My Sexy Bodyguard
UNIVERSITAS NEGERI.
Alika Tiffani Raendra menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah cemberut. Ia kesal sekali karena pria itu terus mengekor langkahnya bahkan saat ia pergi ke toilet sekalipun. Tidak terhitung sudah berapa banyak mahasiswa yang menertawakanya dan mengatainya 'anak mami' hanya karena dirinya selalu dibuntuti oleh sedikitnya tiga orang pengawal ke mana pun ia pergi.
Seperti pagi ini, sedikitnya ada dua mobil pengawal yang mengawal mobilnya dalam perjalanan dari rumah hingga ia tiba di kampus, dan setelah tiba di kampus sedikitnya ada empat orang pria bertubuh besar yang mengekor langkahnya ke sana dan kemari, membuat Tiffani kesal dan mengusir mereka semua. Namun, hanya tiga pengawal yang pergi, sementara masih ada seorang pengawal yang tetap di tempatnya bahkan setelah Tiffani bentak habis-habisan sekali pun.
Tiffani tersenyum sinis, ia tahu jika pengawal itu hanya sok-sok'an bertahan agar terlihat tangguh dan mendapatkan pujian dari ayahnya. Padahal jika ia membentak pengawal itu sekali lagi, pengawal itu pasti lari seperti pengawal-pengawal sebelumnya.
"Pergi sekarang juga atau kutendang!" seru Tiffani, sambil melepaskan sepatu berhak tinggi yang terpasang di kaki indahnya.
Kesabarannya telah habis, karena pengawal itu terus mengikutinya hingga ke dalam toilet, membuat beberapa mahasiswi yang berada di dalam toilet menjerit dan berlarian keluar dari dalam toilet.
"Cepat pergi sekarang juga sebelum aku benar-benar menghajarmu dengan sepatuku!"
Sukses!
Hanya perlu bentakan kecil dari seorang Tiffani, pria itu pun melarikan diri, pergi secepat kilat dari hadapan Tiffani.
Tiffani berdecak sembari menggelengkan kepala melihat berapa lemahnya mental para pengawal yang ayahnya pilih untuknya, rambut panjang Tiffani yang berwarna kecokelatan dan ikal bergoyang indah saat ia melakukan gerakan itu. "Dasar sampah pengecut!" gumam Tiffani, lalu memasang sepatunya kembali sebelum melangkah menyusuri koridor yang dipenuhi mahasiswa.
Alika Tiffani, siapa yang tidak mengenal gadis itu. Selain cantik dan memiliki body goal yang membuat gadis lain menjadi iri, ia juga merupakan mahasiswi terkaya di Universitas tempatnya kuliah. Hampir semua acara yang diadakan di Universitas, selalu didanai oleh Ayah Tiffani--Richard Raendra.
Itulah sebabnya tidak ada yang berani bermain-main dengan Tiffani. Meski demikian, masih ada beberapa mahasiswa yang suka mengejeknya, terutama saat Tiffani dibuntuti oleh pengawal-pengawal yang bertampang menakutkan.
***
R TOWER ....
Richard Raendra adalah seorang pengusaha kaya raya yang dihormati oleh banyak orang. Tidak ada yang tidak mengenal siapa itu Richard Raendra, seorang duda pemilik gedung R Tower, gedung tertinggi dan termegah di kota Jakarta.
Selain kaya raya, Richard juga memiliki sifat dermawan yang suka membantu. Namun, di balik kebaikan dan ketenarannya, Richard memiliki sisi gelap yang tidak diketahui banyak orang, kecuali orang-orang yang juga memiliki peran di bagian-bagian hitamnya sebuah kehidupan.
Richard berperawakan tinggi dan besar, wajahnya tampan meskipun mulai terlihat garis-garis halus di wajahnya, tanda usianya yang sudah tidak muda lagi. Ia juga terlihat sangat berwibawa dan menakutkan. Ada kesan aneh pada diri seorang Richard yang membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi saat berhadapan dengan Richard.
Richard mendengkus kesal. Ia yang sejak tadi duduk di balik meja kerjanya di dalam ruangan kerja di kantornya kini bangkit berdiri dan menghampiri empat orang pria yang merupakan pengawal putrinya. Setelah tiba di depan para pengawal itu, Richard berkata, "Serius kalian tidak ada yang bisa bertahan di samping Tiffani. Kalian bahkan baru bekerja tidak lebih dari satu minggu."
Baru beberapa menit yang lalu keempat pengawal putrinya itu datang ke kantornya dan melapor tentang tingkah putrinya. Bukan hanya melapor, keempat pria itu mengundurkan diri sekaligus.
Seorang pria mengangguk dan menjawab pertanyaan Richard. "Maaf, Tuan, bukannya kami tidak mau, tapi Nona Tiffani selalu menolak kami. Saat menolak, nona akan mempermalukan kami di depan banyak orang. Tidak masalah sebenarnya, tapi saat nona mulai marah nona akan mulai mengamuk dan melakukan kekerasan pada kami. Nona sering sekali melempari kami dengan sepatunya di depan teman-temannya."
Richard mengerti bagaimana perasaan para pengawal itu. Toh, bukan kali ini saja pengawal Tiffany mengundurkan diri dengan alasan yang sama. Kebanyakan dari pengawal yang mengundurkan diri merasa harga dirinya terluka. Tubuh mereka besar dan bertato, wajah mereka bengis dan menakutkan, seharusnya mereka terlihat berwibawa dan menyeramkan saat berjalan di samping Tiffani yang cantik dan anggun, tetapi semua kesan menakutkan itu akan dihancurkan Tiffani dengan mudah, apalagi saat Tiffani mengancam mereka dengan sepatu yang melayang di depan banyak orang.
"Maafkan kami, Tuan, kami masih ingin bekerja dengan Anda, tapi tidak untuk mengawal Nona Tiffani," ujar seorang pengawal lagi.
Richard mengangguk. Meskipun memiliki pembawaan yang menakutkan, tetapi Richard memiliki hati yang baik. Ia tidak akan mengabaikan keluhan yang datang padanya. Apalagi jika keluhan itu menyangkut Tiffani.
"Baiklah. Aku tidak bisa memaksa jika kalian tidak ingin bekerja lagi. Aku akan mencari pengawal baru untuk putriku."
***
Sore hari yang sejuk, angin berembus dengan begitu lembut, menggerakkan dahan pohon tabebuya yang memiliki bunga berwarna-warni. Beberapa bunga berjatuhan di atas rumput hijau yang menghampar di halaman rumah keluarga Raendra.
Sebuah mobil memasuki halaman parkir, lalu sebuah mobil menyusul dan memilih untuk berhenti di bawah rindangnya pohon tabebuya.
Pintu mobil pertama terbuka, dan Richard keluar dari dalamnya. Kedua mata elangnya kemudian memandang mobil yang berhenti di luar area parkir--mobil Tiffani.
"Ayah!" seru Tiffani begitu keluar dari dalam mobil. Gadis itu langsung berlari menghampiri Richard dan memeluk tubuh Richard dengan begitu erat.
"Kamu merusak rumputnya, Tiffani," ujar Richard, sambil menepuk punggung putrinya.
Tiffani menjauh dari sang ayah, lalu menoleh ke belakang, di mana ia memarkirkan mobilnya secara asal-asalan. "Nanti juga akan tumbuh lagi."
Richard menggeleng sambil mencubit kedua pipi Tiffani. "Kamu memang suka merusak apa pun, Fan. Sore ini kamu merusak rumput, dan siang tadi kamu merusak harga diri pengawal yang bertugas untuk menjagamu."
Tiffani meringis. "Mereka mengadu?"
"Bukan hanya mengadu, mereka juga mengundurkan diri karena ulahmu itu."
Tiffani mengulum senyum. Ia bangga sekali karena kali ini ia lagi-lagi berhasil menyingkirkan pengawal yang terus membuntutinya.
"Kenapa mereka lemah sekali," ujar Tiffani dengan santainya. "Seharusnya sebagai seorang pengawal, mereka harus memiliki fisik dan mental yang kuat. Tidak mudah menyerah hanya karena aku sedang bad mood."
Richard menjewer telinga putrinya. "Mereka bukannya lemah, Fani, kalau mereka mau mudah bagi mereka untuk membalas perbuatanmu, tetapi mereka tidak mau, Nak. Dan, ya, ayah akan memcarikanmu pengawal yang bermental kuat, agar tidak mudah menyerah saat kamu mulai bad mood."
Tiffani melotot. "Ayah akan mencari pengawal lagi untukku?" pekik Tiffani. "Ah, Ayah, tidak usah. Aku tidak butuh pengawal. Lagi pula untuk apa pengawal kalau aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku benar-benar tidak butuh!" Tiffani menjauh dari Richard, lalu mulai berlari menuju bangunan utama.
Richard menatap punggung Tiffani yang menjauh. Ia menghela napas. "Kamu tidak tahu betapa berbahayanya di luar sana untukmu, Nak."
***
GUDANG PENYIMPANAN RAHASIA ....
Segala aktivitas seharusnya berhenti saat malam semakin beranjak naik. Kebanyakan manusia normal akan beristirahat, entah tertidur atau hanya sekadar berbaring di atas kasur yang empuk sambil bergelung di dalam selimut yang hangat. Namun, hal demikian tidak berlaku bagi para pekerja yang bekerja untuk Richard Raendra. Mereka memang bekerja di malam hari, saat semua orang sedang terlelap dan terbuai oleh sebuah mimpi indah yang palsu.
Beberapa kotak besar yang terbuat dari kayu dan beberapa bahkan terbuat dari baja diturunkan dari sebuah truk berukuran besar. Kotak-kotak itu kemudian dibawa menggunakan forklift menuju sebuah gudang penyimpanan, di mana terdapat ratusan kotak yang sama tersimpan di dalamnya.
Bruk!
Sebuah kotak jatuh dari forklift , dan isinya berhamburan di atas tanah berpaving.
"Rama! Bang_sat! Apa kamu tidak bisa berhati-hati, hah! Kalau sampai ada yang rusak maka habislah kita. Dasar bang_sat!" Robi berteriak, lalu menghampiri kotak yang terjatuh sambil terus mengumpat.
Rama yang bertugas untuk mengoperasikan forklift segera turun dari kendaraan pengangkut barang berat tersebut dan berlutut di samping kotak yang terjatuh.
"Lihat! Lihatlah. Kalau sampai senjata-senjata itu ada yang patah atau cacat, maka Tuan Richard akan membunuh kita!" Robi meneriaki Rama, sambil meninju kepala Rama dengan keras.
Rama emosi. Ia memang hanya seorang pekerja, tetapi ia tidak suka jika ada pekerja lain yang mengintimidasinya, apalagi sampai melakukan tindakan fisik padanya.
Rama bangkit berdiri, tubuhnya memang tidak sebesar Robi, wajahnya juga tidak bengis seperti Robi, tetapi ia memiliki keberanian yang melampaui keberanian Robi.
"Apa yang kamu lakukan barusan, hah? Siapa yang memberimu izin untuk meninju kepalaku?!" Rama meremas kerah pakaian Robi.
Robi mendorong Rama. "Aku bahkan tidak melakukannya dengan keras! Ingat, aku adalah bismu di sini. Aku bosmu sialan!" teriak Robi
"Tetap saja aku tidak suka!" Rama balas berteriak. "Aku tidak peduli dengan statusmu. Aku tidak suka bos macam dirimu!"
Perkelahian pun terjadi, menarik perhatian beberapa pekerja, tidak terkecuali Richard yang telah berdiri di dalam kegelapan sejak beberapa waktu lalu untuk mengawasi pekerjaan anak buahnya.
Setelah bergumul beberapa menit tanpa ada yang melerai, Robi keluar dari kerumunan dengan wajah yang berdarah. Sementara Rama tidak terluka sedikitpun.
"Robi, yang benar saja kamu kalah dari anak ingusan seperti Rama!" seru salah seorang pekerja sambil tertawa terbahak-bahak, dan pekerja lainnya ikut tertawa.
"Sialan kalian semua!" Robi berteriak sambil menendang kotak di depannya dengan kesal.
Sementara itu di kejauhan Richard bertanya pada asistennya yang sejak tadi berdiri di sebelahnya. "Cari tahu siapa pemuda itu," perintah Richard.
"Yang mana, Tuan, yang babak belur atau yang selamat?" tanya si asisten dengan ragu.
Richard berdecak. "Tentu saja yang selamat. Aku rasa aku menemukan bodyguard baru untuk putriku. Bodyguard ke 50 dalam tiga bulan terakhir."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Tersiani Duni
semangat kak Novia💪
novel baru lagi😊💚
2023-04-01
1