RUMAH POHON

Richard terkejut, begitu juga dengan Rama saat tiba-tiba Tiffani menerobos masuk dan berteriak tidak setuju atas niat Richard untuk menempatkan Rama di gudang yang baru saja akan beroperasi.

Sebenarnya Richard bisa menugaskan siapa saja di sana, tetapi ia hanya memercayai Rama dan berniat akan menjadikan Rama kepala bagian gudang di sana jika memang Rama setuju dan lebih suka bekerja di gudang daripada menjadi seorang bodyguard.

"Tiffani, bukankah ayah memintamu untuk beristirahat di kamarmu, Nak. Kenapa malah datang ke sini?" tanya Richard.

Tiffani tidak menghiraukan pertanyaan Richard, ia menghampiri meja kerja Richard, di mana Rama dan Richard saling duduk berhadapan.

"Jangan pergi," pinta Tiffani pada Rama.

Rama bangkit berdiri dan membungkuk pada Tiffani. "Tapi, Nona--"

"Tidak ada tapi-tapian. Teganya kamu ingin pergi meninggalkanku. Bukankah kamu sudah berjanji akan menuruti permintaanku!" Tiffani melotot ke Rama.

"Nona bukan begitu, tapi ... saya ...." Rama tidak dapat melanjutkan ucapannya, karena melihat kedua mata Tiffani yang berkaca-kaca sekarang seperti hendak menangis.

Melihat tingkah putrinya yang begitu aneh, Richard pun memutuskan untuk bertanya pada sang putri. "Tiffani, ada apa ini sebenarnya? Kenapa kamu bertingkah seperti ini, Nak?"

Tiffani lalu menoleh ke Richard. "Jangan tugaskan Rama ke mana pun, Ayah. Bukankah Ayah telah menugaskan dia untuk menjadi bodyguardku, kalau ayah menugaskannya bekerja di tempat lain, lantas siapa yang akan menjagaku? Apa Ayah akan mengganti posisi Rama dengan bodyguard yang baru?

Richard mengangguk. " Ayah memang berencana melakukan hal itu, Fani. Ayah hanya akan menugaskan Rama selama satu bulan, karena hanya Rama yang ayah percaya untuk menjaga gudang di sana."

Air mata Tiffani menetes, dan hal itu membuat Richard juga Rama menjadi bingung dan khawatir.

"Nona, jangan menangis." Rama langsung menarik selembar tisu dari kotak tisu yang ada di atas meja kerja Richard dan memberikannya pada Tiffani.

Tiffani menerima tisu dari Rama stabil berdesis. "Aku akan membunuhmu kalau kamu pergi. Ingat janjimu, Sialan!"

Richard berusaha menahan tawa begitu mendengar ucapan Tiffani. Hampir saja ia salah paham pada sikap putrinya yang setengah mati mempertahankan Rama. Ia pikir putrinya dan Rama memiliki hubungan yang tidak wajar, tetapi sepertinya tidak. Walaupun ia yakin ada sesuatu di antara keduanya, tetapi ia yakin jika sesuatu itu bukanlah cinta.

Richard berdeham, lalu bertanya, "Jadi, katakan padaku ada apa sebenarnya ini Rama? Kenapa putriku tidak ingin kamu pergi?"

"Kenapa Ayah bertanya padanya, tanya saja padaku."

Richard kembali duduk, dan melipat tangan di depan dada. "Katakanlah kalau begitu, Nak, ada apa sebenarnya?"

Tiffani menghela napas, kemudian mengusap lendir yang keluar dari hidungnya sebelum menjelaskan sesuatu kepda Richard. "Aku memiliki tugas dari kampus untuk membuat lukisan tiga dimensi. Tadinya aku ingin membayar seorang pelukis handal untuk melakukannya, tapi si Rama ini berkata untuk apa membayar pelukis mahal-mahal, karena dia sebenarnya bisa melukis. Jadilah aku membatalkan niatku untuk membayar pelukis itu, karena Rama berjanji akan melukis untukku. Kalau ayah membawanya pergi dari sini, lalu siapa yang akan mengerjakan tugasku itu? Ayah kan tahu kalau aku dan Mona tidak pandai melukis."

Richard tertawa terbahak-bahak. Ia begitu lega setelah mendengar penjelasan dari Tiffani. "Ah, jadi karena hal itu," ujar Richard. "Bagaimana kalau kamu mencari pelukis lain saja, Nak, sementara Rama akan tetap pergi."

"Tidak, Ayah. Harus Rama, karena Rama sudah--"

"Ayolah, Nak. Ayah akan membayar berapa pun pun pelukis itu. Rama harus tetap ke sana. Tidak bisa tidak, Tiffani."

Tiffani terlihat kecewa. Wajahnya begitu sedih dan binar di kedua matanya menghilang. Melihat hal itu Rama menjadi kasihan pada Tiffani, dan jujur saja ia pun ikut sedih. Ingin rasanya ia memenangkan Tiffani dan memeluk Tiffani hingga kesedihan Tiffani menghilang.

"Ayah akan meminta Andrew untuk mengantarmu ke sebuah galeri lukis besok. Kalian bisa mencari pelukis yang bagus." Richard kembali berujar, karena Tiffani hanya diam saja dan tidak menanggapi ucapannya.

"Tidak usah, terima kasih, Ayah. Aku tidak ingin Andrew datang dan mengantarkanku sana-kemari. Kalau sampai aku melihat Andrew datang, aku akan menembaknya dari jauh! Aku permisi." Tiffani langsung memunggungi Richard dan keluar dari ruangan Richard dengan langkah cepat.

"Fani, Fan!" Richard memanggil Tiffani, tetapi Tiffani tidak menghiraukan seruan sang Ayah.

"Anda tunggu saja di sini, Tuan, biar aku yang bicara pada nona," ujar Rama, yang tidak tega melihat Richard yang terlihat kelelahan.

Richard mengangguk, dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

***

Rama berlarian di dalam rumah mewah dan besar keluarga Raendra untuk mencari keberadaan Tiffani, tetapi ia tidak menemukan Tiffani di bagian dalam rumah, padahal ia sudah memeriksa semua kamar, perpustakaan, dapur, hingga kolam renang, tetapi gadis itu tidak ia temukan di mana pun.

Akhirnya setelah memastikan Tiffani benar-benar tidak ada di dalam rumah, Rama memutuskan untuk mencari Tiffani di halaman depan, yang hasilnya pun sama. Nihil!

Rama mulai kelelahan karena di halaman depan pun Tiffani tidak ada. "Ke mana dia," gumam Rama.

Sebenarnya bisa saja Rama meminta bantuan Mona atau pengawal yang lain untuk mencari keberadaan Tiffani, tetapi ia tidak melakukan itu, karena ada yang ingin ia tanyakan pada Tiffani begitu mereka bertemu, dan saat itu ia tidak ingin ada orang lain di antara mereka. Ia hanya ingin berdua dengan Tiffani.

Setelah istirahat sejenak, akhirnya Rama memutuskan untuk kembali mencari Tiffani. Kali ini ia memutuskan untuk mencari gadis itu di halaman belakang.

Halaman belakang begitu luas. Luasnya bahkan dua kali dari luas halaman depan. Padahal halaman depan saja sudah sangat melelahkan untuk dijelajahi.

Rama menarik napas dalam-dalam, bersiap untuk memutari halaman itu dan memeriksa setiap sudutnya dengan teliti, karena memang terdapat banyak pohon di halaman bagian belakang, tidak seperti di bagian depan.

Setelah memeriksa beberapa tempat dan hampir saja ia menyerah, perhatian Rama kemudian tertuju pada sebuah rumah pohon yang ada di salah satu pohon berukuran paling besar di halaman belakang. Terlihat cahaya kekuningan dari dalam rumah pohon tersebut.

Rama langsung berlari menghampiri rumah pohon tersebut dan menaiki tangga gantung agar bisa tiba di bagian atas pohon.

"Kamu menemukanku."

Rama terkejut begitu ia mendengar suara dari dalam rumah pohon. Ia yang baru saja tiba di bagian teras rumah pohon itu pun langsung mengelus dada untuk mengurangi rasa terkejutnya. Setelah kembali tenang, Rama pun langsung merangkak masuk ke dalam rumah pohon yang berukuran lumayan besar dan dipenuhi dengan barang-barang mewah.

"Wow, luar biasa." Rama berkomentar, lalu ia duduk tepat di samping Tiffani. "Apa ini tempat favoritmu untuk bersembunyi?" tanya Rama.

Tiffani mengangguk, lalu ia menoleh ke samping. Menatap Rama yang napasnya terdengar terengah-engah. "Kamu kelelahan? Memangnya kamu dari mana saja? Lihatlah, tubuhmu saja sampai berkeringat." Tiffani Refleks mengusap wajah Rama yang berkeringat dengan lengan sweater yang ia kenakan. Rama membiarkan Tiffani melakukan hal itu, seolah semua itu normal dan sudah sering mereka lakukan.

"Dari mana lagi menurutmu? Aku mencarimu ke mana-mana."

"Maksudmu kamu mencariku di dalam rumah dan di halaman belakang? Baru begitu saja kamu sudah terlihat sangat kelelahan, payah sekali."

Rama mendengkus, lalu berkata, "Ukuran rumahmu tidak seperti ukuran rumah manusia normal."

Tiffani tersenyum. "Ya, aku mengerti. Aku hanya bercanda."

Rama kemudian menegakkan duduknya dan menatap Tiffani lekat-lekat. "Jadi, katakan padaku kenapa kamu melarangku untuk pergi, dan kenapa kamu berbohong pada ayahmu tentang tugas melukis itu."

"Kamu ingin aku menjawab semuanya dengan jujur?" Tiffani balik bertanya.

Rama mengangguk. "Tentu. aku ingin jawaban yang paling jujur."

Tiffani kemudian mengalihkan pandangan dari Rama, ia sekarang menatap lampu kekuningan yang menggelantung di langit-langit rumah pohon.

"Aku berbohong tentang tugas melukis itu agar ayah tidak membawamu pergi, aku mengataimu sialan agar ayah tidak curiga padaku tentang hubungan kita, dan tentang kenapa aku tidak ingin kamu pergi, entahlah, Rama, aku hanya ingin agar kamu tidak pergi. Itu saja."

"Hanya itu?" tanya Rama, yang merasa sedikit kecewa atas jawaban Tiffani.

"Ya, hanya itu, tapi sebenarnya aku merasakan hal lain, Ram. Aku merasa nyaman sekali berada di dekatmu, aku merasa bisa menjadi diriku sendiri saat aku ada di dekatmu, dan aku ingin agar aku selalu berada di dekatmu." Tiffani berhenti sejenak, kemudian ia tertawa. "Bukankah ini agak aneh? Kita baru saja bertemu, tapi aku sudah merasakan berbagai macam emosi yang sebelumnya tidak pernah kurasakan pada orang lain. Aku rasa aku sudah gila."

Hening.

Baik Rama atau pun Tiffani tidak ada yang mengatakan apa pun. Hanya suara jangkrik yang hadir di sekitar mereka, mengisi kesunyian yang membuat mereka canggung.

"Tapi aku tetap harus pergi. Ayahmu adalah Tuanku, aku harus menuruti apa yang dia perintahkan," ujar Rama setelah beberapa saat.

Tiffani mengangguk, wajahnya semakin menunduk. "Ya, aku tahu," ujarnya dengan suara serak.

Rama tahu jika Tiffani sedang menangis sekarang. Dengan berani, Rama menyentuh wajah Tiffani, dan mengusap air mata gadis itu. "Jangan menangis seperti ini. Aku pasti akan kembali dan menepati janjiku."

"Aku terlihat payah sekali, ya? Sebelumnya aku jarang menangis. Terakhir kali aku menangis saat ibuku meninggal, setelah itu aku tidak pernah menangis lagi kecuali jika aku ingin berpura-pura. Tapi entah kenapa saat mendengar kamu akan pergi, aku malah jadi cengeng begini."

"Jadi tangisanmu yang sekarang ini apakah tangisan sungguhan atau hanya pura-pura?" Rama berusaha mencairkan suasana, karena ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya agar Tiffani tidak lagi menangis.

Tiffani mendongak menatap Rama. "Tentu saja ini sungguhan."

Rama tersenyum dan kembali mengusap kedua pipi Tiffani yang basah. "Mungkin aku akan berangkat besok sore, sebelum berangkat mari kita melukis, agar ayahmu tidak curiga kalau kamu hanya berbohong."

"Apa kamu bisa melukis?" tanya Tiffani.

"Ya, aku bisa."

Tiffani mengangguk. "Oke, mari kita bolos kuliah dan melukis seharian besok. Bolehkah aku meminta sesuatu padamu sekarang?" tanya Tiffani. "Tapi ini permintaan sebelum kamu pergi, bukan salah satu dari daftar keinginanku."

Rama mengangguk. "Ya, katakanlah."

"Saat di sana nanti, jangan lupa untuk terus meneleponku, dan simpanlah ini agar kamu selalu ingat padaku." Tiffani melepas kalung yang ia kenakan dan mengayunkan kalung itu di hadapan Rama."

"Kalung? Jangan Tiffani, kalung ini pasti mahal dan kalung ini pasti pemberian ayahmu."

"Ck, kalung ini tidak mahal, dan aku membelinya sendiri karena aku suka, bukan pemberian ayahku. Lihatlah liontinnya berbentuk bulan, cantik sekali. Boleh aku pasang di lehermu?"

"Tapi--"

"Oh, boleh! Mendekatlah kalau begitu." Tiffani menarik tubuh Rama agar mendekat ke arahnya, dan ia langsung memasang kalung tersebut di leher Rama. "Nah, sekarang kamu benar-benar milikku," ujar Tiffani

Rama tertawa. "Kamu sudah terbiasa melakukan sesuatu pada orang lain bahkan sebelum diberi izin, ya?"

Tiffani merona. "Aku terbiasa melakukan semuanya sesukaku."

"Ya, wajar sekali. Karena kamu adalah tuan putri. Tapi ngomong-ngomong, Tiffani, apa kekasihmu yang dokter itu tidak akan marah jika tahu kamu memberikan kalung pada seorang bodyguard? Ini terlalu berlebihan menurutku."

Tiffani meringis. Wajahnya tiba-tiba menjadi cemberut. "Dia bukan kekasihku. Hanya ayah yang sibuk ingin menjodohkanku dengannya Padahal aku sama sekali tidak menyukainya."

Rama mengangguk. Ia akhirnya paham kenapa Tiffani terlihat tidak menyukai Andrew ketika Andrew datang untuk mengobati luka di kakinya.

"Lalu, apa ada pria yang kamu sukai?" tanya Rama, dengan penuh harap. Ia sungguh berharap jika Tiffani mengatakan bahwa Tiffani menyukainya.

Tiffani mengangguk. "Tentu ada."

Dada Rama berdegup kencang sekarang. "Katakan padaku? Aku penasaran."

Tiffani menggeleng. "Rahasia. Aku akan mengatakannya saat kamu kembali dari tugas yang ayahku berikan."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Ardie willy

Ardie willy

manis sekali

2023-05-08

1

lihat semua
Episodes
1 BODYGUARD KE 50
2 NONA MUDA
3 BODYGUARD TAMPAN
4 AKIBAT TERLALU TAMPAN
5 NONA DICULIK
6 KEBOHONGAN TIFFANI
7 JADILAH CINDERELLA
8 BODYGUARD JUGA MANUSIA
9 BERDAMAI
10 TUNANGAN TIFFANI
11 RACUN
12 APRIL MOP
13 RENCANA UNTUK MAKAN SIANG BERSAMA.
14 TERANCAM BAHAYA
15 TIFFANI, PENEMBAK JITU
16 DAFTAR KEINGINAN
17 DAFTAR KEINGINAN PERTAMA DAN KEDUA
18 DAFTAR KEINGINAN KE TIGA
19 RUMAH POHON
20 JATUH CINTA
21 BAWA AKU PERGI!
22 KAMU ADALAH PRIORITAS
23 LANGIT DAN BUMI
24 KEWASPADAAN TIFFANI
25 KITA SEPASANG KEKASIH
26 RAMA TERTEMBAK
27 KAMU MILIKKU
28 KEMARAHAN TIFFANI
29 AKU JATUH CINTA PADA MAJIKANKU!
30 CINTA TERLARANG
31 TIDUR BERSAMA
32 TEROR DI KEDIAMAN TIFFANI
33 I LOVE YOU
34 TIFFANI INGIN MENIKAH
35 ANDREW TERTIPU
36 PERMAINAN DIMULAI
37 ANDREW TERTANGKAP
38 JOHAN, TERSANGKA YANG TERSEMBUNYI.
39 MENYATAKAN PERASAAN
40 RESMI JADIAN
41 TIFFANI YANG MANJA
42 PEMAKAMAN TITO
43 TIFFANI DICULIK
44 MISI PENYELAMATAN
45 LOVE ISLAND
46 TIBA DI LOVE ISLAND
47 MELARIKAN DIRI
48 TIFFANI TERTEMBAK
49 SABRINA?
50 MASA LALU RAMA
51 PERJANJIAN DAN CIUMAN
52 RAHASIA RICHARD
53 LAMAR AKU
54 CEMBURU
55 DARRREN YANG MENYEBALKAN
56 NODA
57 MENGAKHIRI HIDUP
58 PERTEMUAN RICHARD DAN SAPTA ADIGUNA
59 SIKAP TEGAS RAMA
60 MATA-MATA
61 PIKNIK PERPISAHAN
62 PERTEMUAN RAHASIA
63 SEPARUH KEBENARAN
64 KEMUNCULAN PRIA MISTERIUS
65 DALAM BAHAYA
66 KESEPAKATAN TIFFANI DAN RICHARD
67 SEKARAT??
68 TIFFANI YANG TIBA-TIBA SENSITIF
69 RAMA & SINTA
70 MAJIKAN YANG MEREPOTKAN
71 KINJUNGAN SAPTA DAN LAMARAN
72 TERKEJUT
73 MENGURUNG DIRI
74 SETELAH 14 HARI
75 SEPERTI KEMBALI KE MASA LALU
76 BRAIN DEATH
77 SELAMAT ATAS KEHAMILANMU
78 PENGACAU
79 SELA DAN RAMA
80 BICARA PADA BAYI
81 MEMBUAT TIFFANI CEMBURU
82 TUGAS BERBAHAYA
83 PERTEMUAN BISNIS
84 BERPURA-PURA
85 KANKER DARAH
86 SATU MALAM BERSAMA
87 KISAH JOHAN DAN SELA
88 PERTUKARAN INFORMASI
89 KEDATANGAN SAPTA
90 MISI PENYELAMATAN
91 CINTA YANG MEREPOTKAN
92 MEMINTA RESTU
93 TUGAS DUA
94 TIFFANI YANG KAYA RAYA
95 MARI SALING MENJAUH!
96 PELAJARAN UNTUK DARREN
97 HUBUNGAN YANG MULAI BERUBAH
98 CALON PENGHUNI BARU
99 KEKECEWAAN TIFFANI
100 RAMA MENEMUKAN TIFFANI
101 MENJAGA HARGA DIRI
102 KEDATANGAN GRACELLA
103 PERTEMANAN RAMA DAN GRACE
104 Hai, Akak semua. Yuk, mendekat
105 PERKELAHIAN PARA GADIS
106 CINTA PERTAMA, CINTA MATI
107 MUNTAH
108 BALIKAN
109 AKU SUKA DIA
110 DISAPPOINTED
111 DAMAR BERENCANA
112 MEMULAI PEMBALASAN
113 MISI DIJALANKAN
114 MEMPERMALUKAN DARREN
115 PERJANJIAN
116 TEKA-TEKI RICHARD
117 RUMAH POHON
118 TIDAK ADA LAIN KALI!
119 WAKTU YANG TERSISA
120 SETIAP YANG BERNYAWA PASTI AKAN PERGI
121 TAMU TAk DIUNDANG
122 XAVIER
123 KECELAKAAN DAN MIMPI BURUK
124 MEMORY CARD
125 PELAKUNYA DIKETAHUI
126 DOKTER DYLAN ADITYA
127 BODYGUARD VS BODYGUARD
128 MISI PENYELAMATAN BERHASIL
129 GARA-GARA TINDIK
130 MEMULAI UNTUK BERDAMAI
131 HUBUNGAN DYLAN DAN GRACELLA
132 MEMBERI DYLAN PELAJARAN
133 SETELAH TUJUH HARI
134 WANITA DI TANGAN PRIA YANG TEPAT
135 HENING
136 DUA JAM SEBELUM DAN SETELAHNYA
137 HARI PEMAKAMAN DAN TIGA TAHUN KEMUDIAN
138 DAMAR TIDAK MUNGKIN BERKHIANAT
139 BODYGUARD-KU YANG SEKSI
140 SERANGAN
141 MENGEJAR PENGINTAI
142 RAMA MENGHILANG
143 MENJELANG PENYELAMATAN
144 PERTOLONGAN TIBA
145 MEMBEBASKAN RAMA
146 WANITA PENYELAMAT
147 RAMA DAN TIM BODYGUARD SELAMAT
148 BERTEMU KEMBALI
149 KERJA SAMA DAMAR DAN DION
150 RAMA SELINGKUH!
151 HANYA SALAH PAHAM
152 TAMU UNTUK KELUARGA RAENDRA
153 PENYESALAN TIFFANI
154 MENGINTAI MUSUH TERDEKAT
155 ACCIDENTAL KISS
156 BODYGUARDKU , SUAMIKU
157 BURHAN LUBIS KEMBALI
158 RAHASIA TERBONGKAR
159 SEGALANYA MENJADI KACAU
160 MEMBAGI TUGAS
161 MENUNTUT TANGGUNG JAWAB
162 BALAS DENDAM YANG PANTAS
163 TIDAK ADA YANG PASTI DI DUNIA INI
164 KABAR MEMBAHAGIAKAN
165 MEMINTA UNTUK MENIKAH
166 KEMBALI KE RUMAH
167 WANITA PENUH TEKAD
168 BAHAGIA DAN PENDERITAAN
169 ADA APA DENGANNYA?
170 TEROR
171 TIFFANI SAKIT
172 MISI BERBAHAYA KESEKIAN
173 PERTEMUAN DAN PERTARUNGAN
174 TER-TEMBAK
175 DAMAR SEKARAT
176 KEDATANGAN AIRIN SANIA
177 PENYUSUP
178 JUNIOR MENGHILANG
179 TIFFANI BERTEMU AIRIN
180 PENOLAKAN TIFFANI
181 DARREN KEMBALI BERULAH
182 BUKTI PERNIKAHAN AIRIN DAN RICHARD
183 MENEMUKAN DARREN
184 KERJA SAMA TIFFANI DAN RAMA
185 TIDAK AKAN KALAH
186 RAMA SEKARAT
187 KEMBALI KE RUMAH
188 CEMBURU PADA DOKTER TAMPAN
189 AIRIN, IBU SAMBUNG YANG ANGGUN
190 THE EXCITEMENT DISAPPEARS
191 DIA HANYA LUPA
192 TIFFANI YANG CENTIL KEMBALI
193 HADIAH UNTUK NONA
194 JATUH CINTA PADA CINTA YANG SAMA
195 MEMORI YANG DATANG DAN PERGI
196 NOTES FOR MEMORY
197 TUGAS UNTUK XAVIER
198 AIRIN MENYELESAIKAN SATU MASALAH
199 HARI PERTAMA PEMERIKSAAN
200 LEMPARAN SEPATU KHAS TIFFANI
201 TERJADI LAGI
202 KEBENARAN UNTUK TIFFANI
203 MEMULAI DARI AWAL
204 PEMBUKTIAN RAMA
205 MENDNEGAR KISAH DARI RAMA
206 BERKATA JUJUR PADA TIFFANI
207 RENCANA BESAR BURHAN LUBIS
208 OLAHRAGA BERSAMA
209 TAMU TAK DIUNDANG
Episodes

Updated 209 Episodes

1
BODYGUARD KE 50
2
NONA MUDA
3
BODYGUARD TAMPAN
4
AKIBAT TERLALU TAMPAN
5
NONA DICULIK
6
KEBOHONGAN TIFFANI
7
JADILAH CINDERELLA
8
BODYGUARD JUGA MANUSIA
9
BERDAMAI
10
TUNANGAN TIFFANI
11
RACUN
12
APRIL MOP
13
RENCANA UNTUK MAKAN SIANG BERSAMA.
14
TERANCAM BAHAYA
15
TIFFANI, PENEMBAK JITU
16
DAFTAR KEINGINAN
17
DAFTAR KEINGINAN PERTAMA DAN KEDUA
18
DAFTAR KEINGINAN KE TIGA
19
RUMAH POHON
20
JATUH CINTA
21
BAWA AKU PERGI!
22
KAMU ADALAH PRIORITAS
23
LANGIT DAN BUMI
24
KEWASPADAAN TIFFANI
25
KITA SEPASANG KEKASIH
26
RAMA TERTEMBAK
27
KAMU MILIKKU
28
KEMARAHAN TIFFANI
29
AKU JATUH CINTA PADA MAJIKANKU!
30
CINTA TERLARANG
31
TIDUR BERSAMA
32
TEROR DI KEDIAMAN TIFFANI
33
I LOVE YOU
34
TIFFANI INGIN MENIKAH
35
ANDREW TERTIPU
36
PERMAINAN DIMULAI
37
ANDREW TERTANGKAP
38
JOHAN, TERSANGKA YANG TERSEMBUNYI.
39
MENYATAKAN PERASAAN
40
RESMI JADIAN
41
TIFFANI YANG MANJA
42
PEMAKAMAN TITO
43
TIFFANI DICULIK
44
MISI PENYELAMATAN
45
LOVE ISLAND
46
TIBA DI LOVE ISLAND
47
MELARIKAN DIRI
48
TIFFANI TERTEMBAK
49
SABRINA?
50
MASA LALU RAMA
51
PERJANJIAN DAN CIUMAN
52
RAHASIA RICHARD
53
LAMAR AKU
54
CEMBURU
55
DARRREN YANG MENYEBALKAN
56
NODA
57
MENGAKHIRI HIDUP
58
PERTEMUAN RICHARD DAN SAPTA ADIGUNA
59
SIKAP TEGAS RAMA
60
MATA-MATA
61
PIKNIK PERPISAHAN
62
PERTEMUAN RAHASIA
63
SEPARUH KEBENARAN
64
KEMUNCULAN PRIA MISTERIUS
65
DALAM BAHAYA
66
KESEPAKATAN TIFFANI DAN RICHARD
67
SEKARAT??
68
TIFFANI YANG TIBA-TIBA SENSITIF
69
RAMA & SINTA
70
MAJIKAN YANG MEREPOTKAN
71
KINJUNGAN SAPTA DAN LAMARAN
72
TERKEJUT
73
MENGURUNG DIRI
74
SETELAH 14 HARI
75
SEPERTI KEMBALI KE MASA LALU
76
BRAIN DEATH
77
SELAMAT ATAS KEHAMILANMU
78
PENGACAU
79
SELA DAN RAMA
80
BICARA PADA BAYI
81
MEMBUAT TIFFANI CEMBURU
82
TUGAS BERBAHAYA
83
PERTEMUAN BISNIS
84
BERPURA-PURA
85
KANKER DARAH
86
SATU MALAM BERSAMA
87
KISAH JOHAN DAN SELA
88
PERTUKARAN INFORMASI
89
KEDATANGAN SAPTA
90
MISI PENYELAMATAN
91
CINTA YANG MEREPOTKAN
92
MEMINTA RESTU
93
TUGAS DUA
94
TIFFANI YANG KAYA RAYA
95
MARI SALING MENJAUH!
96
PELAJARAN UNTUK DARREN
97
HUBUNGAN YANG MULAI BERUBAH
98
CALON PENGHUNI BARU
99
KEKECEWAAN TIFFANI
100
RAMA MENEMUKAN TIFFANI
101
MENJAGA HARGA DIRI
102
KEDATANGAN GRACELLA
103
PERTEMANAN RAMA DAN GRACE
104
Hai, Akak semua. Yuk, mendekat
105
PERKELAHIAN PARA GADIS
106
CINTA PERTAMA, CINTA MATI
107
MUNTAH
108
BALIKAN
109
AKU SUKA DIA
110
DISAPPOINTED
111
DAMAR BERENCANA
112
MEMULAI PEMBALASAN
113
MISI DIJALANKAN
114
MEMPERMALUKAN DARREN
115
PERJANJIAN
116
TEKA-TEKI RICHARD
117
RUMAH POHON
118
TIDAK ADA LAIN KALI!
119
WAKTU YANG TERSISA
120
SETIAP YANG BERNYAWA PASTI AKAN PERGI
121
TAMU TAk DIUNDANG
122
XAVIER
123
KECELAKAAN DAN MIMPI BURUK
124
MEMORY CARD
125
PELAKUNYA DIKETAHUI
126
DOKTER DYLAN ADITYA
127
BODYGUARD VS BODYGUARD
128
MISI PENYELAMATAN BERHASIL
129
GARA-GARA TINDIK
130
MEMULAI UNTUK BERDAMAI
131
HUBUNGAN DYLAN DAN GRACELLA
132
MEMBERI DYLAN PELAJARAN
133
SETELAH TUJUH HARI
134
WANITA DI TANGAN PRIA YANG TEPAT
135
HENING
136
DUA JAM SEBELUM DAN SETELAHNYA
137
HARI PEMAKAMAN DAN TIGA TAHUN KEMUDIAN
138
DAMAR TIDAK MUNGKIN BERKHIANAT
139
BODYGUARD-KU YANG SEKSI
140
SERANGAN
141
MENGEJAR PENGINTAI
142
RAMA MENGHILANG
143
MENJELANG PENYELAMATAN
144
PERTOLONGAN TIBA
145
MEMBEBASKAN RAMA
146
WANITA PENYELAMAT
147
RAMA DAN TIM BODYGUARD SELAMAT
148
BERTEMU KEMBALI
149
KERJA SAMA DAMAR DAN DION
150
RAMA SELINGKUH!
151
HANYA SALAH PAHAM
152
TAMU UNTUK KELUARGA RAENDRA
153
PENYESALAN TIFFANI
154
MENGINTAI MUSUH TERDEKAT
155
ACCIDENTAL KISS
156
BODYGUARDKU , SUAMIKU
157
BURHAN LUBIS KEMBALI
158
RAHASIA TERBONGKAR
159
SEGALANYA MENJADI KACAU
160
MEMBAGI TUGAS
161
MENUNTUT TANGGUNG JAWAB
162
BALAS DENDAM YANG PANTAS
163
TIDAK ADA YANG PASTI DI DUNIA INI
164
KABAR MEMBAHAGIAKAN
165
MEMINTA UNTUK MENIKAH
166
KEMBALI KE RUMAH
167
WANITA PENUH TEKAD
168
BAHAGIA DAN PENDERITAAN
169
ADA APA DENGANNYA?
170
TEROR
171
TIFFANI SAKIT
172
MISI BERBAHAYA KESEKIAN
173
PERTEMUAN DAN PERTARUNGAN
174
TER-TEMBAK
175
DAMAR SEKARAT
176
KEDATANGAN AIRIN SANIA
177
PENYUSUP
178
JUNIOR MENGHILANG
179
TIFFANI BERTEMU AIRIN
180
PENOLAKAN TIFFANI
181
DARREN KEMBALI BERULAH
182
BUKTI PERNIKAHAN AIRIN DAN RICHARD
183
MENEMUKAN DARREN
184
KERJA SAMA TIFFANI DAN RAMA
185
TIDAK AKAN KALAH
186
RAMA SEKARAT
187
KEMBALI KE RUMAH
188
CEMBURU PADA DOKTER TAMPAN
189
AIRIN, IBU SAMBUNG YANG ANGGUN
190
THE EXCITEMENT DISAPPEARS
191
DIA HANYA LUPA
192
TIFFANI YANG CENTIL KEMBALI
193
HADIAH UNTUK NONA
194
JATUH CINTA PADA CINTA YANG SAMA
195
MEMORI YANG DATANG DAN PERGI
196
NOTES FOR MEMORY
197
TUGAS UNTUK XAVIER
198
AIRIN MENYELESAIKAN SATU MASALAH
199
HARI PERTAMA PEMERIKSAAN
200
LEMPARAN SEPATU KHAS TIFFANI
201
TERJADI LAGI
202
KEBENARAN UNTUK TIFFANI
203
MEMULAI DARI AWAL
204
PEMBUKTIAN RAMA
205
MENDNEGAR KISAH DARI RAMA
206
BERKATA JUJUR PADA TIFFANI
207
RENCANA BESAR BURHAN LUBIS
208
OLAHRAGA BERSAMA
209
TAMU TAK DIUNDANG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!