"Bagaimana anda bisa masuk?." Hal pertama yang ditanyakan Diandra, setelah ciuman mereka terlepas dan mengetahui ternyata suaminya lah yang sudah menyentuh tubuhnya.
"Itu bukan hal yang sulit untuk ku!." Anggara menghirup aroma ceruk leher Diandra yang begitu wangi.
Diandra menengadahkan wajahnya, membiarkan bibir Anggara mengabsen setiap inci permukaan lehernya. Dan di bawah sana sudah ada pergerakan yang belum tapi pasti meminta lebih. Meski pun Diandra belum berpengalaman, tapi Diandra sudah sangat paham dengan yang harus dilakukan olehnya sebagai seorang istri.
"Tapi bukannya anda baru akan ke sini setelah dua Minggu?. Ini bahkan belum ada dua hari, tapi kenapa anda sudah ke sini?." Diandra dengan memberanikan diri memegang kedua sisi wajah Anggara dan menatapnya tajam.
"Iya tadinya seperti itu. Tapi karena kamu sudah mengganggu waktu ku jadi aku meminta ganti pada mu." Ucap Anggara menekan-nekan bagian inti tubuh Diandra dengan miliknya yang sudah sangat mengeras.
"Maksud anda?." Seketika Diandra menggigit bibir bawahnya ketika percobaan pertama yang dilakukan oleh Anggara tidak berhasil.
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama untuk memiliki anak dari mu." Anggara menggigit lembut leher Diandra sehingga meninggalkan jejak pertamanya.
Diandra mengangguk lemah, sudah sangat pasrah kalau dia sekarang harus kehilangan kegadisannya oleh suaminya sendiri.
Diandra kembali memejamkan mata, ketika ujung lidah Anggara bermain di ujung buah dadanya yang sudah mengeras, yang terhimpit wajah tampan Anggara.
"Eugh..." Diandra merasakan kenikmatan yang tiada tara ketika bibir Anggara bermain liar di bawah sana. Sehingga Diandra untuk tanya kedua kalinya merasakan kepuasaan yang hampir mendekati sempurna.
Kegiatan panas Anggara pagi ini harus terhenti karena bunyi ponselnya. Anggara bangkit dan mengambil ponsel dari dalam saku celananya yang tergeletak. Kemudian menjawab panggilan tersebut.
"Iya sayang..."
"Ok, lima menit lagi aku pulang."
Hanya itu yang terucap dari bibir manis Anggra lalu sambungan telepon pun terputus.
"Aku harus segera pulang, nanti kita akan melanjutkannya lagi." Anggara menutupi tubuh kekar berotot nan six pack miliknya dengan kemeja yang semalam dipakainya.
Anggara mendekati tubuh Diandra yang masih polos didepannya. "Semua ini adalah milik ku, suami mu. Jadi jangan pernah memperlihatkannya pada orang lain." Telunjuk Anggara menyentuh bibir Diandra yang sedikit membengkak karena pagutan mereka.
Anggara berjalan meninggalkan Diandra yang masih lemas di atas tempat tidur, namun langkahnya terhenti saat di dekat pintu kamar.
"Jauhi Morgan dan jangan pernah dekat dengan nya. Kamu paham?." Diandra mengangguk paham sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ada apa, Baby?." Anggara segera mencari keberadaan Regina.
"Nyonya Regina ada di lantai paling atas, Tuan Anggara." Salah satu pelayan datang memberitahunya.
Langkah kaki Anggara segera menuju ke lantai tiga dengan menaiki lift. Sesampainya di sana, Anggara mendapati pemandangan yang dapat membangkitkan hasratnya.
Tanpa pikir panjang lagi, Anggara segera membawa tubuh polos Regina masuk ke dalam kolam. Mereka menyatukan dua raga yang tadi malam gagal terlaksana.
"Jadi hanya karena ini, kau meminta ku pulang ke sini?." Ucap Anggara di sela hentakan-hentakannya.
"Ah...em... Iya. Karena aku tidak bisa membiarkan kau mencari kesenangan di luar sana." Balas Regina terbata-bata dangan tubuh yang terus bergoyang karena gerakan Anggara.
"Tidak akan pernah, Baby. Hanya tubuh indah ini yang mampu memuaskan ku sampai titik tertinggi dari suatu hubungan intim." Anggara menjelaskan sambil gerakan memompa tubuh Regina yang sudah bermandikan keringat kenikmatan.
"Lalu semalam kau pergi kemana setelah party ku?." Regina menahan tempo gerakan Anggara, menatap cukup dalam manik mata Anggara.
"Aku menemui Ruslan, ada pertemuan yang aku schedule ulang karena menghadiri pesta kau tadi malam." Jawab Anggara lembut, sedikit mengelabui Regina. Dengan mendaratkan kecupan singkat di kening Regina. Padahal sudah dengan sangat jelas dan sadar kalau dirinya mendatangi gadis yang kini berstatus istrinya. Mencumbunya sampai dirinya pun begitu sangat bergairah. Semua masih dalam proses pertumbuhan dengan warna khas yang begitu sangat menggoda. Sehingga tidak bisa dipungkiri, jika dirinya mulai memiliki sedikit rasa tertarik di ujung hatinya yang terdalam.
"Iya, aku sangat percaya pada mu, sayang." Regina merasakan gesekan di bawah sana semakin liar dan segera menuntut pelepasan.
Akhirnya mereka mencapai ******* saat obrolan mereka sudah berakhir dan kembali fokus pada kegiatan panas mereka.
"Terima kasih sayang, kamu selalu bisa memuaskan ku." Regina mengangguk sambil menarik selimut. Anggara mengecup bibir Regina lalu bangkit dan berjalan ke kamar mandi dengan tubuh polosnya.
Anggara keluar dari kamar dengan memakai handuk kimono nya. Mendekati mini bar yang ada di sana. Di saat yang bersamaan Morgan ingin menemui kakak perempuannya.
"Morgan..."
"Kak Anggara..."
"Ada apa?." Anggara menuang wine ke dalam gelas. Lalu Anggara meminumnya perlahan.
"Kak Regina ada di dalam?." Morgan ikut duduk di depan mini bar.
"Ada, tapi lagi tidur. Ada apa?."
"Gini Kak Anggara, aku mau meminta izin untuk memakai Villa yang ada di Bali." Morgan melihat tatapan Anggara yang sangat tajam, sehingga dia sempat mengurungkan niatnya untuk bicara. Namun demi mendekati Diandra, dia harus berani untuk menyampaikannya langsung.
"Em untuk mengajak Diandra dan teman sekolah yang lain ke sana. Karena sekolah sedang libur satu Minggu." Akhirnya Morgan bisa juga menyelesaikan ucapannya.
"Pakai saja Morgan. Minta lah pada penjaga Villa untuk membersihkannya terlebih dahulu. Kalau kau mau ke sana bersama teman sekolah. Tapi ngomong-ngomong..." Anggara meneguk kembali minumannya lalu berdiri di depan Morgan.
"Kenapa kau begitu menyukai Diandra?, apa tidak ada wanita yang lain yang bisa kau kencani?." Tanya Anggara, Morgan cukup heran karena Anggara tumben sekali peduli untuk hal kecil seperti ini. Biasanya Anggara tidak bertanya atau peduli pada teman kencannya.
"Diandra itu gadis spesial baut aku, Kak. Aku sudah jatuh hati padanya saat pertama kali bertemu. Tapi sayang Diandra belum juga merespon perasaan ku." Jawab Morgan jujur.
"Itu tandanya, kau harus segera mencari wanita lain dan melupakan gadis itu secepatnya." Anggara menepuk kencang pundak Morgan lalu masuk lagi ke dalam kamar. Segara mengambil ponsel dan mengirimkan beberapa pesan singkat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa Morgan sudah mengajak mu?."
Diandra mengangguk mengiyakan sambil makan salad buah kesukaannya.
"Lalu?."
"Apa?."
Anggara mendekati Diandra yang duduk bersila di atas karpet tebal, lalu jongkok dengan posisi yang begitu dekat.
"Apa kamu menerima ajakannya?."
"Tidak, sesuai dengan apa yang anda katakan. Tapi bagaimana anda bisa tahu no ponsel ku?." Diandra bertanya balik sambil menaikan sebelah alisnya.
"Bukan perkara sulit. Yang jelas kamu sudah menolak ajakan Morgan." Ucap Anggara kembali berdiri dan berjalan ke kamar Diandra.
Tempat tidurnya sudah rapi, berbeda dengan tadi pagi yang begitu berantakan. Akibat pergerakan Diandra yang begitu lincah di atas tempat tidur. Anggara tersenyum sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Malam ini juga, kamu akan pindah ke Apartemen?." Anggara menatap Diandra yang baru masuk dan duduk di meja rias.
"Lalu rumah ini?." Diandra tidak bisa jauh dengan rumah ini, sebab sudah banyak kenangan indah. Walau pun kini tinggal hanya kenangan.
"Ada Paman mu yang mengurusnya." Anggara bangkit dan duduk di tepian tempat tidur. Memerintahkan Diandra untuk duduk di atas pangkuannya.
"Bukan itu maksud ku, nanti kalau Mama ku pulang terus tidak mendapati ku di rumah ini. Bagaimana?" Diandra dengan ragu-ragu mendaratkan bokongnya di atas pangkuan Anggara.
"Paman mu yang akan mengabari kita, kalau Mama mu akan pulang dari luar kota." Anggara merapikan rambut sebahu Diandra. Tidak bisa menutupi tanda merah yang sudah dibuatnya.
"Kamu bersiap lah!. Tidak perlu membawa apa pun. Karena aku sudah menyiapkan semuanya.
Ternyata penilaian Diandra salah, Anggara tidak seburuk yang dilihatnya pertama kali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Benar saja, sesampainya Diandra dan Anggara di unit Apartemen milik Anggara. Semua keperluan mereka sudah begitu lengkap. Tidak ada yang kurang satu pun.
Hal pertama yang dilakukan oleh Diandra adakah mengecek lemari yang ada di kamar mereka.
"What?." Pekik Diandra, ketika barisan ratusan lingerie yang berjejer di sana. Pakaian santainya hanya beberapa saja.
"Kenapa?." Anggara tidak mempedulikan kekagetan yang dialami Diandra. Karana dia mengajak Diandra tinggal di Apartemen ini, supaya lebih memudahkan akses bagi dirinya dan supaya mempermudah juga proses pembuatan Anggara junior sebagai penerus perusahaan.
Diandra menutup pintu lemari itu dan hendak pergi dari kamar namun tangan Anggara sudah menahannya.
"Pakai lah lingerie itu sekarang!. Aku sengaja sudah memilihkannya sendiri untuk mu!." Perintah Anggara memutar tubuh Diandra lalu membuka kembali lemarinya.
"Pakai yang ini, pasti akan sangat cocok dengan diri mu." Anggara mengambilkan lingerie yang berwarna merah maroon kemudian meminta Diandra segera memakainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
🥰🥰😘😍
2023-09-24
0
susi 2020
😍😍🤩
2023-09-24
0
Afifah
Sudah pernah baca kaka publish disini atau di tempat lain tapi tetep pnsrn soalnya agak lupa
2023-04-03
1