Anggara menelan susah payah saliva nya. Ketika tubuh molek Diandra terpampang nyata didepannya.
Tapi dengan sikap tegasnya, Anggara berusaha menyembunyikan ketertarikan yang mulia muncul pada Diandra atau pada tubuh gadis itu.
"Berjalan lah perlahan kearah ku!." Perintah Anggara menuntut. Diandra hanya patuh menjalankan kewajibannya.
Diandra sudah duduk di atas pangkuan Anggara dengan pakaian yang super minim bahkan sangat menerawang.
"Kenapa kamu mau menjadi istri ku, padahal kamu sangat berkecukupan?." Tanya Anggara memainkan jarinya di atas permukaan wajah Diandra yang cantik.
"Aku tidak memiliki alasan yang bagus untuk menerima pernikahan rahasia ini. Tapi yang aku suka, aku suka dengan anak kecil, aku suka dengan keluarga yang utuh, aku suka dengan keluarga bahagia, aku suka memiliki banyak anak supaya bisa meramaikan rumah ku nantinya." Jawab Diandra sangat jujur. Karena itu lah yang diinginkannya dari sejak dia tahu apa yang dia inginkan jika membina sebuah rumah tangga.
"Tapi kamu tahu sendiri jika pernikahan ini sangat tidak menguntungkan bagi mu." Anggara mengecup lembut pipi Diandra, dan Diandra hanya diam saja tidak meresponnya.
"Dimana kamu akan memiliki beberapa anak dari ku namun aku dan Regina yang akan mengasuh dan membesarkannya. Dan yang mereka tahu, aku lah dan Regina yang menjadi orang tua kandung mereka." Anggara menurunkan kepalanya supaya bibirnya bisa menyentuh leher Diandra. Lalu menatap Diandra yang kini berwajah merona.
"Tidak apa, hanya beberapa anak saja kan. Setelahnya nanti aku bisa menikah lagi dengan pria lain yang akan memberikan ku keturunan yang banyak juga." Jawab Diandra enteng.
"Apa kamu percaya jika kita bisa melakukan hubungan suami istri tanpa adanya ikatan perasaan yang namanya cinta?." Anggara memegang wajah Diandra dan mengecupnya sekilas.
"Percaya, ini kita buktinya." Diandra tersenyum manis pada Anggara dengan menempelkan hidung mancungnya pada wajah Anggara. Anggara begitu menikmati obrolan ini.
"Tanpa adanya perasaan cinta, tapi kita bisa melakukan percintaan ini dengan baik dan lembut. Terlebih Anda, karena anda harus mengkhianati cinta istri anda. Dan saya salut sama anda, anda tidak memaksakan kehendak anda pada ku dan menyakiti fisik ku." Diandra mengusap kening Anggara yang terlihat meneteskan keringat.
"Sekolah mu tinggal dua bulan lagi, jadi aku bisa memulainya dari sekarang?." Anggara menurunkan tali lingerie merah maroon yang menempel di pundak mulus Diandra, kemudian bibir Anggara mendarat di sana dan mengecupnya perlahan.
Sampai lingerie itu tertanggal di atas pangkuannya.
"Aku tidak yakin kalau aku tidak tertarik dengan tubuh istri ku yang satu ini." Batin Anggara sambil terus menyusuri pundak sampai leher belakang Diandra.
Buah dada Diandra yang menempel sempurna pada dada bidangnya, menjadi daya tarik dan pesona tersendiri. Dimana buah dada itu sedang ranum-ranumnya dengan benjolan ujung dada yang berwarna merah sedikit pink.
"Eugh..." Kepala Diandra agak terkulai ke belakang ketika bibir Anggara mengulum ujung buah dadanya. Anggara merasakan jiwa mudanya bangkit kembali berkali-kali lipat setelah mengenal dan mengetahui apa yang dimiliki oleh tubuh Diandra.
"Eugh..." Mulut Diandra terus saja meracau mengeluarkan kalimat yang tidak jelas di telinga Anggara. Karena Anggara begitu fokus untuk memberikan kenikmatan pada Diandra dari setiap sentuhannya.
Anggara mengangkat tubuh Diandra dan merebahkannya di atas tempat tidur. Memposisikan semuanya sejajar guna mempermudah aksinya nanti.
"Akan ada sedikit rasa sakitnya, tapi setelah kamu terbiasa, kamu akan bisa menikmatinya juga." Bisik Anggara dan Diandra mengangguk, lalu Anggara mengecup bibir Diandra yang sudah terbuka. Keduanya saling bermain lidah di dalam sana.
Hingga Diandra membenarkan apa yang dikatakan oleh Anggara, ternyata sakit yang sangat luar biasa dirasakan oleh Diandra, bukan hanya sedikit saja. Ketika milik Anggra sudah terbenam sempurna pada bagian inti tubuhnya.
Tubuh Diandra bergerak perlahan, guna memposisikan inti tubuhnya yang tidak terasa nyaman di bawah sana, dengan mata yang terpejam. Namun pergerakan Diandra yang perlahan itu, berhasil menggesek nikmat milik Anggara yang semakin dijepit oleh intinya Diandra.
Tatapan mata Anggara berfokus pada kedua mata Diandra yang terpejam. Kemudian Anggara menghapus air mata yang keluar secara bersamaan dari kedua ekor mata Diandra.
"Apa sakit?." Anggara memperlihatkan wajah konyol dengan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawabannya.
"Banget." Jawab Diandra sambil perlahan membuka matanya dan Anggara kembali menghapus air matanya.
Senyum hangat perlahan diperlihatkan Diandra pada Anggara, bersamaan dengan rasa nyeri yang mulai mereda, karena Anggara memang mendiamkan miliknya beberapa saat di dalam inti Diandra.
Tapi di saat detik berikutnya, Diandra mengeratkan pelukan pada leher Anggara, ketika Anggara mulia bergerak dan mendominasi jalannya permainan.
Setelah beberapa lama, rasa nyeri itu perlahan tergantikan dengan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Bahkan Diandra tidak malu untuk mendesah atau meracau untuk mengekspresikan kenikmatan yang sedang dirasakannya.
Hampir satu jam lebih keduanya berbagi peluh, melebur menjadi satu, bergerak liar di atas tubuh pasangan secara bergantian. Kini keduanya akan dihantam badai kenikmatan yang sudah siap mereka jemput bersama.
"Argh...." Keduanya untuk pertama kalinya mengeluarkan cairan kenikmatan yang membaut mereka melayang terbang tinggi ke Nirwana.
Anggara membantu mengelap wajah Diandra yang berkeringat, keringat itu sampai membuat rambut sebahu Diandra ikut lepek, namun menambah nilai kecantikan dan keseksian Diandra di mata Anggara.
"Mau sampai kapan anda berada di atas tubuh ku, padahal kan udah keluar dari tadi?." Diandra mengeluhkan tubuh Anggara yang masih belum beranjak dari tubuh polosnya. Dengan posisi milik Anggara yang masih berada di dalam sana walau sudah tidak sebesar tadi.
Anggara terkekeh pelan, melihat ekspresi lucu Diandra yang mengusir halus tubuhnya.
"Sebentar lagi boleh?." Tanya Anggara mengecup buah dada Diandra dan menghisapnya pelan namun bisa menimbulkan kemerahan di sana.
"Sebentar nya berapa lama?." Diandra memegang wajah Anggara yang hendak mengecup bibirnya.
"Satu jam." Jawab Anggara melepaskan tangan Diandra dan meletakkannya di atas kepala Diandra.
"Apa kita akan melakukannya lagi?." Tanya Diandra kala merasakan inti tubuhnya sudah kembali penuh dengan milik suaminya.
"Iya, hanya satu kali lagi sebelum kita tidur.
Diandra hanya pasrah menuruti apa yang diinginkan pria yang saat ini berstatus suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku sudah kerumahnya Diandra, tapi enggak ada orang." Ucap Morgan saat bertamu di ke rumah Rini saat waktu sudah malam.
"Mungkin Diandra sedang pergi." Jawab Rini kesal. Sebab Morgan datang kerumahnya hanya untuk menanyakan Diandra.
"Mungkin juga." Balas Morgan.
"Tapi usahakan ya, Rin. Untuk mengajak Diandra berlibur ke Bali." Mohon Morgan pada Rini.
"Aku enggak janji, Morgan. Bisa mengajak Diandra kali ini. Karena kalau Diandra sudah punya janji lain bagiamana?." Karena Rini tahu dengan status Diandra saat ini yang sudah manjadi istri dari seseorang. Bahkan itu Kakak ipar Morgan.
Morgan mengusap wajahnya kasar, merasa akan pupus usahanya karena Diandra tidak bisa ikut bersamanya liburan ke Bali.
"Ponselnya juga enggak bisa dihubungi."
"Iya dari tadi pesan ku juga tidak di balas."
Setelah beberapa lama, Morgan pulang dari rumah Rini dengan tangan kosong. Tanpa bertemu dengan Diandra dan tanpa kepastian Diandra bisa ikut atau tidak ke Bali. Padahal dia sudah menyiapkan semuanya untuk Diandra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kenapa wajah kau tekuk seperti itu?."
"Biasalah Kak, urusan wanita."
"Diandra?."
"Iya Kak, Diandra belum pasti bisa ikut aku ke Bali."
"Kenapa?."
Morgan mengangkat bahunya tinggi-tinggi, "Diandra nya juga enggak tahu dimana?."
"Kenapa begitu?."
"Enggak tahu."
"Ngomong-ngomong, Kakak di rumah sendiri?. Kak Anggara belum pulang?."
"Iya tadi bilangnya pergi sama Ruslan."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Aku sudah lelah!." Keluh Diandra dalam posisi di atas tubuh Anggara.
Dengan sigap Anggara membalik tubuh Diandra, bertukar posisi.
"Apa posisi ini masih membaut mu lelah?." Dengan senyum jahilnya, Diandra menggeleng malu-malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
😘😘😍🔥
2023-09-24
0
susi 2020
🔥🔥🔥🔥🔥🥰🥰
2023-09-24
0