Rini segera membuka pintu dan berpindah ke kamar lain. Karena kamar itu menjadi milik Diandra dan Anggara.
Anggara masih berdiri di dekat pintu, menatap tajam Diandra yang duduk di pinggiran ranjang.
"Kamu tahu apa kesalahan mu?." Anggara berjalan mendekati Diandra dan membuka kedua kaki Diandra. Sehingga Anggara berdiri diapit oleh kedua kaki Diandra yang terbuka lebar.
Diandra mendongak karena posisi Anggara yang berdiri dan memang dia memiliki postur tubuh yang sangat tinggi, tegap dan berisi.
"Tahu." Jawab Diandra pasrah. Kalau pun malam ini dia mau dibikin adonan tahu enggak masalah.
"Kenapa kamu bisa melanggar apa yang aku larang?." Anggara mencengkram kuat rahang Diandra sehingga bibir Diandra mengerucut.
Diandra menggelengkan kepalanya berulang kali dengan tangan yang memegangi pergelangan tangan Anggara.
"Dimana saja Morgan menyentuh mu?. Anggara menelisik tubuh Diandra dari ujung kaki sampai ujung kepala, tanpa ada yang terlewat.
"Di sini?." Anggara mencondongkan sedikit tubuhnya lalu ******* bibir Diandra dengan kasar. Sampai Diandra harus memejamkan kedua matanya, karena tidak ingin melihat wajah iblis Anggara jika sedang marah seperti ini.
"Atau di sini?." Bibir Anggara segera turun ke leher Diandra lalu menghisapnya kuat supaya meninggalkan jejak di sana.
"Atau di sini?." Anggara mendorong kuat tubuh Diandra hingga telentang kemudian Anggara menindihnya.
Kalau pun dia harus menerima perlakuan kasar dari suaminya, itu tidak masalah bagi Diandra. Tapi tidak dengan semua Anggaran yang begitu menyudutkannya.
"Aku tidak semurah itu, hingga Morgan bisa menyentuh apa yang anda sebutkan tadi." Diandra menatap berani Anggara yang sedang menggerakkan inti tubuh mereka di bawah sana.
"Jelas-jelas kamu murahan, sudah memiliki suami, masih saja keluyuran dengan pria lain. Apalagi sampai menginap seperti ini." Ucap Anggara penuh penekanan, namun dengan wajah yang tidak segarang tadi.
"Istri anda sendiri yang memaksa ku untuk datang ke sini. Meminta ku untuk menemaninya selama di sini, karena suaminya sibuk bekerja di Batam. Jadi bukan karena Morgan aku datang ke sini." Tegas Diandra sudah dalam posisi yang sangat pasrah.
Anggara menatap manik Diandra, mencari kejujuran lewat mata indah itu, tapi sepertinya Diandra mengatakan apa yang sebenarnya. Hanya saja mungkin Morgan sudah memanfaatkan situasi ini.
Anggara bangkit dan menarik tubuh Diandra untuk duduk kembali.
"Di mana saja Morgan menyentuh mu?." Anggara berlutut di depan Diandra, merapikan rambut yang berantakan karena ulahnya. Mengusap wajah yang berkeringat karena Diandra ketakutan.
"Di sini." Anggara mengikuti pergerakan Diandra yang menunjukkan beberapa bagian tubuh yang sempat di sentuh Morgan baik yang di sengaja atau pun tidak.
"Aku sudah pernah mengatakannya pada mu, jika apa yang aku punya tidak bisa disentuh atau pun dimiliki orang lain. Kamu paham?. Apalagi kamu ingin aku jadikan ibu dari anak-anak ku." Anggara mengusap wajah cantik Diandra dengan ibu jarinya.
Diandra hanya mengangguk.
"Sekarang tidur lah!. Sudah malam. Besok pagi kamu dan teman mu akan pulang!." Diandra hanya mampu mengangguk karena Anggara sudah mengecup bibirnya dengan begitu lembut, tidak seperti tadi. Sehingga Diandra begitu terbuai dan menikmatinya. Untuk beberapa saat mereka berciuman dengan sangat dalam. Kalau saja mereka sedang tidak berada di tempat yang tidak aman begini, rasanya tidak mungkin Anggara dan Diandra tidak melakukan penyatuan.
Anggara segera keluar dari kamar Diandra dengan santai. Karena dia sudah meminta beberapa penjaga Villa untuk mengamankan saat dirinya berada di kamar Diandra.
Keesokan paginya...
Sesuai dengan apa yang diminta Anggara, Diandra dan Rini sudah bersiap untuk pulang. Tapi ternyata kepulangan mereka bukan hanya berdua saja melainkan juga bersama Anggara dan Regina.
"Di, Kak Regina, kenapa kalian pulang sekarang?." Morgan dengan spontan memegangi tangan Diandra, menahannya supaya tidak pergi. Hal itu tidak luput dari penglihatan Anggara dan ingin rasanya mematahkan tangan Morgan yang sudah menyentuh kulit istri mudanya.
"Maaf Morgan, Mama meminta ku untuk pulang karena Mama sudah pulang dari luar kotanya." Diandra beralasan sambil menepis tangan Morgan dengan kuat, namun pegangan tangan Morgan begitu kuat sehingga tidak bisa lepas dengan mudah.
"Bersikaplah gentle, Morgan!. Jangan pernah memaksakan kehendak, jika kau begitu ingin mendapatkan perhatian dari seorang wanita." Ucap Anggara dengan ketus. Regina membedakan kode dengan menganggukkan kepalanya supaya Morgan mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya.
Antara senang dan tidak dengan pembelaan yang dilayangkan Anggara untuk dirinya. Diandra pun hanya tersenyum tipis dan mungkin tidak ada orang yang menyadarinya.
"Tapi Kak...aku..." Dengan berat hati Morgan melepaskan tangan Diandra, karena tidak ingin membuat Kakaknya susah.
"Ayo sayang!." Regina menarik tangan Anggara dan segera meninggalkan Villa. Diikuti oleh Diandra dan Rini dengan langkah kaki yang menyesuaikan kedua orang yang ada di depan mereka.
Selama di dalam perjalanan menuju pulang, di dalam pesawat tidak ada hentinya Regina mengumbar kemesraan dengan Anggara. Walau pun Anggara sesekali tidak merespon sang istri, tapi dia tetap begitu profesional dan bisa mengimbangi keliaran Regina.
Hingga Diandra, Rini dan penumpang yang lain, hanya menjadi nyamuk dan tidak jarang sesekali mereka melebarkan kedua mata karena kegilaan yang pasangan itu lakukan.
Sampai di bandara, rencananya Diandra dan Rini ingin memesan taksi online. Tapi Anggara melarangnya, karena Anggara yang akan mengantar mereka langsung sampai rumah.
Sambil menyetir, Anggara meminta Diantara untuk menyebutkan alamat rumahnya, Diandra pun melakukan hal itu. Padahal Anggara sudah mengetahui alamat rumah Diandra sebelumnya.
Mobil yang membawa mereka pun sudah di sampai di depan rumah Diandra.
"Terima kasih Kak Regina, Tuan Anggara" Ucap Rini dan Diandra kompak, sebelum mereka keluar dari mobil, karena sudah mereka rundingan sedari tadi.
"Iya sama Di, Rin. Kalau ada kesempatan kita bisa party bareng lagi ya?. Kalian teman-teman Morgan yang paling asyik." Balas Regina lalu melambaikan tangan pada Diandra dan Rini yang masih berdiri di sana.
Rini dan Diandra segera masuk ke dalam rumah dan cukup kaget juga apa yang dilihat oleh Diandra. Ketika sang Mama memang sudah ada di rumah. Padahal saat tadi di Bali itu hanya alasan saja supaya bisa lepas dari Morgan.
"Mama..."
"Tante..."
Diandra dan Rini langsung menghampiri Mama Diandra di ruang tengah. Kemudian bersalaman.
"Kalian dari mana?." Tatapan Mama Diandra tertuju pada koper kecil milik mereka.
Diandra menjelaskan kepergian mereka ke Bali dan apa yang membawa mereka cepat pulang, meski pun Diandra harus menambahkan bumbu kebohongan didalamnya.
"Ya sudah kalian istirahat saja dulu. Mama mau masakan untuk nanti kita makan." Mama Diandra tidak menaruh curiga apa pun atas apa yang dikatakan oleh Diandra. Lalu keduanya memasuki kamar sambil mengelus dada.
Diandra segera melepaskan pakaiannya karena tubuhnya terasa lengket.
"Di, jujur pada ku. Apa kau tidak cemburu melihat kemesraan Anggara dan Regina?."
Diandra menggeleng dengan cepat, "Enggak, untuk apa aku cemburu?."
"Apa iya?, walau pun Anggara sudah membuat tanda merah di sana?." Tunjuk Rini pada leher Diandra.
"Tidak, karena kami melakukannya atas dasar suka sama suka." Jawab Diandra enteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
susi 2020
🙄🙄🙄
2023-09-24
0
susi 2020
🤩🤩😍🥰
2023-09-24
0