramanya.

"Ahaha...kau ini sangat lucu Zhan Tao, sudahlah ayo kita masuk, ini kamar kita" balas Xinxin sambil membukakan pintu kamar yang akan mereka huni saat itu.

Zhan Tao terperangah kaget mihat kamar yang akan mereka huni terdapat empat kasur yang berada di atas saat itu, juga ada empat meja dan empat kursi di tengah-tengah ruangan tersebut, tempatnya terlihat sangat kecil dan minimalis namun cukup rapih dan bersih, dia tetap merasa kaget karena tidak pernah tinggal di tempat sekecil ini sebelumnya.

"Hah?... Xinxin apakah ini benar-benar tempat tinggal kita? Apa kita akan tinggal di sini sampai lulus nanti?" Tanya Zhan Tao yang menatap dengan wajah syok serta terperangah saat itu.

Langsung saja Xinxin menganggukkan kepalanya dan Zhan Tao langsung tertunduk dengan lesu sambil mengeluh sendiri merasa sangat lesu juga kacau.

"Hua......apakah ini pantas di sebut kamar mahasiswa dan hunian manusia, kenapa juga harus ada empat kasur memangnya kita tinggal berapa orang di dalam sini?" Tanya Xinxin lagi dengan wajah yang sudah di tekuk.

"Hey ..sudahlah kau ini benar-benar terlihat konyol dan lucu, semua kamar disini memang berbentuk kecil dan minimalis, semua kamar hanya memiliki satu kamar mandi dan ada empat anggota yang akan tinggal dalam satu ruangan, termasuk ruangan ini, maka dari itu ranjangnya ada empat, masing-masing dari kita memiliki lemari, ranjang, kursi dan meja belajar masing-masing, kita bisa sambil berbincang dan melakukan pekerjaan bersama nantinya" balas Xinxin yang sangat antusias menjelaskan semua itu.

Sedangkan Zhao Tao yang mendengar semua itu hanya bisa semakin tertunduk lemas dengan wajah yang semakin pucat juga terlihat sangat buruk dengan menghembuskan nafas yang kasar dan tidak memiliki energi lagi dalam tubuhnya.

"Huuuuhh..... bagaimana bisa kita tinggal di asrama seperti ini, padahal ini kan universitas besar dan mewah kenapa asramanya seperti ini?" Ucap Zhan Tao mengeluh,

"Hey...Tao..Tao...kau ini harusnya bersyukur mahasiswa lain ada yang memiliki kamar lebih parah dari ini, kamu harus tahu bahwa mahasiswa ajaran baru memang selalu memiliki kamar yang kecil, berbeda dengan para senior lainnya, jadi kau bersabarlah, ayo bereskan barangmu dan pilihkan tempat mana yang akan kau ambil sebelum kedua teman kita akan segera datang" balas Xinxin kepada Zhan Tao saat itu.

Zhan Tao mengangguk dan segera memilih salah satu ranjang yang berada di samping Xinxin telat berada dekat dengan jendela dan balkon kamar tersebut.

Dia rasa tempat itu adalah tempat paling baik selain berada di samping Xinxin, ranjangnya juga terlihat lebih bagus dari pada dua yang lainnya, matahari juga akan menerima dengan benar padanya ketika dia tidur nanti sehingga bisa membantunya untuk bangun lebih awal jika dia malas, selain itu dia mungkin tidak akan kepanasan jika memilih tempat yang dekat dengan jendela, itu lebih nyaman dari dua tempat yang lain.

"Wah ...Tao..Tao kau memilih tempat yang bagus, kita bisa mengobrol sebelum tidur karena ranjang kita berdampingan" balas Xinxin kepadanya.

"Itu salah satu alasan mengapa aku memilihnya" balas Zhan Tao sambil tersenyum dan memasukkan seluruh pakaian miliknya ke dalam lemari yang berada di bawah ranjangnya tersebut, dia harus menaiki tangga kecil untuk tidur di ranjangnya, benar-benar tempat yang sangat kecil dan disusun se minimalis mungkin agar bisa masuk barang-barang lainnya.

Episodes
1 Zhan Tao
2 Teman Sekamar
3 Jingmi
4 Diantar Kembali
5 Di Asrama
6 Menghias Kamar
7 Membeli Buku
8 Dibantu Jingmi
9 Menerima Kencan Buta
10 Di Obati
11 Jingmi dan Xinxin
12 Melakukan Kencan Pertama
13 Kencan Kedua
14 Kencan Ketiga
15 Professor Ling
16 Sangat Senang
17 Kenyataannya
18 Mengungkapkan Perasaan
19 Di Kelas
20 Tidak Fokus
21 Ketahuan Profesor Ling
22 Formulir pendaftaran
23 Senior Sisi
24 Ketakutan
25 Alasan Dia
26 Memindahkan Barang
27 Gugup
28 Sakit Hati
29 Jingmi Bisa Diandalkan
30 Bangun Tidur
31 Jingmi Merajuk
32 Mengantar Xinxin
33 Dibantu Profesor Ling
34 Kedekatan Dengan Jingmi
35 Pingsan
36 Disuapi Jingmi
37 Ati Ampela
38 Salah paham
39 Tugas Dari Senior Sisi
40 Ketakutan Sendiri
41 Dengan Profesor Ling
42 Di Rumah Profesor Ling
43 Mencari Makanan
44 Digendongnya
45 Mencari Jingmi
46 Merawat Jingmi
47 Hampir Terlambat Lagi
48 Ditegur
49 Di Tangga Darurat
50 Cemburu
51 Senior Feng dan Profesor Ling
52 Menguping
53 Menghadap Profesor Ling
54 Diajarkan Profesor Ling
55 Perhatian Yang Tidak Disadari
56 Kepanikan Profesor Ling
57 Putus asa
58 Mengeringkan Rambutnya
59 Menangis
60 Bertemu Profesor Ling
61 Wahana Seluncur Es
62 Membawa Zhan Tao Pergi
63 Berbohong
64 Kebingungan Anming
65 Memeluknya
66 Emosi Senior Anming
67 Tidak Sadarkan Diri
68 Baru Ingat
69 Memberikan Kartu Akses
70 Membujuk Senior Sisi
71 Menikmati Makanan Sendiri
72 Ketahuan
73 Dikeluarkan
74 Mengobrol
75 Bertemu di Kantin
76 Hadiah
77 Penyesalan Profesor Ling
78 Ending
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Zhan Tao
2
Teman Sekamar
3
Jingmi
4
Diantar Kembali
5
Di Asrama
6
Menghias Kamar
7
Membeli Buku
8
Dibantu Jingmi
9
Menerima Kencan Buta
10
Di Obati
11
Jingmi dan Xinxin
12
Melakukan Kencan Pertama
13
Kencan Kedua
14
Kencan Ketiga
15
Professor Ling
16
Sangat Senang
17
Kenyataannya
18
Mengungkapkan Perasaan
19
Di Kelas
20
Tidak Fokus
21
Ketahuan Profesor Ling
22
Formulir pendaftaran
23
Senior Sisi
24
Ketakutan
25
Alasan Dia
26
Memindahkan Barang
27
Gugup
28
Sakit Hati
29
Jingmi Bisa Diandalkan
30
Bangun Tidur
31
Jingmi Merajuk
32
Mengantar Xinxin
33
Dibantu Profesor Ling
34
Kedekatan Dengan Jingmi
35
Pingsan
36
Disuapi Jingmi
37
Ati Ampela
38
Salah paham
39
Tugas Dari Senior Sisi
40
Ketakutan Sendiri
41
Dengan Profesor Ling
42
Di Rumah Profesor Ling
43
Mencari Makanan
44
Digendongnya
45
Mencari Jingmi
46
Merawat Jingmi
47
Hampir Terlambat Lagi
48
Ditegur
49
Di Tangga Darurat
50
Cemburu
51
Senior Feng dan Profesor Ling
52
Menguping
53
Menghadap Profesor Ling
54
Diajarkan Profesor Ling
55
Perhatian Yang Tidak Disadari
56
Kepanikan Profesor Ling
57
Putus asa
58
Mengeringkan Rambutnya
59
Menangis
60
Bertemu Profesor Ling
61
Wahana Seluncur Es
62
Membawa Zhan Tao Pergi
63
Berbohong
64
Kebingungan Anming
65
Memeluknya
66
Emosi Senior Anming
67
Tidak Sadarkan Diri
68
Baru Ingat
69
Memberikan Kartu Akses
70
Membujuk Senior Sisi
71
Menikmati Makanan Sendiri
72
Ketahuan
73
Dikeluarkan
74
Mengobrol
75
Bertemu di Kantin
76
Hadiah
77
Penyesalan Profesor Ling
78
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!