Sudah beberapa hari ini Diandra kembali beraktifitas di sekolah. Dan bisa dikatakan berjalan sangat lancar dan tanpa kendala apa pun. Kehamilannya pun tidak menimbulkan masalah yang berarti.
Minggu ini Diandra sudah dihadapkan pada ujian akhir sebelum kelulusan. Dia dan Rini sudah berusaha belajar dengan sangat maksimal. Dan seperti apa nanti hasilnya, mereka pasrah kan pada yang maha kuasa.
Dan selama itu pula, Diandra sedikit mengurangi pertemuannya dengan Anggara. Karena bagiamana pun pada akhirnya dia sendiri yang akan terluka. Jadi lebih baik dari sekarang mulai mengurangi interaksi dengan Anggara.
Namun tanpa sepengetahuan Diandra, Anggara secara diam-diam selalu melihat Diandra walau dari kejauhan. Entah apa yang hilang atau kurang dari hidup Anggara jika tidak ada dan bertemu Diantara. Rasa rindu pada ketiga buah hati mereka yang selalu memintanya untuk menemui mereka walau pun tidak harus sampai bertemu.
Seperti pagi ini, mobil Anggara yang tidak pernah dipakainya saat bersama Diandra sudah terparkir di depan gerbang sekolah. Dia ingin memberikan semangat pada Diandra supaya bisa mengerjakan soal-soal ujiannya.
Diandra dan Rini turun bersamaan dari pintu mobil yang berbeda. Pagi ini mereka diantarkan oleh Mama Diandra. Karena dia sedang tidak ada pekerjaan di luar kota mau pun luar negri.
Senyum lebar Anggara terlihat jelas saat Diandra selalu mengacuhkan Morgan yang begitu baik dan perhatian pada istrinya itu.
Diandra dan Rini segera memasuki kelas karena waktu hanya tersisa lima menit lagi ujian akan di mulai.
"Kau masih suka pada Morgan, walau dia menyebalkan seperti itu?." Diandra menarik kursi untuknya. Kemudian membalikan tubuhnya untuk melihat Rini yang duduk di belakang terhalang dua meja yang kosong.
"Aku sudah belajar untuk mulai melupakannya, Di. Karena sepertinya sampai kapan pun hanya kau yang selalu dilihatnya." Keluh Rini. Sudah lelah juga selama tiga tahun ini dia selalu mengejar Morgan tapi Morgan malah mengejar Diandra, sahabatnya. Terlebih ini sudah mau kelulusan, masa dirinya harus terus mencintai Morgan yang tidak akan pernah mencintainya.
"Bagus lah kalau kau memiliki pemikiran untuk melupakannya. Pria seperti itu memang tidak berguna, Rin. Aku yakin nanti kau akan mendapatkan pria yang tulus dan sayang dalam mencintai."
Rini hanya mengangguk sambil memanyunkan bibirnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pelajaran hari ini telah selesai sekitar pukul 11 siang, semua siswa keluar dari dalam kelas, termasuk Diandra dan Rini. Sebab Mama Diandra sedang dalam perjalanan menuju sekolah.
Dan mereka hendak langsung pulang namun seperti biasa Morgan masih berusaha untuk mencari perhatian Diandra.
"Di, aku yang akan mengantar kalian pulang ya?." Morgan mencegat mereka sambil memegang tangan Diandra.
"Terima kasih Morgan, tapi kami udah di jemput sama Mama ku."
"Ok, Di. Aku akan mengantar mu sampai gerbang pun tidak masalah. Asalkan aku bisa mengantar mu."
Diandra hanya mengangkat pundaknya tinggi-tinggi, dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Morgan. Begitu juga dengan Rini, sedang berusaha sekuat tenaga untuk tidak terganggu dengan perhatian Morgan pada Diandra.
Ketiganya berjalan beriringan, Morgan harus puas dengan posisinya sekarang. Tapi dia tidak putus asa untuk tetap mendekati dan mendapatkan perhatian Diandra.
Sesampainya di gerbang sekolah, berbarengan dengan Mama Diandra yang sudah sampai. Jadi Diandra dan Rini tidak perlu berlama-lama besama Morgan.
"Hati-hati, Di." Ucap Morgan saat Diandra membuka pintu mobil. Begitu juga Rini membuka pintu satunya lagi.
"Hem..." Jawab Diandra singkat sebelum pintu mobil itu ditutupnya cukup kencang.
Setelah mobil Mama Diandra meninggalkan gerbang sekolah, Morgan sekilas menangkap mobil yang dikenalnya, meninggalkan juga area sekolah.
"Kak Anggara?." Ucap Morgan saat sudah bisa memastikan plat mobil milik Anggara.
"Tapi untuk apa Kak Anggara di sini?." Morgan masih bertanya-tanya. Tapi Setelahnya ada beberapa sahabatnya yang datang dan meminta Morgan untuk segera tancap gas dari sekolah.
Sementara itu di dalam mobil, Diandra menyandarkan tubuhnya lada tubuh kursi. Menatap ke samping jendela. Pada saat Mama Diandra meminta Rini untuk sekolah ke luar negri bersama Diandra.
"Aku belum terpikir, Tante?." Jawab Rini. Sebenarnya ada keinginan untuk tetap ikut bersama Diandra. Tapi dia juga tidak mau jika harus selalu melihat Morgan yang begitu perhatian pada Diandra. Bukan hal yang mustahil jika Morgan akan selalu bisa mengikuti Diandra.
"Iya Tante berharapnya seperti itu, Rin. Karena kamu anaknya baik, tidak neko-neko, kalian juga sudah bersahabat dari lama dan terlebih karena Tante sudah menganggap kamu seperti anak Tante sendiri." Balas Mama Diandra yang memang sebenarnya orang baik. Tapi karena memang dia wanita sibuk dan pekerja keras, tidak memiliki banyak waktu dan perhatian untuk Diandra.
"Terima kasih, Tante. Aku jadi terharu. Coba nanti aku tanya Mama sama Papa dulu ya?. Bagaimana menurut mereka?."
"Apa perlu Tante membantu mu untuk berbicara pada kedua orang tua mu?."
"Tidak usah Tante, aku coba dulu sendiri. Nanti kalau memang ada apa-apa, aku kabarin Tante."
"Ok, tapi jangan lupa ya. Tante serius mengajak kamu ke sana."
"Iya Tante terima kasih."
Obrolan antara Mama Diandra dan Rini sudah berakhir ketika mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di rumah Mama Diandra.
"Kalian masuk saja. Makan siang sudah Mama siapkan, Mama pergi sebentar mau ketemu teman Mama." Pamit Mama Mona pada keduanya.
"Iya Ma...Tante...hati-hati." Jawab Diandra dan Rini bersamaan.
Diandra dan Rini segara masuk dan menutup pintu.
"Kau kenapa lemas begitu?." Rini melihat Diandra yang menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
"Apa kau juga berat untuk melupakan Morgan?." Diandra balik bertanya sambil mengikuti pergerakan Rini yang langsung menuang air minum untuk mereka.
"Memang kau juga sedang melupakan seseorang?. Siapa?. Anggara?." Rini kembali bertanya pada Diandra dangan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Kau ini, Rin. Aku bertanya apa?, malah balik tanya. Mana pertanyaan kau lebih banyak lagi?." Diandra memasang wajah cemberut.
"Habisnya aku penasaran, Di. Siapa yang mau kau lupakan?. Secara pria mana yang saat ini sedang dekat dengan kau, kalau bukan anggara yang sudah menjadi suami kau." Rini menyerahkan gelas yang sudah terisi penuh air putih.
"Terima kasih, Rin." Diandra langsung meneguknya sampai berkali-kali. Namun masih ada sisa.
"Sama-sama " Balas Rini sambil ikut duduk di samping Diandra.
Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Entah apa yang sedang mereka pikirkan. Hingga akhirnya Diandra yang terlebih dulu membuka mulutnya.
"Aku udah jatuh cinta pada Anggara, Rin. Cinta yang seharusnya tidak tumbuh di hati ku. Namun nyatanya cinta itu dengan cepat datang mengisi hati ku."
"Apa Anggara tahu perasaan kau ini?."
Diandra mengangguk sambil menoleh pada Rini.
"Tapi aku sudah patah hati duluan, Rin. Karena Anggara begitu mencintai Kak Regina." Luapan emosi yang sudah tidak bisa dikontrol oleh Diandra. Sebab beberapa hari ini selalu ditahannya. Tapi hari ini, dia coba untuk melepaskan beban itu.
"Tapi kau juga tidak berniat untuk merusak rumah tangga mereka kan, Di?."
"Bagaimana bisa, Rin?. Bahkan aku sudah kalah sebelum aku berjuang untuk untuk mendapatkannya."
"Terus sekarang bagaimana?."
"Aku ingin melupakannya, Rin. Tapi rasanya sangat berat. Karena kami memiliki ikatan dan kedekatan secara emosional. Yaitu anak kami. Dan aku sudah terbiasa dengan sentuhan-sentuhannya, Rin."
Rini bisa bernafas lega, karena dia lebih dengan mudah untuk melupakan Morgan. Ketimbang Diandra yang harus melupakan Anggara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
😍😍🤩🤩🙄
2023-09-24
0
susi 2020
🥰🥰😘
2023-09-24
0