Malam ini Diandra benar-benar tidak bisa tidur, bukan karena tidak mengantuk, tapi karena dia tidak bisa memprediksikan apa yang akan dilakukan oleh Mama nya saat dia sudah tidur.
Begitu pun dengan Mama Mona, walau pun matanya terpejam, tapi pikirannya sedang berusaha meraba apa yang terjadi pada sang putri.
Kesempatan baik ini harus dia gunakan sebaik mungkin untuk bisa menemukan apa yang telah disembunyikan oleh Diandra.
Diandra akhirnya tidak kuasa menahan lebih lama lagi rasa kantuknya. Akhirnya tanpa sadar, Diandra sudah terlelap.
Mama Mona menyadari jika sudah tidak ada pergerakan dari Diandra, yang menandakan Diandra sudah tidur.
"Apa yang sedang kamu sembunyikan dari Mama, Diandra?." Batin Mama sambil menatap wajah cantik sang putri.
Pandangan Mama Mona beralih pada bagian dada dan perut Diandra yang sudah tertutup selimut yang sangat tebal. Jadi Mama Mona tidak bisa melihat adanya keanehan yang sejak tadi memenuhi pikirannya.
Mama Mona bangun secara perlahan untuk segera mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk. Menyusuri meja belajar, membuka setiap laci, menyibak rak buka sampai ke dalam lemari pakaian Diandra. Tapi belum menemukan apa pun di sana.
"Diandra, dimana kamu menyembunyikannya?." Mama Mona duduk di samping Diandra sambil menatap wajah Diandra. Dengan tangan yang terulur mengusap lembut rambut kepala sang putri.
Sedangkan di dalam sebuah kamar mewah, Regina tetap memaksakan diri untuk melakukan penyatuan dalam suasana hati yang begitu hancur dan penuh kesakitan.
Anggara menatap Regina dengan perasaan bersalah.
Dia tidak bermaksud untuk memasukkan Diandra ke dalam hatinya, tapi gadis itu masuk dengan caranya sendiri. Meski dia sudah berusaha menyangkal tapi kebersamaan yang tercipta dari keduanya membuat hatinya luluh untuk mengakui rasa cinta itu memang ada.
Karena rasa perih yang mulai dirasa pada area intinya, akhirnya Regina menyudahi kegiatannya di atas tubuh Anggara. Dengan bulir air mata yang jatuh pada dada bidang Anggara.
"Bahkan kau sudah tidak bisa menikmati tubuh ku?." Regina beranjak dari sana sambil mengambil baju tidurnya untuk dibawa ke kamar mandi.
Anggara segera mengenakan kembali pakaiannya. Kemudian menunggu Regina di depan pintu kamar mandi.
Kurang dari satu jam Anggara menunggu di sana, tapi Regina tidak belum juga keluar. Sehingga dia memutuskan untuk mengetuk pintu. Namun saat hendak mengetuk, daun pintu itu sudah terbuka.
Tatapan keduanya beradu, namun Regina segera memutusnya dengan berjalan melewati tubuh tegap Anggara.
"Kita harus bicara!." Ucap Anggara mengikuti Regina yang keluar dari kamar.
Regina menuang wine lagi ke dalam gelas yang berukuran lebih besar.
"Sudah hentikan!. Kau jangan minum lagi, ini tidak baik untuk kesehatan!." Anggara merampas gelas dari tangan Regina hingga wine itu tumpah dan tercecer di atas meja mini bar.
"Tapi wine ini cukup membantu ku untuk menghilangkan rasa sakit di hati ku." Regina mengambil gelas baru dan segera menuangkan wine lagi.
"Ini masalah bayi-bayi kita, tidak ada hubungannya dengan perasaan ku padanya." Anggara kembali merampas wine itu dan melemparkan gelasnya.
"Bagaimana bisa kau mengatakan jika semua ini tidak ada hubungannya dengan perasaan yang sedang kau rasakan pada wanita itu." Regina membanting botol wine yang sedang dipegangnya. Sehingga pecahan botol dan wine nya berserakan dan berceceran kemana tahu.
Anggara tidak pernah berpikir sejauh ini tentang Regina. Karena rumah tangganya selama ini berjalan dengan sangat harmonis tanpa ada masalah yang berarti. Apalagi orang ketiga, tidak pernah ada dalam hidup mereka. Mereka berdua merupakan tipe orang yang sangat setia pada pasangannya.
Ribuan wanita cantik nan seksi dari kalangan mana pun, yang hilir mudik di depan matanya, tidak pernah sekali pun menggoyahkan perasaan cintanya pada Regina. Anggara benar-benar bisa menjaga kesucian dan kesetiaan cintanya hanya untuk Regina. Wanita yang sudah dinikahinya tujuh tahun silam.
Lalu sekarang apa?. Pernikahan rahasia yang dijalaninya bersama seorang anak bau kencur saja cukup menyita perhatiannya sehingga selalu tertuju pada wanita yang baru dinikahinya.
"Kau tahu seberapa rasanya sakit yang aku rasakan sekarang?." Regina memegang kuat kedua tangan Anggara.
"Lebih sakit dari pada saat aku tahu jika aku tidak akan pernah bisa menjadi seorang ibu." Lanjut Regina meneguk sisa wine yang ada di gelas yang pertama.
"Mungkin perasaan ini, hanya ikatan batin antara aku dan bayi-bayi kita." Anggara mencoba membela diri.
"Aku sadar, cinta yang kita miliki terlalu berharga jika harus di ganti dengan wanita yang akan melahirkan bayi-bayi kita." Sambung Anggara meyakinkan Regina.
"Sesuai perjanjian kita, aku hanya akan mengambil bayi-bayi kita dan mengembalikan wanita itu pada tempat asalnya." Ucap Anggara mengingatkan perjanjian awal mereka sebelum pernikahan rahasia itu terjadi.
Regina menatap wajah sang suami sambil tersenyum getir, "Apa aku bisa memegang janji yang kau ucapkan?."
"Iya, kau bisa memegang dan mempercayai janji ku. Hanya akan ada kita, aku, kau dan bayi-bayi kita. Kita akan selalu hidup bersama sampai kita tua nanti." Anggara memeluk wanita yang merupakan cinta pertamanya.
Regina membalas pelukan hangat Anggara. Sehingga mereka terdiam untuk beberapa saat.
"Aku sangat mencintai kau, Regina. Hari ini, besok dan selamanya." Ucap Anggara mengecup pipi lalu berpindah pada pucuk kepala Regina.
Anggara sadar, dia tidak bisa membuang atau pun menyia-nyiakan wanita yang ada dalam pelukannya saat ini. Dan dia harus siap melepaskan Diandra dari hidupnya setelah bayi-bayi itu lahir, membiarkannya memiliki bahagia bersama pria lain.
Termasuk jika Diandra harus menerima Morgan sekali pun untuk menjadi suami baru bagi Diandra.
"Kau pasti sangat tahu, bila rasa cinta ku lebih besar dari pada yang kau miliki sehingga aku rela untuk kau madu sampai kalian memiliki anak, meski pada akhirnya anak itu akan menjadi anak kita." Balas Regina, walau harus jujur di dalam lubuk hatinya, dia sudah bisa merasakan ada sedikit perbedaan. Tapi mungkin itu akan kembali normal setelah wanita itu tidak ada lagi dalam hidup mereka.
"Iya. Kita akan melanjutkan rumah kembali rumah tangga kita bersama bayi-bayi kita." Ucap Anggara sedikit lega, karena Regina kembali luluh dalam pelukannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Siang ini, rencananya Anggara akan mempertemukan Regina dengan Diandra. Karena sebagai bukti dari kesetiaan Anggara terhadap Regina.
Anggara sudah meminta Paman Usman untuk bisa membawa Diandra ke Apartemen miliknya.
Regina dan Anggara saat ini sudah dalam perjalanan menuju Apartemen.
Sedangkan Paman Usman harus mencari cara supaya bisa mengajak Diandra keluar rumah untuk bertemu dengan Anggara.
Setelah menemukan caranya, dengan alasan Rini sahabat dari Diandra ingin menemuinya di salah satu Mall. Makanya Mama Mona mengizinkannya, terlebih diantar oleh Paman Usman.
Tidak membutuhkan waktu lama, kini Diandra sudah sampai di Apartemen. Karena Diandra sendiri sudah memiliki akses untuk masuk ke dalam sana.
"Daddy belum sampai ya?." Tanyanya pada diri sendiri.
Diandra segera menuju kulkas dan mencari makanan yang menjadi favoritnya saat ini.
"Wah sepertinya Daddy baru belanja." Mata Diandra berbinar kala menemukan buah kiwi dan strawberry ada juga di dalam kulkas.
Kemudian Diandra mengambil beberapa dan membawanya ke meja makan.
Saat Diandra sedang Asyik menikmati makanannya, tiba-tiba pintu Apartemen terbuka. Dan bisa dipastikan jika itu Anggara.
Wajah bahagia Diandra harus pudar, ketika melihat sosok Regina di samping Anggara dengan tangan yang menggelayut manja pada lengan Anggara.
"Diandra!. Kamu di sini?." Regina menatap wajah segar dan cantik Diandra, namun Diandra malah fokus menatap keintiman yang terjadi antara Anggara dan Regina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Nofita Sari
klo kmu gk bsa jdi ibu itu kesalahan kmu sendiri regina krna kmi trlalu bnyak mengkonsumsi miras...harus'ny kmu sadar donk dn kmu pikir klo kmu d posisi diandra gmana perasaan kmu.kmu jga seorang wanita seandainy kmu jdi ibu trs anak kmu d minta orang apa tega pdahal melahirkn anak nyawa taruhan'ny..mikir donk regina mikir pakai otak jngan pakai dengkul otak dn pikirn kmu udh d penuhi minuman keras
2023-04-19
0