Satu Minggu sudah berlalu, ujian sudah berhasil Diandra lewati dengan baik. Dan sore ini, waktunya Diandra memeriksakan kehamilannya. Rencananya Diandra akan mencoba pergi ke rumah sakit tanpa Anggara.
Tapi siang ini, Mama Mona sedang berada di dalam kamar Diandra. Membicarakan rencana kepindahan mereka ke Amerika untuk waktu yang cukup lama. Tergantung pada kemampuan Diandra dalam mengelola bisnis Mama Mona.
Mama Mona melihat ada hal yang baru diketahuinya dari apa yang dilihatnya siang ini pada diri Diandra.
Mulai dari porsi makan yang sekarang sangat banyak sampai memakan makanan yang tidak biasa di makan oleh Diandra. Dan yang paling menonjol menurutnya adalah terkait buah-buahan.
Karena dari waktu kecil, Diandra paling tidak suka dengan apa pun jenis buah-buahan. Tapi sekarang apa yang dilihatnya siang ini cukup sangat mengagetkannya.
"Sejak kapan Di, kamu senang makan buah-buahan?." Selidik Mama Mona sambil menatap potongan buah kiwi, strawbery, apel dan melon.
Karena saking begitu lahap memakan potongan buahnya, Diandra sampai mau mengakuinya dengan jujur.
"Saat aku ha...." Garpu ditangan Diandra seketika terjatuh ketika dia menyadari ada yang salah dengan ucapannya.
Mama Mona memicingkan matanya, guna menunggu kelanjutan dari apa yang akan dikatakan putrinya.
"Maksud aku, aku mulai suka makan buah-buahan dari beberapa hari yang lalu, Ma. Saat makan salad buah sama Rini di kantin." Lanjut Diandra berhasil menyelesaikan kalimatnya. Meski pun itu sebuah kebohongan.
"Oh ya?." Mama Mona seolah belum percaya dengan jawaban Diandra.
"Iya Ma. Mama mau coba?." Diandra menyodorkan piring berisi piringan buah ke depan Mama Mona. Guna mengurangi rasa groginya.
Mama Mona segera mengambil potongan buah kiwi yang rasanya ternyata sangat masam dari yang pernah dimakannya. Tapi dari tadi ekspresi Diandra biasa saja saat memakan buah kiwi tersebut.
"Ada yang aneh kali Di sama kamu?." Mama Mona sampai memegang kening Diandra untuk mengecek suhu tubuhnya. "Tapi normal, Di." Lanjutnya sambil mengambil potongan buah melon yang sudah bisa dipastikan sangat manis.
"Enggak ada, Ma. Aku enggak aneh. Aku biasa aja." Jawab Diandra santai ketika keadaan sudah mulai dikuasainya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sekarang sudah pukul 17.20 WIB, ketika Diandra sudah berada di ruangan Dokter.
Saat pemeriksaan berlangsung, ponsel Diandra berdering.
"Sherlock Mommy Di, dimana posisi mu sekarang!." Nada suara itu terdengar begitu dingin. Maka dengan cepat Diandra segera mengirimkan alamat posisi dia saat ini.
Diandra menjadi tidak fokus dengan apa yang dikatakan oleh Dokter tersebut. Karena lamunannya pada apa yang akan dilakukan oleh Anggara jika dia dalam keadaan marah.
Usai melakukan pemeriksaan dan menerima resep vitamin, Diandra segera meninggalkan ruangan tanpa mengatakan apa pun.
Baru juga menutup pintu ruangan Dokter tersebut, Diandra sudah dikejutkan dengan kehadiran Anggara yang sudah berdiri tegap dihadapannya dengan wajah yang begitu dingin.
Kalau bukan karena Diandra sedang mengandung buah hati mereka, rasanya ingin Anggara memaki gadis belia itu. Tapi Anggara berusaha menahan itu semua demi kesehatan mental Diandra.
Tanpa banyak bicara lagi, Anggara segera menuntun tangan Diandra untuk berjalan mengikutinya sampai di mobil. Dan Diandra hanya bisa pasrah dengan perasaan bersalah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, mereka sudah berada di ruangan Charles. Dan Anggara belum mengajak Diandra untuk berbicara apa pun.
Charles mengerti dengan situasi yang sedang terjadi antara Diandra dan Anggara. Maka dari itu dia berusaha untuk mencairkan suasana.
"Bagaimana dengan ujian mu, Mommy muda?." Tanya Charles setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada kandungan Diandra dan Anggara sangat antusias untuk mendapatkan serta mengetahui kondisi anak mereka, tentunya dengan kesehatan Diandra.
"Alhamdulilah lancar Dokter." Jawab Diandra sedikit canggung karena tidak sengaja melihat tatapan Anggara yang begitu menyeramkan.
Charles hanya terkekeh kala merasakan suasana yang semakin mencekam di dalam ruangannya.
"Kalian bisa menyelesaikan masalah antara kalian di tempat tidur. Tapi ingat jangan terlalu bersemangat." Ucap Dokter Charles menyerahkan resep vitamin dan jadwal untuk kontrol dua Minggu ke depan.
Tanpa mengatakan apa pun, Anggara segera membawa Diandra untuk keluar dari ruangan Dokter Charles. Karena dia tidak suka melihat tatapan Charles pada istri belia ya itu.
Setelah vitamin ditangan, Anggara segera menuju mobil, kemudian meninggalkan gedung rumah sakit.
Di dalam perjalanan pun, Diandra dan Anggara sama-sama terdiam. Entah apa yang sedang dipikirkan mereka saat ini.
Diandra melihat rute jalan bukan menuju rumahnya, melainkan menuju Apartemen Anggara.
"Aku harus pulang, ada Mama di rumah!." Diandra menengok jalanan yang sudah terlewati begitu jauh.
"Nanti kalau Mama tanya, aku harus bilang apa?, karena aku izin perginya sebentar." Diandra menatap Anggara yang tetap fokus pada kemudinya.
Sampai di unit Apartemen, Anggara melepaskan dasi, jas, kemeja dan celana kerja di depan Diandra.
"Mommy Di bisa izin pada Mamanya, tapi kenapa tidak izin pada ku?." Anggara buka suara dengan melayangkan pertanyaan.
"Karena Daddy tidak ada bersama ku, jadi aku bisa pergi kemana aja." Jawab Diandra enteng.
Anggara sudah mengepalkan kedua tangannya karena begitu emosi, dengan tingkah laku dan jawaban Diandra. Tapi dia mencoba menarik nafas dan mengambil air kemasan di dalam kulkas.
Hanya dalam dua kali tegukan air mineral itu habis.
"Mommy Di bisa menghubungi ku, kan?." Anggara meletakkan botol di sisi meja makan kemudian dia berjalan mendekat pada Diandra.
"Bisa, tapi aku tidak ingin menghubungi Daddy." Jawabnya dengan cepat. Karena letupan perasaan cinta itu semakin nyata dirasakannya.
Anggara semakin mengikis jarak antara mereka, sehingga Diandra kehabisan oksigen untuk bisa bernafas.
"Dad, aku harus pulang. Mama pasti sudah menunggu ku!." Diandra segera berjalan menuju pintu, Anggara pun mengikutinya sampai pintu. Bukan untuk membuka namun untuk menguncinya.
"Daddy merindukan Mommy dan calon bayi-bayi kita." Ungkap Anggara benar adanya.
Diandra segera menggeleng karena menyangkalnya, "Tapi aku dan bayi-bayi ku enggak rindu sama Daddy."
Anggara mengulurkan tangan guna menyentuh wajah Diandra, tapi Diandra segera membuang muka ke sisi yang lain.
"Kenapa?." Tanya Anggara sambil memeluk tubuh Diantara dangan dagu yang menempel pada kepala Diandra.
Diandra memejamkan mata, menghirup aroma tubuh yang sudah beberapa hari ini tidak tercium oleh hidungnya.
"Aku tidak ingin mencintai sedalam ini?. Aku ingin segera melahirkan mereka supaya aku tidak merasakan cinta ini." Diandra menggelengkan kepalanya di dada bidang Anggara.
Anggara mengecup pucuk kepala Diandra dengan begitu lembut dan penuh perasaan, sambil mengeratkan pelukannya.
"Lihat Daddy!." Anggara menyibak rambut yang menutupi sebagian wajah cantik Diandra. Lalu Diandra mengikuti apa yang diperintahkan Anggara, menatap manik Anggara dengan begitu lekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄😘
2023-09-24
0
susi 2020
😘🥰😍
2023-09-24
0
Benazier Jasmine
ceritanya bgs, semoga nnt anggara tdk bisa jauh dg diandra
2023-06-13
0